Riset BRIN, Rumput Laut NTB Bakal Disulap Jadi Bahan Bakar Pesawat

Mataram, IDN Times - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Jepang sedang melakukan riset pemanfaatan rumput laut di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai bahan bakar pesawat yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur. Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB I Gede Putu Aryadi mengatakan pihaknya telah mengirim 500 kilogram rumput laut untuk uji coba.
"Kita menyuplai untuk kebutuhan risetnya. Sementara kita kirim 500 kilogram rumput laut, itu untuk uji coba dulu," kata Aryadi dikonfirmasi di Mataram, Rabu (29/10/2025).
1. Jenis rumput laut yang diteliti menjadi bahan bakar pesawat di NTB

Sebelumnya, BRIDA NTB mengunjungi Dinas Kelautan dan Perikanan (Disutkan) NTB membahas identifikasi lokasi produksi hasil tangkapan rumput laut jenis Ulva dan Sargassum sp., yang akan diteliti sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan bahan bakar pesawat.
BRIDA NTB akan melakukan kunjungan lapangan guna mengumpulkan data dan sampel rumput laut asal NTB. Saat ini, lokasi penangkapan rumput laut jenis Sargassum diketahui berada di Teluk Cempi Kabupaten Dompu dan Teluk Waworada, Bima.
Dislutkan NTB membantu koordinasi dengan pihak terkait di lapangan untuk memudahkan proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan tim BRIDA NTB. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendukung inovasi energi terbarukan berbasis sumber daya kelautan lokal serta memberikan nilai tambah bagi sektor perikanan di NTB.
2. NTB akan menjadi penyuplai bahan baku

Aryadi mengungkapkan jika riset ini berhasil maka NTB akan menjadi penyuplai bahan baku rumput laut untuk diolah menjadi bahan bakar pesawat. Dia mengatakan NTB merupakan salah satu daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia.
"Kerja sama risetnya sudah berlangsung. Makanya kemarin bahan baku untuk riset sudah diminta ke kita sebanyak 500 kilogram. Kalau kerja sama ini jalan dan berhasil maka rumput laut NTB bisa menjadi pemasok kebutuhan industri. Kita terlibat di sana karena kita menandatangani kerja sama dengan penelitinya dan kayaknya tahun depan baru bisa terlihat hasilnya," terang mantan Kepala Disnakertrans NTB itu.
3. Ubah air lindi TPA jadi biogas

Selain itu, kata Aryadi, saat ini pihaknya juga melakukan riset pengolahan air lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kebon Kongok di Lombok Barat menjadi biogas. Dia menyebut air lindi yang dihasilkan di TPA Regional Kebon Kongok sebanyak 50 meter kubik per hari.
Riset ini melibatkan konsorsium perguruan tinggi yaitu Universitas Mataram, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan. Hasil hitungan sementara, pengolahan air lindi TPA Regional Kebon Kongok menjadi biogas bisa memasok kebutuhan biogas untuk 200 KK.
"Ada juga kita lagi kembangkan mesin pirolisis portable untuk mengolah sampah plastik menjadi BBM. Itu sudah banyak digunakan mengolah plastik di hulu. Karena mesinnya portable sehingga tak butuh listrik yang tinggi. Dengan mesin pirolisis ini kita ingin mengurangi sampah dari hulu," terangnya.


















