TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Mantan Atlet NTB, Jual Perhiasan Istri untuk Modal Cari Kerja

Pernah melamar pekerjaan di bank, namun ditolak

Mantan atlet dan pelatih tinju NTB Fahrudin (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Perhatian pemerintah terhadap atlet dan pelatih berprestasi pada era tahun 1980-an ke bawah tidak seperti saat ini. Saat ini, atlet yang berprestasi di tingkat nasional, regional bahkan internasional mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah.

Mereka yang berhasil mengharumkan nama daerah dan bangsa, diberikan bonus berupa uang, rumah bahkan jaminan pekerjaan sebagai PNS. Berbeda ketika era sebelum reformasi. Atlet tidak mendapatkan perhatian yang spesial dari pemerintah daerah.

Seperti yang dialami mantan atlet dan pelatih tinju Nusa Tenggara Barat (NTB) Fahrudin (54). Atlet dan pelatih cabang olahraga tinju NTB era 1980 dan1990-an ini harus berjuang sendiri agar dapat diterima bekerja di instansi swasta maupun pemerintahan.

Baca Juga: Salahi Ketentuan, Miliaran Dana BOS SMA/SMK di NTB Harus Dikembalikan 

1. Bangun rumah dengan uang pinjaman di bank

ilustrasi latihan tinju (pexels/cottonbro)

Fahrudin menuturkan nasib olahragawan zaman dulu tidak semujur olahragawan sekarang. Zaman sekarang, atlet yang berhasil menyumbang medali di tingkat nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) akan mendapatkan prioritas menjadi pegawai. Bahkan mendapatkan bonus berupa uang dan lainnya.

"Nasib olahragawan yang dulu tidak seperti sekarang ini. Atlet dulu banyak yang nganggur," kata Fahrudin saat berbincang dengan IDN Times di Mataram, Jumat (20/5/2022).

Fahrudin menjadi atlet tinju sejak 1986 hingga 1992. Kemudian menjadi pelatih tinju di NTB sampai tahun 2001. Pria kelahiran Bima tahun 1968 ini pernah mengharumkan nama daerah di tingkat nasional.

Meski demikian, tak menjamin akan mudah mendapatkan pekerjaan. Fahrudin menyatakan dirinya harus berjuang sendiri yaitu masuk pendidikan Satpam dengan biaya sendiri. Supaya daoat diterima bekerja di instansi swasta maupun pemerintahan pada waktu itu.

"Saya jual kalung dan anting istri saya untuk pendidikan Satpam. Kemudian berapa hotel dan bank saya melamar," katanya. Bahkan untuk membangun rumah, ia harus meminjam uang di bank.

Pada akhirnya, ia menjadi pegawai honorer sebagai Satpam di Dinas Kesehatan Provinsi NTB sekitar tahun 1998. Setelah menjadi pegawai honorer cukup lama, Fahrudin diangkat menjadi PNS pada thun 2007. Sekarang, ia menjadi anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) NTB.

"Saya bersyukur dengan pemerintahan yang sekarang sejak reformasi mulai ada perubahan. Seperti Gubernur dan Bupati/Walikota sudah membuka mata hatinya pada olahragawan," ungkapnya.

2. Dari atletik beralih ke tinju

Website

Fahrudin mengungkapkan awalnya dia bukan atlet tinju tetapi seorang pelari atau atlet atletik. Ia merupakan pelari nomor 100 meter dan maraton pada tahun 1984. Karena banyak saingan di cabang olahraga atletik, Fahrudin beralih ke cabang olahraga tinju pada 1986.

Pada tahun 1986, ia pernah berlatih tinju sekitar satu tahun di Jawa Timur. Ia sempat membela NTB sampai pra PON dan mendapat medali perunggu. Selaain itu, pernah juga membela NTB di kejuaraan nasional di Bali, mendapatkan medali perak.

Ia menjadi atlet tinju sampai tahun 1992. Kemudian pada tahun 1993 masuk sekolah pelatih dan menjadi pelatih daerah NTB. Sejak menjadi pelatih, sejumlah atlet berprestasi telah dicetak yang sekarang banyak menjadi polisi dan tentara.

Baca Juga: ITDC Fokus Persiapkan Event GT World Challenge Asia 2022 di Mandalika 

Berita Terkini Lainnya