Bima, IDN Times - Nasib pilu dialami seorang gadis remaja di salah satu desa di Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia harus menanggung malu usai berulang kali diperkosa oleh ayah tirinya hingga hamil dan melahirkan.
Kasus asusila ini terjadi berawal saat pelaku dan korban ditinggal pergi oleh ibunya yang hendak membeli kebutuhan dapur di pasar sekitar April 2023 lalu. Situasi rumah yang sepi dimanfaatkan oleh pelaku untuk memperkosa korban.
Informasi yang dihimpun, terduga pelaku sudah dua kali memperkosa anak tirinya itu. Setiap kali menjalankan aksi bejatnya, terduga pelaku selalu mengancam korban menggunakan senjata tajam. Korban diancam akan dibunuh apabila berteriak atau melapor kepada ibunya.
Kasus tersebut pun terbongkar setelah ibu korban mencurigai kondisi fisik korban. Setelah dibawa periksa ke dokter, korban dinyatakan hamil. Saat itu juga korban menceritakan semuanya hingga kasus dilaporkan ke Mako Polres Kabupaten Bima.
Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Bima, Ipda Subandi yang dikonfirmasi membenarkan hal itu. Kasus tersebut dilaporkan langsung oleh ibu korban sekitar Juli 2023 lalu.
"Informasi terakhir, korban sudah melahirkan bayi beberapa hari lalu,” kata Subandi dikonfirmasi Senin siang (4/12/2023).
Dalam penanganan kasus ini, sejumlah saksi dan Barang Bukti (BB) telah dikumpulkan. Kini pihaknya tengah menunggu hasil tes DNA, guna mengetahui ayah biologis dari anak yang dilahirkan oleh korban.
"Beberapa hari lagi sampelnya akan kita bawa ke Bali. Setelah ada hasil tes DNA baru kita bisa simpulkan, apakah bayi itu anak dari ayah tirinya atau bukan," terangnya.
Kepala UPT PPA Kabupaten Bima, Muhammad Umar yang dikonfirmasi membenarkan bahwa korban sudah melahirkan. Proses persalinan korban berlangsung di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB beberapa waktu lalu.
“Sekarang bayi itu dalam kondisi sehat,” ungkapnya.
Umar mengaku, pihaknya sudah memberikan pendampingan untuk pemilihan psikologi korban. Dia berharap proses hukum kasus ini dapat dituntaskan hingga ke pengadilan.
“Kami terus lakukan pendampingan, termasuk proses persalinan korban,” tandas Umar.