Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Beda Data Soal Stunting, Dikes Lotim Fokus pada Cara Menimbang BB Anak

Kepala Dinas Kesehatan Lotim, DR. Fathurrahman (Supardi)

Lombok Timur, IDN Times - Salah satu cara untuk menekan jumlah kasus stunting di Lombok Timur, ialah dengan menyajikan data yang akurat, dan berkualitas. Terutama data hasil pengukuran dan penimbangan berat badan (BB) anak saat posyandu.

Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur (Dikes Lotim) H Pathurrahman menyampaikan persolan data ini merupakan hal yang sangat mendasar dan sangat penting untuk menentukan naik turunya kasus stunting di suatu daerah. Untuk itu ia meminta agar para petugas di lapangan betul-betul teliti dalam mendata pertumbuhan anak, agar data yang dihasilkan bisa akurasi dan presisi. 

"Siapapun yang mendata dan berapa kali diukur maka berat dan panjang anak itu tetap sama. Itu yang dimaksudkan dengan data yang akurasi dan presisi. Karena kita harus betul-betul teliti dalam pengukuran dan penimbangan berat badan ini," ungkap H Pathurrahman, Selasa (7/2/2023).

1. Ditimbang tanpa pakai pempers, pakaian dan sepatu

dokumen pribadi

Kata dia, Untuk mendapatkan data yang akurasi menurutnya, saat melakukan pengukuran dan penimbangan badan anak, kondisi anak harus dalam keadaan kosong dari semua pakaian, sandal, sepatu maupun pampers. Hal itu dinilai akan berpengaruh terhadap hasil pendataan anak dan bisa menghasilkan data yang tidak akurasi dan presisi, sehingga bisa berpengaruh terhadap kondisi kasus stunting.

"Kalau menimbang anak itu, semuanya harus kosong, Karena itu juga berpengaruh terhadap berat anak otomotis akan berpengaruh juga terhadap data yang dihasilkan," ungkapnya.

2. Cara menimbang BB anak akan dievaluasi

dokumen pribadi

Diakuinya cara penimbangan anak di lapangan masih dilakukan dengan cara lama, di mana anak-anak masih ditimbang bersama dengan seluruh pakaiannya. Cara ini kedepan akan dievaluasi agar data yang dihasilkan betul-betul akurat dan tidak berubah-ubah.

Pekerjaan menimbang dan mengukur anak ini merupakan pekerjaan yang sudah lama dilakukan oleh semua kader posyandu maupun para tenga kesehatan. Meski tergolong mudah, akan tetapi persolan ini tidak bisa disepelekan dan kesampingkan.

"Tidak bisa kita sepelekan masalah ini, karena kalau ini disepelekan maka akan menghasilkan data yang tidak akurat. Ketika data yang kita terima tidak akurat maka keputusan yang akan kita ambil juga akan salah, ini persolan kecil tapi bisa berdampak besar," jelasnya.

3. Kasus stunting di Lombok Timur diklaim mengalami penurunan

IDN Times

Kasus stunting di Lombok Timur dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Hal itu berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian kesehatan. Di mana jumlah kasus stunting di Lombok Timur pada tahun 2021 lalu mencapai 37,6 persen, sehingga jumlah ini menjadikan Lombok Timur menduduki peringkat pertama dengan kasus stunting tertinggi di NTB.

Pada tahun 2022 berdasarkan sumber daya yang sama, kasus stunting di Lombok Timur mengalami tren penurunan menjadi 36,5 persen, sehingga jumlah ini menjadikan Lombok Timur menduduki posisi ketiga setelah Lombok Tengah dan Lombok Utara.

"Meski penurunannya sedikit, tapi setidaknya kasus stunting di Lombok Timur mengalami penurunan," ujarnya.

Sementara itu berdasarkan data dari ePPGM jumlah kasus stunting di Lombok Timur sebanyak 16,9 persen atau sekitar 20,890 anak. Dari jumlah anak yang diukur sebanyak 123,483 anak. Melihat jumlah kasus yang terus mengalami penurunan setiap tahunnya ini, Dikes Lombok Timur merasa optimistis kasus stunting pada tahun ini bisa mencapai target nasional sebesar 14 persen.

"InsyaAllah kita optimis itu bisa kita capai, makanya kenapa cara pengukuran dan penimbangan anak itu sangat penting, agar data yang kita terima itu benar-benar paling dan akurat," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us