Polisi Masih Belum Tahu Penyebab Tewasnya Aktivis Penolak Geotermal NTT

Kupang, IDN Times - Polisi tengah mendalami penyebab kematian Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30). Vian sendiri aktif sebagai pengurus Komite Eksekutif Daerah (KED) Nagekeo untuk Koalisi Orang Muda untuk Perubahan Iklim (KOPI).
Belakangan ia dikenal karena menyuarakan penolakan terhadap proyek geotermal di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kapolres Nagekeo, AKBP Rachmat Muchamad Salihi, menyebut kematian pemuda yang juga guru matematika di SMPN 1 Nangaroro, NTT, ini belum jelas dan tengah diselidiki.
"Masih pendalaman," jawabnya, Senin malam (8/9/2025).
1. Tewas tak wajar

Vian sendiri ditemukan di sebuah gubuk tua di Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Nagekeo, 5 September 2025. Terakhir kali ia terlihat oleh rekannya dan juga kepala sekolah pada 2 September.
Saat itu ia izin ke Mbay Youth Day atau pertemuan Orang Muda Katolik Kevikepan Mbay di Kecamatan Keo Tengah. Ia menjadi panitia kegiatan tersebut.
Setelahnya, Vian tak lagi berkabar hingga jasadnya ditemukan 3 hari kemudian oleh seorang sopir pikap yang kebetulan istirahat makan siang. Temuan itu pun menggemparkan warga sekitar hingga disambangi polisi.
Tubuh guru muda ini ditemukan dalam posisi tergantung dengan leher terikat seutas tali sepatu miliknya sendiri. Sementara lututnya menekuk dan telapak kaki menapak lantai.
Handphone, tas, sepatu, dan sandal masih lengkap di tubuhnya atau tak ada yang hilang. Begitu pula dengan sepeda motornya masih berada di luar pondok bambu itu.
Jasad Vian pun langsung dikuburkan oleh keluarga keesokan harinya, Sabtu (6/9/2025), di Desa Ngera, kampung halamannya.
2. Penyebabnya masih samar

Kasat Reskrim Polres Nagekeo, Iptu Leonardo Marpaung, secara terpisah mengaku penyebab kematian pemuda itu masih samar atau belum dapat disimpulkan pasca-dikuburkan keluarganya. Sementara ini polisi telah meminta keterangan sejumlah pihak terkait kasus pemuda tersebut.
"Yang pasti hasil penyelidikan (penyebab) belum dapat kesimpulan," tukasnya, Selasa (9/9/2025).
Pihaknya menunggu persetujuan keluarga untuk dapat menjalankan proses autopsi. Sementara ini pun pihak keluarga sudah membuat laporan kematian Vian yang tak wajar.
3. Muncul petisi

Orang Muda Katolik Kevikepan Mbay juga telah membuat petisi online di laman petisionline.com. Petisi yang dibuat 7 September 2025 ini telah ditandatangani oleh 1452 orang hingga pukul 22.00 WITA.
Petisi ini berisi tuntutan untuk mengusut kematian Vian Ruma secara tuntas, transparan dan profesional. Selain itu hasil penyelidikan harus dibuka ke publik agar tidak menimbulkan spekulasi yang berlarut-larut, menjamin keadilan bagi keluarga korban, dan menindak tegas siapapun yang terbukti terlibat.
Selain aktif di kegiatan lingkungan, sosial dan keagamaan, Vian juga adalah guru yang enam tahun mengajar di SMP Negeri 1 Nangaroro. Ia lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan ditempatkan di sekolah tersebut.