Petani Muda di Lombok ini Go Digital dengan Aplikasi BRImo

Lombok Timur, IDN Times - Pertanian hidroponik semakin diminati, terutama di kalangan anak muda yang ingin bertani dengan cara modern. Salah satu inspirasi datang dari Rendy Satriawan Jayadi, seorang pemuda asal Desa Rumbuk, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dengan kegigihannya, ia mengembangkan usaha hidroponik bernama Toponic Farm. Melalui kerja keras dan inovasi, ia membuktikan bahwa bertani bisa menjadi bisnis yang menguntungkan dan menjanjikan. Ia juga memanfaatkan teknologi dan aplikasi BRImo dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk memperlancar transaksi bisnisnya.
1. Memulai dari nol dengan modal terbatas

Rendy pertama kali mengenal sistem hidroponik sejak 2015, namun baru mulai serius menjalankannya pada 2019 dengan modal awal Rp2,5 juta. Dengan modal tersebut, ia hanya mampu membuat 240 lubang tanam. Meski jumlahnya kecil, ia tetap tekun dan terus menambah kapasitas tanamnya.
Seiring waktu, jumlah lubang tanamnya bertambah hingga kini mencapai 2.400 lubang di lahan seluas 4 are. Perjalanannya tidaklah mudah, ia harus menunggu lima tahun sebelum bisa memiliki ribuan lubang tanam seperti sekarang.
“Saya mulai mengenal sistem hidroponik ini sejak 2015, tapi waktu itu saya masih kuliah. Kemudian saya mulai menekuninya sejak 2019. Modalnya sekitar Rp45 juta,” ungkapnya.
Sistem hidroponik yang diterapkan Rendy memiliki banyak keunggulan dibandingkan pertanian konvensional. Dengan sistem ini, tanaman lebih mudah dirawat karena tidak membutuhkan tanah dan minim penggunaan pestisida. Selain itu, hasil panen lebih berkualitas dan memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan sayuran yang ditanam secara tradisional.
2. Dikemas dengan baik agar kualitas sayur terjaga

Pada awalnya, banyak warga di desanya yang belum paham tentang hidroponik. Namun, Rendy tidak menyerah. Ia mulai memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produknya dan menjangkau lebih banyak pelanggan.
“Saya menjual sayuran selada sampai ke Pulau Sumbawa. Banyak pelanggan saya yang berasal dari Bima dan Dompu juga,” ujarnya.
Ia juga menjalin kemitraan dengan petani hidroponik di destinasi wisata seperti Gili Trawangan dan Mandalika. Dengan kerja sama ini, ia bisa memenuhi permintaan dari hotel-hotel yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Selain strategi pemasaran digital, Rendy juga memperhatikan kualitas kemasan produknya. Ia memastikan bahwa sayuran yang ia jual dikemas dengan standar yang baik sehingga tetap segar hingga sampai ke tangan pelanggan. Bahkan, kemasan yang ia gunakan memungkinkan sayurannya bertahan hingga satu minggu.
“Sudah dikemas dengan baik dan sesuai standar, jadi kalau pengiriman ke luar daerah, sayur bisa tetap segar sampai ke rumah pelanggan,” tambahnya.
3. Transaksi cepat dan mudah dengan BRImo

Dalam menjalankan bisnisnya, Rendy mengandalkan aplikasi BRImo untuk transaksi pembayaran dengan pelanggan. Ia menyadari bahwa dalam bisnis, kecepatan transaksi sangat penting untuk menjaga kepuasan pelanggan. Dengan BRImo, ia bisa langsung mengecek mutasi rekening dan mengetahui apakah pembayaran telah dilakukan oleh pelanggan.
“Saya pakai BRImo, jadi bisa tahu lebih cepat saat cek mutasi rekening. Bisa tahu pembayarannya sudah dilakukan. Jadi saya juga bisa lebih cepat mengirimkan pesanan pelanggan,” jelasnya.
Selain mempermudah proses pembayaran, BRImo juga memiliki fitur-fitur yang mendukung operasional bisnis. Menurut Rendy, aplikasi ini sangat ramah bagi pemula dan tidak memerlukan proses yang rumit.
“Transaksi pakai BRImo itu gak ribet, jadi bisa dilakukan dengan cepat,” tambahnya.
Saat ini, Rendy telah mencatat omzet bulanan lebih dari Rp8 juta dari bisnis hidroponiknya. Ia menggunakan sistem tanam bergilir, sehingga bisa memastikan pasokan sayuran tersedia setiap saat.
“Kalau omzet sepekan itu sekitar Rp2 juta, karena pakai sistem rotasi. Jadi gak semuanya kita panen bersamaan,” ujarnya.
Rendy berencana untuk terus mengembangkan bisnisnya dengan menambah jumlah lubang tanam dan meningkatkan kapasitas produksi. Ia ingin merekrut tenaga kerja tambahan agar dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Selain itu, ia mulai mempertimbangkan untuk mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai tambahan modal.
“Itu belum diisi karena keterbatasan modal. Saya belum pernah meminjam modal KUR di bank, karena saya belum tahu banyak (tentang KUR). Tapi ke depan bisa saja cara itu dicoba untuk menambah modal,” tuturnya.
Rendy memiliki kesempatan untuk mengakses KUR dari BRI. Sebab BRI tidak hanya memberikan KUR pada sektor perdagangan atau usaha saja, melainkan juga pada sektor pertanian hingga peternakan.
“Selain sektor perdagangan, BRI juga memberikan KUR terhadap sektor lainnya. Saat ini total plafon ada Rp226 miliar untuk sektor non-perdagangan seperti pertanian, peternakan dan perikanan,” kata Pemimpin Cabang BRI Selong, Dito Sanjaya Putra, Jumat (21/3/2025).
Selain dapat mengakses KUR, Dito juga mengungkapkan bahwa para pelaku usaha bisa mengajukan pembuatan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) untuk memperlancar transaksi bisnisnya.
Saat ini terdapat 7.150 merchant QRIS yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lombok Timur. Pengguna QRIS ini juga dapat menggunakan aplikasi BRImo untuk melakukan pengecekan transaksi atau menggunakan aplikasi BRImerchant.
“Dari total 7.150 merchant QRIS tersebut, saat ini menghasilkan volume transaksi sebesar Rp6,3 miliar selama bulan Januari dan Februari 2025,” kata Dito.
4. Menjadi inspirasi bagi petani muda

Rendy bukan hanya ingin menjadi pebisnis sukses, tapi juga ingin menginspirasi generasi muda agar tertarik pada pertanian modern. Ia membuka ladangnya bagi siapa saja yang ingin belajar hidroponik. Baginya, bertani bukan lagi sekadar pekerjaan tradisional, tetapi juga peluang bisnis yang menjanjikan jika dilakukan dengan metode yang tepat.
“Banyak anak muda yang tidak tertarik menjadi petani, padahal kalau dilakukan dengan cara modern, bisnis pertanian ini juga cukup menjanjikan,” ujarnya.
Ia berharap lebih banyak anak muda yang tertarik untuk berbisnis di sektor pertanian, terutama dengan pendekatan teknologi dan inovasi. Dengan adanya kemudahan transaksi digital seperti BRImo, bisnis pertanian kini semakin praktis dan efisien.