Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sempat Dirawat, Bocah SD di Bima Meninggal Akibat DBD

Foto pasien meninggal dunia karena DBD di Kota Bima saat dievakuasi ke rumah duka (IDN Times/Juliadin)

Kota Bima, IDN Times - Jumlah pasien meninggal dunia diserang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bertambah jadi 2 orang. Terbaru, siswi SDN 21 Tolomundu usia 7 tahun.

"Iya benar, pasien tersebut meninggal hari Minggu kemarin," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima, Ahmad dikonfirmasi, Senin (17/3/2025).

1. Meninggal setelah beberapa hari dirawat

Foto Kepala Dikes Kota Bima, Ahmad (IDN Times/Juliadin)

Ahmad mengatakan, sebelum meningal dunia, siswi tersebut sempat menjalani perawatan medis di RSUD Kota Bima beberapa hari akibat terkena DBD. Hanya saja kondisinya terus memburuk hingga harus dirujuk ke RSUD Bima untuk diberi perawatan medis lanjutan.

"Kondisinya terus memburuk meski telah dirawat medis hingga dirujuk ke RSUD Bima," katanya.

2. 92 kasus DBD dan 2 orang meninggal

ilustrasi jenazah (IDN Times/Mia Amalia)

Dengan meninggalnya murid  SD itu menambah daftar korban jiwa di Kota Bima akibat DBD pada tahun 2025 ini. Sebelumnya, seorang anak berusia 11 tahun yang meninggal dunia karena DBD.

"Dalam 3 bulan terakhir, tercatat ada sebanyak 92 kasus DBD dan 2 meninggal. Rata-rata yang terkena penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti itu adalah anak di bawah umur," terangnya.

3. Belum penuhi syarat ditetapkan status KLB DBD

ilustrasi nyamuk (pexels.com/ravi)

Kendati demikian, pihaknya belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah di Kota Bima karena belum memenuhi syarat. Salah satunya angka bebas jentik di rumah tangga yang masih kurang, karena harus di atas 95 persen.

"Itu indikator utamanya. Namun kedepan kita akan melihat perkembangan kasusnya dulu," ujarnya.

Ahmad mengatakan, Dikes saat ini tengah fokus menjalankan fogging, menindak lanjuti imbauan dan surat edaran (SE) Wali Kota Bima untuk mencegah penambahan kasus. Meski ia menilai, kesadaran masyarakat untuk mencegah DBD masih kurang.

"Setelah ada anggota keluarga yang terjangkit baru merasa, itu pun orientasinya mereka hanya meminta fogging," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Juliadin JD
Linggauni
Juliadin JD
EditorJuliadin JD
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us