Surat untuk Kamu yang Masih Belajar Mencintai Diri Sendiri

Belajar mencintai diri sendiri bukanlah perjalanan yang cepat atau selalu mulus. Kadang kita berpikir cinta diri itu soal memanjakan diri atau berkata “aku baik-baik saja,” padahal nyatanya lebih dalam dari itu. Cinta pada diri sendiri berarti menerima semua bagian dari kita, yang kuat, yang rapuh, yang sedang berantakan, dan yang masih mencari arah. Dan itu bukan hal yang mudah, apalagi saat kita tumbuh dengan banyak tuntutan dan keraguan.
Surat ini ditulis untuk dirimu yang sedang dalam proses. Yang masih belajar berdamai dengan cermin, dengan pikiran sendiri, dan dengan masa lalu yang belum sepenuhnya sembuh. Untukmu yang pelan-pelan mencoba berkata, “aku cukup,” meski suaranya masih lirih. Ini bukan akhir perjalanan, tapi tanda bahwa kamu sudah berani memulainya. Dan itu sudah sangat berarti.
Berikut surat untuk diri sendiri yang masih belajar mencintai diri.
1. Surat untuk diri sendiri yang masih belajar mencintai diri

Hai kamu,
Aku tahu kamu sedang berusaha, berusaha untuk lebih lembut kepada diri sendiri, untuk lebih memaafkan, dan untuk berhenti mengukur nilai dirimu dari standar orang lain. Aku tahu, ini bukan perkara mudah. Ada suara-suara di dalam yang seringkali lebih keras dari kenyataan. Suara yang bilang kamu kurang, kamu gagal, kamu tidak pantas. Tapi aku di sini untuk mengingatkan: kamu cukup. Bahkan di tengah semua ketidaksempurnaan.
Belajar mencintai diri bukan tentang selalu merasa bahagia, tapi tentang memilih untuk hadir untuk dirimu sendiri. Saat kamu jatuh, kamu belajar mengulurkan tangan, bukan menyalahkan. Saat kamu tidak tahu arah, kamu belajar untuk duduk tenang dan mendengarkan hatimu. Kamu mungkin masih tersandung di sini dan sana, tapi setiap langkah kecil itu berarti. Karena kamu sedang pulang ke rumah yang sesungguhnya: dirimu sendiri.
2. Kamu tidak harus disukai semua orang

Mungkin kamu pernah terlalu sibuk menyenangkan orang lain hingga lupa bagaimana caranya menjadi nyaman dengan diri sendiri. Tapi perlahan, kamu mulai paham: kamu tidak harus disukai semua orang untuk merasa berharga. Nilaimu tidak tergantung dari validasi luar, tapi dari bagaimana kamu memperlakukan dirimu dengan kasih.
Mulai sekarang, cobalah berdiri di sisi dirimu. Jadilah teman terbaikmu sendiri. Kamu boleh berkata tidak. Kamu boleh menjauh dari hal-hal yang menyakitimu. Kamu tidak egois saat memilih menjaga dirimu sendiri, kamu sedang belajar mencintai dengan cara yang paling murni.
3. Luka tidak membuatmu kurang

Kamu membawa beberapa luka dari masa lalu, dan itu tidak apa-apa. Luka bukan tanda kelemahan, tapi bukti bahwa kamu pernah bertahan. Ada bagian dari dirimu yang pernah remuk, tapi kamu terus memilih hidup. Dan dari situ, kamu tumbuh pelan-pelan, tanpa perlu terburu-buru.
Belajar mencintai diri juga berarti memeluk bagian-bagian yang belum sembuh. Kamu tidak harus menunggu sempurna untuk merasa layak. Kamu boleh bahagia bahkan di tengah penyembuhan. Kamu boleh bangga pada dirimu yang sedang berproses. Karena perjalanan ini bukan tentang tiba di tujuan, tapi tentang keberanian untuk terus melangkah.
4. Pelan-pelan, tapi pasti

Ada hari-hari ketika kamu merasa jauh dari cinta diri. Ada saat kamu kembali mempertanyakan segalanya. Tapi tidak apa-apa. Proses ini memang tidak linear. Yang penting, kamu tidak berhenti mencoba. Pelan-pelan, kamu akan sampai. Dan dalam proses itu, kamu akan belajar bahwa mencintai diri adalah latihan yang terus hidup, bukan pencapaian sekali jadi.
Cintailah dirimu dalam bentuk paling sederhana: tidur cukup, makan saat lapar, menangis saat perlu, memaafkan saat lelah. Itu bukan hal sepele, tapi bentuk cinta yang nyata. Dan kamu pantas menerima itu dari orang lain, tapi terutama dari dirimu sendiri.
Untuk diriku yang masih belajar mencintai diri, teruslah melangkah. Meski kadang ragu, meski kadang lelah. Kamu sedang melakukan sesuatu yang sangat penting: membangun rumah yang aman di dalam dirimu sendiri. Suatu hari nanti, kamu akan menyadari bahwa kamu telah tumbuh menjadi sosok yang lebih utuh, lebih tenang, dan lebih menerima. Dan saat hari itu datang, kamu akan melihat ke belakang dengan senyum: “Aku berhasil. Aku pulang.”
Dengan hangat dan penuh pengertian,
Aku, yang sedang menemanimu belajar mencintai.
Demikian surat untuk diri sendiri yang masih belajar mencintai diri.