Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

[WANSUS] Cerita di Balik Terbongkarnya Kasus Pelecehan Agus Difabel

Tersangka Agus saat rekonstruksi kasus pelecehan seksual di Mataram, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)
Tersangka Agus saat rekonstruksi kasus pelecehan seksual di Mataram, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat dihebohkan dengan kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan pria difabel tanpa tangan inisial IWAS alias Agus.

Kasus ini menimbulkan pro dan kontra setelah Agus difabel ditetapkan sebagai tersangka pelecehan seksual terhadap mahasiswi dan anak di bawah umur di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Saat ini, jumlah korban yang melapor ke Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB sebanyak 17 orang. Terdiri dari 13 perempuan dewasa dan 4 anak di bawah umur.

Lalu, bagaimana kasus pelecehan seksual Agus difabel bisa terbongkar di tengah adanya pro dan kontra di masyarakat?

Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Founder Komunitas Senyum Puan, Ade Lativa Fitri yang menjadi tim pendamping korban.

1. Bagaimana awal terjadinya kasus pelecehan seksual ini?

Founder Komunitas Senyum Puan Ade Lativa Fitri. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Founder Komunitas Senyum Puan Ade Lativa Fitri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Awalnya memang korban mengalami kejadian pelecehan seksual ini pada 7 Oktober 2024. Dan di tanggal kejadian tersebut jugalah korban langsung melaporkan ini ke pihak kepolisian, Polda NTB.

2. Apa yang membuat kasus ini simpang siur?

Sebenarnya, selama proses ini kami berusaha untuk bagaimana proses hukum ini berjalan dengan damai. Dalam arti tidak simpang siur seperti ini.

Cuma memang, kemarin setelah penetapan tersangka Agus, itu mulai bermunculan dari pihak tersangka yang klarifikasi sana sini dengan kronologi versinya dia sendiri yang cukup menggiring opini masyarakat.

Sehingga banyak yang mengatakan korban berbohong. Dari situ sebenarnya kami dari pendamping korban merasa perlu muncul juga bagaimana mengklarifikasi bahwa kronologi yang diungkapkan tersangka di media tidak seperti itu.

Sehingga yang membuat simpang siur seperti itu. Kalau kami sebenarnya, media publik tidak tahu gak apa-apa. Karena yang penting yang kami utamakan adalah keadilan bagi korban.

3. Apakah dengan adanya klarifikasi tersangka Agus di media sosial membuat korban lainnya banyak melapor?

Rekonstruksi kasus pelecehan seksual di jalan dekat Islamic Center NTB, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)
Rekonstruksi kasus pelecehan seksual di jalan dekat Islamic Center NTB, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Betul, pada akhirnya ini sebenarnya positifnya itu. Walaupun bagi kami ini sebenarnya cukup menyedihkan juga bagi korban. Karena bagaimana pun korban juga pasti melihat pro kontra di masyarakat yang banyak menyerang dia.

Tapi sisi positifnya, dengan korban bertahan sampai sekarang untuk melanjutkan proses dengan gigih itu kemudian memunculkan keberanian juga bagi korban-korban lain untuk speak up.

4. Apa pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini?

.tribunnews.com
.tribunnews.com

Pertama ini yang sangat penting bagi kita, kita tak serta merta menihilkan potensi seseorang jadi pelaku. KIta tak bisa melihat seseorang dari disabilitasnya saja.

Tapi kita juga bisa melihat dari banyak aspek bahwa disabilitas ini sebenarnya juga orang yang berdaya, orang yang produktif.

Sehingga dia pun punya potensi untuk menjadi pelaku. Kita tak boleh serta merta menihilkan kemungkinan itu.

5. Bagaimana kesaksian dari korban yang mengalami pelecehan seksual oleh tersangka Agus?

Kekerasan seksual itu tidak hanya terjadi dengan paksaan fisik. Mungkin orang selalu berpikir, kan disabilitas. Bagaimana caranya bentrok fisik segala macam.

Walaupun bentrok fisik, dia sebenarnya juga sangat kuat.
Dari pernyataan beberapa korban juga menyatakan bahwa si tersangka ini tenaganya sangat kuat.

Dan yang paling penting adalah ancaman, intimidasi dan manipulasi psikologis itu sebenarnya jauh lebih berbahaya daripada paksaan secara fisik.

Karena itu sudah menyerang mental korban sehingga untuk menaklukkan korban tidak hanya dengan fisik saja tapi secara psikologis pun sangat memungkinkan untuk menaklukkan korban.

6. Bagaimana tersangka memanipulasi psikologi korban?

Rekonstruksi kasus pelecehan seksual pria tanpa tangan di Homestay Nang's Kota Mataram, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)
Rekonstruksi kasus pelecehan seksual pria tanpa tangan di Homestay Nang's Kota Mataram, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kalau kita lihat sekarang, kekerasan seksual orang-orang kayak KDRT yang membuat korban tidak bisa keluar karena manipulasi psikologi. Jadi memang manipulasi psikologis itu sangat bisa untuk melemahkan korban.

Kami sebenarnya yang paling penting korbannya supaya korban kuat, mau melanjutkan proses ini sampai selesai. Jadi kami juga tim pendamping yang kami fokuskan bagaimana kemudian psikologis korban yang harus kita perhatikan dalam kondisi yang walaupunt rauma.

7. Bagaimana kondisi korban sekarang?

Tersangka pria disabilitas tanpa tangan memperagakan adegan rekonstruksi kasus pelecehan seksual terhadap mahasiswi di Taman Udayana Kota Mataram, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)
Tersangka pria disabilitas tanpa tangan memperagakan adegan rekonstruksi kasus pelecehan seksual terhadap mahasiswi di Taman Udayana Kota Mataram, Rabu (11/12/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kami dari tim pendamping mendorong para korban untuk perlindungan LPSK untuk pemulihan psikologis. Supaya prosesnya bisa berjalan lancar.

Kalau kepada korban secara langsung tidak ada. Tapi korban bisa mengakses medsos, banyak juga publik yang tidak percaya. Tapi sampai menyerang korban di medsos. Itu cukup membuat korban merasa ketakutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
Muhammad Nasir
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us