Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Cara Detoks dari Kebiasaan Oversharing di Media Sosial, Coba Yuk! 

ilustrasi perempuan menggunakan handphone (freepik.com/freepik)

Pernahkah kamu merasa malu atau nyesel setelah nge-post sesuatu di media sosial? Cerita yang awalnya ingin berbagi, malah jadi boomerang karena terlalu banyak informasi pribadi yang terbuka. Tanpa sadar, kebiasaan oversharing ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan sosial kita.

Oversharing sering terjadi karena kita ingin didengar dan dimengerti. Tapi kalau gak disaring, informasi yang kita bagikan bisa disalahpahami atau bahkan dimanfaatkan orang lain.

Yuk, simak lima cara buat detoks dari kebiasaan oversharing dan jadi lebih bijak saat main medsos!

1. Tanyakan pada diri sendiri

ilustrasi perempuan menggunakan handphone (pexels.com/@miriam alonso)

Setiap kali ingin membagikan sesuatu, coba berhenti sejenak dan tanya pada diri sendiri, "Apa manfaatnya buat orang lain?" Kadang, kita membagikan hal-hal yang sebenarnya cuma valid untuk diri sendiri atau momen sesaat. Kalau gak benar-benar penting, lebih baik simpan aja buat diri sendiri.

Ingat, gak semua hal harus di-upload ke media sosial. Ada perasaan yang lebih damai saat kita bisa menyimpan sesuatu hanya untuk diri sendiri. Privasi itu bukan kekurangan, tapi bentuk perlindungan diri yang sehat!

2. Sadari pola oversharing yang sering dilakukan

ilustrasi perempuan membuka media sosial (freepik.com/freepik)

Mulai perhatikan jenis postingan atau cerita seperti apa yang sering kamu unggah. Apakah kamu cenderung curhat soal konflik pribadi? Atau sering mengumbar detail kehidupan sehari-hari yang terlalu spesifik?

Dengan menyadari polanya, kamu jadi lebih peka kapan kamu mulai oversharing. Langkah ini penting untuk mengontrol kebiasaan dan mulai membangun batasan digital. Gak ada salahnya jadi lebih selektif soal apa yang layak diketahui publik.

3. Jauhkan diri dari media sosial di jam emosional

ilustrasi perempuan menikmati kopi (freepik.com/pressfoto)

Banyak orang gak sadar bahwa mereka paling sering oversharing saat lagi emosi. Entah itu marah, sedih, kecewa, atau bahkan terlalu senang. Kondisi emosional bisa bikin kita impulsif dalam membagikan sesuatu yang seharusnya dipikir dua kali.

Coba biasakan untuk gak membuka media sosial saat kamu sedang gak stabil secara emosional. Tunggu sampai kamu merasa lebih tenang dan jernih sebelum memutuskan untuk berbagi. Dengan begitu, kamu bisa terhindar dari rasa nyesel di kemudian hari.

4. Buat batasan digital yang sehat

ilustrasi perempuan menggunakan handphone (freepik.com/freepik)

Batasan bukan cuma soal waktu screen time, tapi juga tentang apa yang layak kamu bagikan ke publik. Misalnya, kamu bisa mulai dengan gak posting lokasi secara real time, gak membagikan masalah pribadi, atau gak nge-tag orang lain tanpa izin mereka.

Kebiasaan ini membantu kamu tetap mindful saat bersosial media. Kamu juga akan merasa lebih aman dan nyaman karena gak semua aspek hidupmu jadi konsumsi publik. Ingat, kamu berhak menentukan sejauh apa orang lain tahu tentang hidupmu!

5. Ganti oversharing dengan koneksi yang lebih intim

ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/@maide arslan)

Daripada mencurahkan semuanya di Instagram Story atau Twitter, kenapa gak cerita langsung ke teman dekat? Kadang, kita cuma butuh didengarkan oleh satu orang, bukan ribuan followers yang belum tentu peduli. Koneksi yang nyata jauh lebih bermakna daripada validasi online.

Kamu juga bisa mulai journaling atau menulis diary sebagai pelampiasan yang lebih sehat. Ini bisa jadi cara aman buat mengekspresikan perasaan tanpa harus diumbar ke publik. Dengan begitu, kamu tetap bisa jujur pada diri sendiri tanpa risiko oversharing.

Detoks dari oversharing bukan berarti kamu harus hilang dari media sosial sepenuhnya. Tapi lebih ke soal belajar mengelola apa yang kamu bagikan, dan kenapa kamu membagikannya. Yuk, mulai jadi pengguna media sosial yang lebih bijak dan mindful demi ketenangan hidup digital yang lebih sehat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us