Singajuru Salahkan Fasilitas Rumah Sakit Usai Siksa Prada Lucky hingga Kritis

- Singajuru menyalahkan rumah sakit karena kurangnya perawatan terhadap Prada Lucky, yang menyebabkan kematian prajurit tersebut.
- Singajuru mengakui menyiksa Prada Lucky dan Prada Richard dengan berbagai cara, termasuk menggunakan metode waterboarding dan kabel cas laptop.
- Dua dokter dari RSUD Aeramo membenarkan bahwa ginjal dan limpa Prada Lucky rusak akibat infeksi dan luka berlebihan, serta trauma benda tumpul terhadap organ bagian dalam.
Kupang, IDN Times - Letda Achmad Thariq Al Qindi Singajuru, mengakui perbuatannya menyiksa Prada Lucky dengan berbagai cara. Namun ia menyalahkan fasilitas rumah sakit yang kurang dalam merawat Prada Lucky.
Singajuru menyatakan ini saat diperiksa sebagai terdakwa ke-16 dalam berkas perkara kedua di Pengadilan Militer III-15 Kupang, Kamis (27/11/2025). Ia saat itu hadir langsung dan diperiksa bersama dengan 17 terdakwa lainnya.
Ia juga menyebut bahwa dirinya yang merekomendasikan agar Prada Lucky dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aeramo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
1. Tudingan ke pihak rumah sakit

Pernyataan ini disampaikan Singajuru dalam sidang saat diperiksa perannya oleh Oditur Letkol Chk Yusdiharto. Perwira ini membenarkan telah menyiksa Prada Lucky bersama terdakwa yang lain. Namun baginya kematian Prada Lucky karena tindakan medis yang tidak maksimal.
"Siap, karena luka dan perawatan di rumah sakit yang kurang maksimal," jawabnya.
Menurut dia, rumah sakit yang tidak memiliki alat untuk cuci darah sehingga harus dirujuk ke rumah sakit yang lainnya. Ia menuding alat medis dalam mobil rumah sakit juga tak memadai sehingga proses rujukan lambat. Prada Lucky memang didiagnosa mengalami penurunan fungsi ginjal dan kerusakan limpa.
"Kemudian pihak rumah sakit menghubungi Dantonkes dan ibu almarhum untuk dievakuasi ke rumah sakit yang ada alatnya. Kemudian ibu almarhum minta dibawa ke Kupang," jawabnya mengenai alasan ia menuding rumah sakit juga bertanggungjawab.
Ia mengaku dirinyalah yang menghubungi Dantonkes atau dokter markas untuk memeriksa keadaan Prada Lucky. Kemudian ia melaporkan ke atasan agar Prada Lucky dibawa ke rumah sakit segera. Pada tanggal 2 Agustus 2025, Prada Lucky pun dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia pada 6 Agustus 2025.
Ia juga mengaku berada di rumah sakit untuk memantau keadaan Prada Lucky pada 2 dan 3 Agustus, lalu pada tanggal 5 Agustus 2025. Kemudian di 6 Agustus 2025 prajurit muda ini menghembuskan nafas terakhir.
2. Berbagai cara penyiksaan

Singajuru sendiri dalam keterangan beberapa saksi dan terdakwa lainnya, disebut menyiksa Prada Lucky dan Prada Richard dengan berbagai cara. Ia mencambuk kedua korban dengan selang hingga hancur, lalu menggantinya dengan kabel cas laptop, meninju, menendang, juga menggunakan metode waterboarding atau tenggelam di darat yang berbahaya.
Ia sendiri mengakui perbuatannya pada 28 Juli 2025 itu berlebihan sebagai pembinaan. Menurutnya, ada beberapa alasan ia menganiaya korban, salah satunya soal indikasi penyimpangan seksual.
"Karena ada perbuatan yang tidak baik dari kedua korban, sempat kabur juga, dan malam itu tidak menaati perintah kami. Siap, alasannya agar membina mereka supaya tidak mengulangi hal yang sama," jawab dia lagi kepada Oditur.
Setelah disiksa olehnya, Prada Lucky dan Prada Richard dipindahkan ke rumah jaga lalu kembali disiksa dari tanggal 29 - 30 Juli oleh 4 senior lainnya.
3. Ginjal rusak akibat infeksi dan luka berlebihan

Dua dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Aeramo pada sidang sebelumnya, membenarkan banyak luka di tubuh Prada Lucky. Mereka juga menemukan ginjal dan limpa yang rusak karena infeksi yang sudah menjalar dan trauma benda tumpul terhadap organ bagian dalam termasuk paru-paru.
"Ada kerusakan di ginjal. Itu bisa karena infeksi yang menyebar dari luka-luka dan trauma atau bekas pukulan itu," jelas dia.
Sejak awal, kata Dokter Gede, Prada Lucky dilaporkan jatuh dari bukit oleh para tentara yang membawanya ke rumah sakit.
"Dia dilaporkan jatuh dari bukit dari ketinggian sekian maka kita berfokus pada daerah dada sejak awal diterima dengan rontgen, namun tidak tampak kelainan di dada," jelasnya.

















