Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kongres FJPI 2025 dihadiri oleh Menteri Komdigi, Sabtu (15/2/2025). (tangkapan layar)

Mataram, IDN Times – Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI, Meutya Hafid, secara daring membuka Kongres Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) pada Sabtu (15/2/2025). Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi tinggi atas terobosan FJPI dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menyelenggarakan kongres. Kongres ini juga diikuti oleh 17 cabang FJPI yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

"Saya salut dengan FJPI yang selalu melakukan terobosan-terobosan, sehingga hari ini kongresnya sangat digital. Saya juga sangat senang karena teman-teman jurnalis perempuan menggunakan kemajuan teknologi digital untuk terus melakukan giat-giatnya," ujar Meutya dalam sambutannya.

Kongres FJPI 2025 diselenggarakan untuk memilih Ketua Umum FJPI periode 2025-2028, seiring dengan berakhirnya masa bakti Uni Lubis yang telah memimpin selama dua periode (2018-2021 dan 2022-2024). Selain itu, kongres dengan tema “Berdaya di Era AI (Artificial Intelligence)” ini juga dirangkaikan dengan webinar yang menghadirkan narasumber Aqua Dwipayana.

1. AI: peluang dan tantangan bagi jurnalis perempuan

ilustrasi ChatGPT (unsplash.com/BoliviaInteligente)

Ketua Umum FJPI, Uni Lubis, mengungkapkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) tidak bisa dihindari di era digital ini. Menurutnya, AI dapat mempermudah pekerjaan jurnalis, namun juga membawa risiko jika digunakan tanpa verifikasi yang cermat.

“Kalau jurnalis semata-mata memanfaatkan AI untuk sepenuhnya dalam memproduksi konten, maka di situlah kita bisa terjebak bisa memproduksi hoaks, disinformasi dan misinformasi. Kita harus waspada, jadi generative AI bisa mempermudah, tapi juga ada bahayanya kalau tidak digunakan secara berintegritas dan melakukan verifikasi,” kata Uni.

Dalam kesempatan itu, Uni juga menyampaikan perjalanannya bersama FJPI sejak tahun 2018 hingga 2025. Saat ini, estafet kepemimpinan Uni akan diserahkan kepada anggota FJPI lainnya. Ia berharap kedepannya FJPI terus maju dan menjadi wadah bagi jurnalis perempuan untuk menyuarakan isu-isu tentang hak-hak perempuan dan anak.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih. Sejak tahun 2018, perjalanan kita tidak mudah. Apalagi di tengah-tengah itu kita mengalami pandemik. Kita tidak mudah untuk bertemu, tapi pandemik ini memberikan kita hikmah juga, saya pikir FJPI bikin banyak kegiatan bahkan sampai 13 kegiatan setahun,” ujar Uni.

Di akhir masa jabatannya, Uni kembali mengingatkan agar jurnalis perempuan tetap mengutamakan integritas dalam semua aspek. Ia juga memberikan apresiasi kepada semua pengurus dan anggota FJPI, meski dengan kondisi keuangan yang seadanya, FJPI dapat menjalankan banyak kegiatan bermanfaat.

“Berorganisasi itu bukan untuk cari uang, memupuk uang atau memanfaatkan organisasi untuk mencari uang, apalagi sebagai pengurus. Di FJPI ini kita sadar semua, kita sadar bersama, ternyata itu bisa, tanpa uang bermiliar-miliar dan beratus-ratus juta. Saya bangga, di FJPI dengan kondisi seadanya dari sisi keuangan, tapi kegiatan kita tidak kalah banyaknya dibandingkan dengan organisasi profesi yang lain,” kata Uni.

2. FJPI jadi wadah pemberdayaan jurnalis perempuan

Editorial Team

EditorLinggauni

Tonton lebih seru di