Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tas Anyaman Klasik Bertransformasi Jadi Produk Unggulan Desa di Lombok

Kerajinan unggulan dari Desa Labuhan Lombok berupa tas anyaman. (Dok. Febrio Irawan)
Intinya sih...
  • Desa Labuhan Lombok ditetapkan sebagai Desa BRILiaN tahun 2022, terkenal sebagai desa inovatif dengan keberadaan Bale Kreatif yang mampu mengembangkan produk kerajinan unggulan berbasis anyaman.
  • Bale Kreatif memulai dari membuat tas anyaman untuk pasar pada tahun 2013, kini telah merambah ke berbagai produk lain seperti tikar, tas estetik, dan tempat pakaian kotor dengan produksi ratusan keranjang per hari.
  • Bale Kreatif mendapatkan dukungan dari KUR BRI untuk meningkatkan produksi, membeli bahan baku dalam jumlah lebih besar, dan memperluas pemasaran secara daring serta offline.

Lombok Timur, IDN Times - Desa Labuhan Lombok, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur semakin dikenal sebagai desa inovatif, terutama setelah ditetapkan sebagai Desa BRILiaN tahun 2022. Salah satu faktor pendukung utama keberhasilan ini adalah dengan keberadaan Bale Kreatif, sebuah usaha kerajinan tangan yang dipimpin oleh Febrio Irawan. Melalui usaha ini, Labuhan Lombok mampu mengembangkan produk kerajinan unggulan berbasis anyaman.

Febrio Irawan memulai usahanya dengan membuat tas anyaman yang awalnya hanya digunakan sebagai keranjang pasar pada tahun 2013. Tak disangka, produk ini mendapatkan respons positif dari pembeli. Tas klasik favorit ibu-ibu saat belanja di pasar ini kian bertransformasi menjadi produk yang lebih menarik.

"Dari sana, saya melihat peluang besar, jadi saya putuskan untuk fokus mengembangkan usaha ini," ujar Febrio kepada IDN Times, Selasa (11/3/2025).

Dari hanya memproduksi keranjang pasar, kini Bale Kreatif telah merambah ke berbagai produk lain seperti tikar, tas estetik, tempat pakaian kotor dan berbagai wadah anyaman lainnya yang memiliki nilai fungsional tinggi.

1.Jumlah produksi dan harga produk

Febrio Irawan saat membuat tas anyaman di Bale Kreatif. (Dok. Febrio Irawan)

Usaha yang dibuat oleh Febrio Irawan bisa dibilang sebagai perintis di Desa Labuhan Lombok. Pada tahun 2013 itu, belum ada pesaing atau pelaku bisnis serupa. Saat itu, Bale Kreatif mampu memproduksi ratusan keranjang per hari dengan tujuh perajin.

Seiring berkembangnya usaha serupa, jumlah produksi mengalami penurunan. Saat ini, produksi keranjang pasar mencapai 500 unit per bulan dengan harga bervariasi, tergantung ukuran, yakni berkisar antara Rp13.000 hingga Rp25.000 per unit.

"Sekarang persaingan semakin ketat. Tapi kami tetap bertahan karena sudah punya pelanggan tetap, termasuk reseller yang menjual ulang produk kami," tambah Febrio.

Selain itu, Bale Kreatif juga memproduksi tas dengan tali premium yang lebih eksklusif. Tas tanpa lapisan dihargai Rp70.000, sementara tas dengan lapisan bisa mencapai Rp90.000. Sayangnya, bahan tali premium masih harus didatangkan dari Pulau Jawa, mengingat belum tersedia di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini pula yang membuat harga produksi lebih tinggi.

"Ini menjadi tantangan bagi kami, karena biaya bahan baku menjadi lebih mahal, sehingga harga jual juga harus disesuaikan," kata Febrio.

Bale Kreatif memberdayakan tujuh perajin dari warga Labuhan Lombok dan sekitarnya. Produk ini juga menarik perhatian berbagai pihak, termasuk PKK Kabupaten Lombok Timur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang telah mengunjungi usaha ini.

"Kami sudah beberapa kali dikunjungi oleh instansi pemerintah. Mereka juga biasanya memesan dalam jumlah banyak," ujarnya.

2. Strategi pemasaran dan keberlanjutan usaha

Perajin yang berasal dari Desa Labuhan Lombok dan sekitarnya. (Dok.Febrio Irawan)

Meskipun persoalan produksi, pemasaran juga menjadi tantangan tersendiri. Bale Kreatif tetap menjual produknya ke pasar-pasar tradisional, namun kini lebih banyak mengandalkan reseller untuk penjualan dalam jumlah besar.

Selain itu, pemasaran secara daring juga mulai digarap melalui media sosial, meskipun masih terkendala dengan waktu untuk mengelola pesanan offline yang cukup tinggi.

"Sebenarnya ingin lebih aktif di media sosial, tapi karena pesanan offline sangat banyak, kami jadi agak kewalahan," ungkap Febrio.

Keranjang pasar tetap menjadi produk utama yang laris setiap bulannya. Namun, untuk tas dengan tali premium, produksi masih tergantung pada ketersediaan bahan baku dan permintaan pasar yang lebih musiman.

"Kalau keranjang pasar, itu pasti selalu ada permintaan setiap bulan. Tapi untuk tas premium itu kita bikin kalau ada yang order saja, karena kendala kita pada bahan yang harus kita datangkan dari Pulau Jawa," ujar Febrio.

Hal ini membuat strategi produksi Bale Kreatif harus lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan tren permintaan pasar. Dengan inovasi dan ketekunan yang terus dijaga, Bale Kreatif tidak hanya menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat, tetapi juga menjadi kebanggaan Desa Labuhan Lombok.

"Saya berharap Bale Kreatif bisa semakin maju, menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, dan membawa nama Labuhan Lombok lebih dikenal sebagai desa penghasil kerajinan berkualitas," tutup Febrio.

Kepala Desa Labuhan Lombok, Sitti Zaenab Massaro mengatakan bahwa keberadaan kerajinan ini menambah warna bisnis yang berkembang di desa itu. Ia juga menilai bahwa kerajinan ini menjadi salah satu kebanggaan dan produk unggulan di desa.

"Kami mendukung kerajinan ini agar terus berkembang. Belum lama ini juga kami menyerahkan bantuan mesin dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk dapat membantu proses produksi," ujarnya kepada IDN Times, Selasa (11/3/2025).

Bantuan mesin itu didapatkan bukan tanpa usaha. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Harmoni, Haris Munandar mengatakan bahwa melalui Pokdarwis, ia mengusulkan bantuan apa saja yang dibutuhkan. Salah satunya adalah mesin untuk membuat kerajinan tas tersebut.

"Pokdarwis mengusulkan apa saja yang dibutuhkan, misalnya ada yang suka bikin kue tradisional, kita ajukan untuk dapat bantuan blender, mixer dan peralatan lainnya. Begitu juga dengan kerajinan, kita usulkan untuk dapat bantuan mesin," ujar Haris.

Ia berharap kerajinan ini dapat terus berkembang di masa mendatang. Selain menjadi produk unggulan desa, ia berharap kerajinan ini juga bisa menjadi peluang bisnis dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga setempat.

3. Peran BRI dalam pengembangan usaha

Tas anyaman menggunakan tali premium. (Dok. Febrio Irawan)

Sebagai pengusaha yang terus berinovasi, Febrio Irawan memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Awalnya, ia meminjam Rp15 juta, kemudian meningkat menjadi Rp50 juta pada tahun 2023 dengan masa pelunasan hingga 2026.

"Saya memilih KUR dari BRI karena prosesnya mudah. Alhamdulillah, saya juga tidak pernah mengalami kendala dalam pembayaran cicilan," jelasnya.

Pinjaman ini digunakan untuk meningkatkan produksi, membeli bahan baku dalam jumlah lebih besar dan memperluas pemasaran. Dukungan lain juga datang Pemerintah berupa mesin jahit untuk mendukung produksi kerajinan tersebut.

"Kami dulu hanya menjual di pasar-pasar sekitar Lombok Timur. Tapi sekarang semakin banyak reseller yang membeli lalu dijual kembali," tambahnya.

Usaha yang dikelola Febrio Irawan menjadi salah satu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang diterima untuk mendapatkan KUR dari BRI. Pada tahun 2024, BRI Regional Denpasar mencatat jumlah KUR yang digelontorkan untuk usaha mikro di Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp11,4 triliun.

"Penyaluran KUR Mikro pada tahun 2024 terhadap 254.202 nasabah dengan total plafond sebesar Rp11, 4 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 24.255 nasabah dengan plafond sebesar Rp1,1 triliun pada sektor industri," kata Regional CEO BRI Denpasar Hery Noercahya kepada IDN Times, Rabu (12/3/2025).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
Yogie Fadila
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us