Kisah Sweet Bite Lombok, dari Dapur Kecil Menjadi Toko Kue Favorit

Lombok Tengah, IDN Times - Geliat bisnis kuliner di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin berkembang. Salah satunya adalah Sweet Bite Lombok yang hadir dengan menawarkan berbagai pilihan dessert lezat. Toko yang berlokasi di Jalan Rinjani Nomor 30, Komplek Pertokoan Praya ini adalah hasil kerja keras Mitta Puji Apriani, seorang ibu rumah tangga yang sukses membangun bisnis kue tersebut mulai dari nol.
Begitu memasuki Sweet Bite Lombok, pengunjung langsung disambut oleh aroma manis yang menggoda dari berbagai kue yang baru saja keluar dari oven. Ruangan toko yang bersih dan tertata rapi menampilkan etalase kaca berisi berbagai pilihan dessert. Mulai dari brownies lembut, dessert box dengan lapisan krim yang menggoda, hingga kue ulang tahun yang dihiasi dengan detail artistik.
Interior toko yang bernuansa hangat dengan kombinasi warna pastel dan dekorasi minimalis menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan. Alunan musik lembut terdengar di latar belakang, menambah kesan santai saat memilih kue favorit. Pelanggan yang datang disambut ramah oleh karyawan yang siap memberikan rekomendasi sesuai selera dan kebutuhan mereka. Di sudut toko, tersedia meja kecil bagi pelanggan yang ingin menikmati kue mereka di tempat.
Siapa sangka, bisnis yang kini berkembang pesat ini bermula dari sekadar coba-coba. Mitta awalnya mencari resep masakan di YouTube dan memberanikan diri untuk memulai usaha kecil-kecilan.
“Awalnya saya tidak punya dasar baking (membuat kue) sama sekali. Setelah menikah, saya jobless (tidak bekerja). Hanya menjadi ibu rumah tangga dan merasa agak bosan karena rutinitas yang monoton,” ungkap Mitta.
Pada awalnya, ia hanya membuat kue dalam jumlah kecil untuk keluarga dan teman-temannya. Setelah mendapat respons positif, ia mulai menawarkan produknya secara daring melalui media sosial. Lambat laun, pesanan mulai berdatangan dan ia pun semakin percaya diri untuk menjadikan usaha ini sebagai bisnis serius. Dengan tekad dan doa, Mitta mulai berjualan secara lebih profesional hingga bisnisnya berkembang seperti sekarang.
Dari dapur rumah hingga punya toko sendiri

Setelah dua tahun merintis usaha, kini Sweet Bite Lombok telah memiliki sepuluh karyawan, tujuh orang bertugas di dapur dan tiga lainnya menjaga toko. Di dapur, para karyawan bertanggung jawab penuh terhadap proses pembuatan kue, mulai dari mengadon hingga menambahkan topping. Sementara itu, karyawan di toko melayani pelanggan yang datang secara langsung maupun yang memesan secara daring.
Meski telah memiliki toko, Mitta tetap gencar memasarkan produknya secara daring. Dengan memanfaatkan media sosial dan layanan pesan antar, Sweet Bite Lombok berhasil menjangkau pelanggan yang lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah.
“Di awal-awal kita hanya jualan online (daring), sebelum akhirnya bisa buka outlet (toko) ini. Sampai sekarang pun online tetap kita kencangkan, karena kalau tidak, bisnis ini sulit untuk berkembang,” jelasnya.
Memulai bisnis tentu ada tantangannya. Salah satu kendala utama yang dihadapi Sweet Bite Lombok adalah ketahanan produk.
“Karena produk kita tidak bisa tahan terlalu lama, paling mentok seminggu. Jadi kita harus benar-benar memikirkan kemasannya, cara penyimpanannya dan juga bagaimana agar tidak ada yang terbuang sia-sia,” jelas Mitta.
Jika ada produk yang tidak terjual dalam batas waktu yang ditentukan, mereka harus menariknya kembali. Terkadang mengalami kerugian dan terpaksa harus membuang sisa kue yang tidak laku karena sudah tidak layak konsumsi. Namun setelah memiliki toko, persoalan itu perlahan dapat diatasi karena jumlah pemesanan dan pembelian yang cukup banyak setiap hari.
Selain itu, persaingan di dunia kuliner juga cukup ketat. Banyak usaha kue bermunculan dengan berbagai konsep menarik, sehingga Mitta dan timnya harus terus berinovasi.
“Kami tidak bisa hanya mengandalkan produk yang itu-itu saja. Kami harus selalu mencari ide baru, baik dari segi rasa, tampilan, maupun pemasaran,” tambahnya.
Salah satu pelanggan, Heryu Rahmawati mengatakan bahwa kue buatan Sweet Bite Lombok sangat disukai oleh suami dan anaknya. Ia merasa kuenya sangat lembut, rasanya enak dan harganya terjangkau.
"Harganya sangat ramah di kantong, apalagi bisa beli per slice (potongan kecil), jadi sesuai kebutuhan. Bisa coba banyak varian. Saya paling suka lemon cake-nya," ujarnya.
Penjualan dan harga produk

Dalam sehari, Sweet Bite Lombok mampu menjual antara 100 hingga 150 potong kue. Harga produknya cukup beragam, mulai dari Rp12 ribu untuk dessert hingga yang paling mahal Rp195 ribu untuk kue tart. Dengan berbagai pilihan ini, pelanggan bisa menikmati kue sesuai dengan selera dan bujet masing-masing.
Produk-produk yang ditawarkan juga cukup bervariasi, mulai dari dessert box, brownies, aneka pastry, hingga kue ulang tahun yang dibuat sesuai dengan permintaan pelanggan. Setiap produk dibuat dengan bahan berkualitas, sehingga tidak hanya lezat tetapi juga memiliki tekstur dan tampilan yang menarik.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Sweet Bite Lombok juga mengadopsi sistem pembayaran digital. Ia menyediakan opsi pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) di tokonya.
“Dari awal buka toko, kita sudah pakai QRIS BRI untuk transaksi. Sekarang pun masih sama, karena tren belanja tanpa uang tunai semakin meningkat. Pelanggan tinggal scan (pindai) QRIS tanpa harus repot membawa uang tunai,” kata Mitta.
Selain itu, untuk pembayaran melalui transfer, toko ini juga menggunakan rekening BRI. Metode pembayaran digital ini tidak hanya mempermudah pelanggan, tetapi juga membantu dalam pencatatan keuangan toko.
“Dengan sistem ini, kami lebih mudah dalam melacak transaksi dan mengatur keuangan usaha. Tidak perlu khawatir soal uang kembalian atau pembayaran yang lupa atau tidak tercatat,” jelasnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat transaksi QRIS di NTB mencapai Rp1,08 triliun dengan volume transaksi sebanyak 10 juta lebih pada 2024. Sementara jumlah merchant yang menggunakan QRIS sebanyak 311.508 merchant yang tersebar di seluruh NTB.
Kota Mataram menjadi wilayah dengan jumlah merchant terbanyak, yaitu 87.593 merchant. Kemudian Lombok Timur sebanyak 43.794 merchant dan Lombok Tengah sebanyak 41.542 merchant.
”Bank Indonesia bersama dengan perbankan terus berupaya mendorong para pelaku usaha untuk mendaftarkan diri menjadi merchant QRIS, sehingga dapat merasakan manfaat dari mudah dan efisiennya pembayaran digital,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) NTB, Berry Arifsyah Harahap belum lama ini.
Harapan dan rencana masa depan

Saat ini, Mitta dan timnya masih fokus mempertahankan bisnis mereka di Praya sebelum berekspansi ke daerah lain. Ia melakukan inovasi agar produknya tetap dicari oleh pelanggan.
“Kami ingin tetap bertahan di tengah banyaknya pilihan makanan yang dijual secara online. Tapi, jika ada rezeki dan kesempatan, kami ingin membuka cabang di Mataram juga,” katanya.
Selain rencana membuka cabang, Mitta juga ingin terus meningkatkan kualitas dan layanan di Sweet Bite Lombok. Harapannya, semakin banyak orang yang mengenal dan menyukai produk dari Sweet Bite Lombok.
“Kami ingin memperluas variasi menu dan memperbaiki sistem operasional agar lebih efisien. Dengan begitu, pelanggan bisa mendapatkan pengalaman yang lebih baik setiap kali membeli produk kami. Kami ingin terus berinovasi dan memberikan yang terbaik untuk pelanggan,” pungkasnya.
Jumlah UMKM di NTB
Sweet Bite Lombok merupakan salah satu dari ratusan ribu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang berkembang di Provinsi NTB. Usaha yang bergerak di bidang kuliner ini terus mengalami pertumbuhan yang signifikan, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap produk makanan ringan berkualitas.
UMKM seperti Sweet Bite Lombok memainkan peran penting dalam perekonomian daerah. Tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi pemiliknya saja, tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTB, jumlah UMKM yang terdaftar sejak tahun 2023 hingga saat ini telah mencapai 324.624 unit usaha. Para pelaku UMKM ini tersebar di berbagai sektor usaha, mulai dari kuliner, fesyen, kerajinan tangan, perdagangan, hingga jasa. Keberagaman sektor ini menunjukkan dinamika ekonomi daerah yang terus berkembang.
"UMKM ini banyak, ada yang bergerak di bidang kuliner, fesyen, kerajinan, perdagangan, dan lainnya," ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTB, Ahmad Masyhuri, Rabu (5/3/2025).
Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah terus mendorong pertumbuhan UMKM melalui berbagai program, seperti pelatihan, pendampingan usaha, serta kemudahan akses permodalan. Dengan demikian, para pelaku usaha yang sedang merintis dapat terus berkembang.
Selain itu, digitalisasi juga menjadi faktor penting dalam perkembangan UMKM di NTB. Banyak pelaku usaha yang mulai memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk meningkatkan penjualan mereka. Dengan dukungan teknologi, UMKM seperti Sweet Bite Lombok dapat menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah.