Kisah Sukses Disabilitas Beternak Jangkrik di NTB, Omzet Jutaan!

Mataram, IDN Times - Seorang penyandang disabilitas fisik asal Dusun Puncang Daya, Desa Sandik, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Yunus (52) sukses menjadi peternak jangkrik. Dari usaha beternak jangkrik, Yunus mendapatkan omzet jutaan rupiah per bulan.
Sebelumnya, Yunus berprofesi sebagai sopir. Namun, karena mengalami kecelakaan pada 2001, kakinya harus diamputasi. Dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki saat ini, Yunus menjadi peternak jangkrik yang sukses di Lombok Barat. Bahkan dia juga membudidayakan madu trigona.
1. Beternak jangkrik sejak 2014

Yunus menceritakan dia mulai beternak jangkrik pada 2014. Lambat Laun, usaha yang digeluti ini terus berkembang. Bahkan, banyak permintaan dari para pembeli dari Pulau Lombok dan Sumbawa.
"Jangkrik ini untuk pakan burung dan banyak permintaannya. Kalau per bulan lebih dari ratusan kilogram produksinya. Jangkrik ini dijual Rp50 ribu per kilogram," kata Yunus dikonfirmasi disela-sela peringatan Hari Disabilitas Internasional di Mataram, Rabu (3/12/2025).
Dia mengaku kewalahan memenuhi permintaan para pembeli. Dulunya, pesanan datang dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. "Tapi untuk ke Sumbawa sekarang sudah tidak lagi. Cukup seputaran Lombok Barat saja masih kurang," ungkapnya.
2. Omzet Rp5 juta per bulan

Yunus menyebutkan omzet penjualan jangkrik lebih dari Rp5 juta per bulan. Dia membudidayakan sendiri jangkrik untuk bertelur. Setelah itu, telur jangkrik dipisahkan ditaruh di media pasir laut.
Dia mengatakan panen jangkrik dilakukan setiap tanggal 25. Menurutnya, ternak jangkrik sangat menjanjikan tetapi karena keterbatasan yang dimiliki, baru bisa membudidayakan jangkrik pada lahan seluas 1 are di rumahnya.
"Tinggi permintaannya. Tetapi kita karena penyandang disabilitas, terbatas kemampuan kita," tuturnya.
Dalam beternak jangkrik, Yunus tidak sendiri. Dia mempekerjakan tiga orang lainnya yang bukan penyandang disabilitas di kampungnya. Mereka bekerja sebagai pengantar, menimbang dan memberikan makanan pada jangkrik yang dibudidayakan.
3. Belum ada bantuan modal dari pemerintah

Di balik kesuksesan beternak jangkrik, Yunus mengaku belum ada perhatian dari pemerintah berupa bantuan permodalan. Padahal, dia ingin usaha ini dapat berkembang lebih besar lagi. Sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.
"Tujuan kita ingin lebih besar lagi. Otomatis penghasilan menjadi lebih besar. Kalau kita bekerja biasa-biasa saja maka hasilnya juga biasa-biasa saja. Tapi belum ada bantuan modal, belum ada perhatian pemerintah," tuturnya.
Dia menjelaskan biaya untuk ternak jangkrik yang mahal adalah pakan atau konsentratnya. Satu sak konsentrat pakan jangkrik harganya Rp485 ribu. Dalam satu bulan menghabiskan 7 - 8 sak konsentrat.
"Gagal saja kalau kita bikin sendiri pakan. Kita gak tahu campurannya konsentrat ini. Kita pernah coba pakai dedak tapi gagal. Kita minta bantuan supaya diajarkan membuat pakan konsentrat ini," harapnya.



















