5 Makna Filosofis Barodak Rapancar pada Adat Pernikahan di Sumbawa

Indonesia memang kaya akan tradisi dan budaya yang beragam. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dari segi upacara adat, makanan hingga pernikahan. Termasuk di antaranya adalah di Kabupatan Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Daerah yang terkenal dengan permainan barapan kebo ini tentunya juga memiliki adat dan tradisinya sendiri, termasuk soal pernikahan. Pernikahan adat Sumbawa memiliki proses yang bisa dibilang cukup panjang.
Dari banyaknya proses itu, salah satu di antaranya adalah acara barodak rapancar. Ini bukan sekadar proses pernikahan, tapi juga memiliki banyak makna filosofis yang dipercayai oleh masyarakat.
Apa sajakah itu? Yuk langsung disimak saja!
1. Penyucian diri dan lambang suka cita

Barodak merupakan kegiatan meluluri tangan dan wajah kedua pengantin. Hal ini memiliki makna umum yaitu untuk membersihkan atau menyucikan kedua pengantin. Dengan harapan menjadi pribadi yang suci dan aura kebaikan akan terpancar dari keduanya.
Sedangkan rapancar sendiri adalah kegiatan mewarnai kuku atau memerahkan kuku menggunakan daun inai yang sudah ditumbuk. Warna merah terang ini dianggap melambangkan aura kegembiraan dan suka cita.
2. Mengharap keselamatan dan ketenangan

Selain dengan tujuan membersihkan dan menyucikan diri, acara barodak rapancar juga memberi gambaran kehidupan baru bagi kedua mempelai. Tentang bagaimana menjadi sepasang suami-istri yang diberkati Tuhan.
Kehidupan baru yang diharapkan akan membawa kedamaian, ketenangan, dan keselamatan secara lahir maupun batin pada kedua mempelai.
3. Menanamkan sikap rela berkorban

Makna lain dalam acara rapancar selain lambang kegembiraan dan suka cita adalah harapan agar kedua mempelai memiliki sikap berani berkorban. Hal yang dianggap penting, agar tidak adanya ego yang tinggi dalam sebuah kehidupan pernikahan.
Sikap rela berkorban ini bukan hanya ditujukan untuk pasangan, tapi juga mengharap hidup mulia pada Tuhan dengan ketulusan jiwa dan raga.
4. Kepercayaan akan Keagungan Yang Maha Kuasa

Dalam prosesi barodak juga sangat kental dengan sifat keesaan Yang Maha Kuasa. Dalam acara ini terdapat banyak angka-angka ganjil, seperti 3 kali mengolesi odak, 3 kali memutari lilin, dan 5 warna songkol.
Dalam sistem kepercayaan, Tuhan menyukai angka-angka ganjil. Terbukti dengan adanya 7 lapis langit, 7 laut, dan 99 asmaul husna.
5. Lambang keikhlasan, tekad, juga kesatuan hati

Selain prosesinya, perlengkapan berodak rapancar juga memiliki makna tersendiri. Misalnya beras, belimbing wuluh, daun sirih, dan bedak tradisonal khas masyarakat Sumbawa.
Semua bahan tersebut kemudian digiling dan diramu menjadi satu. Hal ini dipercaya melambangkan keikhlasan, kerendahan, hati yang bersatu, dan tekad yang kuat.
Kebudayaan Indonesia memang beragam. Ciri khas dari setiap daerah memang patut dijaga dan dilestarikan. Sebagai warga Indonesia, kita pun patutnya bangga dengan hal ini.