Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Pelajaran Hidup yang Bisa Dipetik dari Film Titip Surat untuk Tuhan

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Tayang perdana di platform streaming Netflix pada 4 Juli 2024, film Titip Surat untuk Tuhan sempat menuai sorotan. Film ini menduduki Top 10 film paling banyak ditonton di platform favourite tersebut selama kurang lebih 7 hari.

Mengusung genre drama keluarga, film besutan Clock Work Films dan MD Entertainment ini memang sudah lebih dahulu rilis di bioskop Tanah Air sejak 7 Maret 2024. Berdurasi 1 jam 20 menit, film ini juga dibintangi oleh aktor dan aktris senior seperti Marsha Timothy dan Donny Damara. 

Hadir dengan premis yang unik dan penuh haru, film ini mengisahkan tentang perjalanan keluarga menghadapi sebuah ujian besar. Titip Surat untuk Tuhan boleh jadi membuat penonton tertegun hingga meneteskan air mata.

Menyuguhkan kisah kekeluargaan dan keagamaan yang dikemas sederhana dan menyentuh hati, berikut sejumlah pesan mendalam yang tersirat sebagai pelajaran hidup yang bisa dipetik dari film drama keluarga tersebut.

1. Percaya akan kekuatan doa dan harapan

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Sejak awal sampai menjelang akhir kisah, pesan paling mendalam yang mendasari film ini ialah tentang kekuatan doa dan harapan. Terkadang, ketika dalam kondisi sulit dan ditimpa ujian, sebagian besar orang memilih untuk mengendurkan ibadah dan doa karena sudah merasa kecewa oleh Tuhan, seolah dunia tak pernah memihaknya dan tak mengabulkan keinginannya. 

Perasaan ini pun juga dialami oleh keluarga Satrio (Donny Damara) dan istrinya Utari (Marsha Timothy) saat mendapat musibah ketika keluarga kecilnya yang sederhana dan bahagia tiba-tiba harus dihadapkan dengan kenyataan jika putri sulungnya terkena tumor di salah satu matanya. Satrio dan istrinya yang kerap rajin beribadah dan bermunajat setiap harinya ini lantas mulai kelimpungan.

Istrinya mulai meragukan kuasa dan pertolongan Tuhan karena tak kunjung mendapatkan uang dan pinjaman untuk mengobati penyakit anaknya. Namun, di akhir cerita, hal ini pun akan terjawab, bahkan membuat kita tertegun bahwa semesta punya cara yang unik untuk menjawa doa yang dipanjatkan. Rezeki dan juga pertolongan Tuhan akan datang dengan cara-Nya yang indah di waktu yang tepat, dari arah yang tak disangka-sangka.

2. Pada akhirnya, kesabaran dan kejujuran akan berbuah kebaikan yang tak terkira

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Bekerja sebagai akuntan, Satrio seringkali mendapat tawaran dari klien untuk menggelapkan pajak dan mengubah catatan pembukuan. Namun, berulang kali Satrio tetap bersikeras menolak uang panas tersebut.

Hal ini juga sempat membuat Satrio bertengkar hebat dengan istrinya, Utari, yang begitu jengkel karena merasa keluarga mereka sedang dilanda kesulitan dan tengah membutuhkan uang dalam jumlah besar untuk mengobati putri sulungnya, Dinda (Olivia Morrison) yang menderita penyakit mematikan.

Lambat laun, Utari merasa kesal dengan prinsip amanah dan kejujuran yang selalu dipegang teguh oleh Satrio di kala keluarganya berada di posisi sulit, tak kunjung mendapatkan uang dan pinjaman di tengah berbagai godaan uang panas yang hadir di depan mata. Namun, dengan segala kesabaran, keteguhan hati dan kekuatan doa, kejujuran Satrio pun akhirnya berbuah kebaikan tiada dua.

Tuhan menjawab doa keluarga Satrio lewat cara yang tak disangka-sangka, melalui surat yang dituliskan oleh putra bungsu mereka, Tulus (Muhammad Adhiyat) yang masih duduk di sekolah dasar dan dengan polosnya menuliskan surat untuk Tuhan melalui pos.

Surat tersebut berisi keluh kesah Tulus terhadap ujian yang menimpa keluarganya beserta harapan Tulus untuk kesembuhan kakaknya dan kebahagiaan keluarganya, tanpa ada lagi pertengkaran antar ayah dan ibunya terkait biaya pengobatan sang kakak.

3. Keburukan sekecil apapun akan tetap menuai balasannya, cepat atau lambat

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Seperti halnya hukum tabur-tuai, apa yang sudah ditabur maka itu yang akan dituai, hal ini pun turut tergambar pada seorang pengusaha bernama Bu Saskia (Kaemita Boediono) yang terus-menerus berusaha memberikan suap kepada Satrio untuk menggelapkan jumlah pajaknya. Ditambah, Pak Mulyadi (Teuku Rifnu Wikana) selaku atasan Satrio juga mendukung perbuatan 'main belakang' dengan uang panas tersebut.

Namun, ganjaran atas perbuatan buruk sejatinya hanyalah soal waktu yang tak pernah salah alamat. Cepat atau lambat, keburukan yang sudah dilakukan tetap dihitung oleh Tuhan dan mendapatkan balasannya dari semesta. Baik segera ataupun yang ditunda, baik yang terasa oleh diri ataupun yang menimpa orang terdekat, baik balasan di dunia ataupun di akhirat kelak.

Seperti halnya yang diperlihatkan di film ini, ketika pelaku yang terlibat dalam penggelapan pajak tersebut harus menghadapi kenyataan pahit sebagai imbalan atas perbuatan buruk yang telah diperbuat olehnya.

4. Keberkahan hidup juga bisa didapatkan dari bekerja secara amanah

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Sebagai akuntan yang amanah dalam melakukan pekerjaannya, Satrio memang menjadi salah satu bukti kuat jika bekerja secara amanah bisa berbuah keberkahan dan rezeki yang berlimpah dengan cara kerja semesta yang tak terduga.

Selain Satrio, Pak Pos (Verdi Solaiman) yang menjadi pengantar surat Tulus pun juga menyiratkan pesan tentang berlaku amanah, meski dirinya sendiri dilanda kebingungan hingga dicemooh oleh teman-temannya.

Surat Tulus yang hanya berlapis amplop putih dan perangko bekas bertuliskan "Kepada: Tuhan di tempat" itu tentu saja membingungkan Pak Pos. Tanpa tertera alamat pengirim dan tentu saja, tanpa alamat penerima. Namun, Pak Pos tetap memegang prinsip jika surat yang sudah ditugaskan untuknya merupakan amanah dari pekerjaan yang harus diantar hingga sampai ke tangan penerima, sekalipun ia sendiri merasa sangat kebingungan harus mengirimkan kemana surat tersebut.

Selama beberapa hari, Pak Pos masih mencoba merenung dan membawa surat itu kemana-mana, ke kantin kantornya hingga ke rumahnya dengan kondisi utuh tersegel sembari memikirkan surat tersebut.

Pak Pos juga berusaha untuk mencari tahu siapa dan dimana keberadaan pengirim surat yang sama sekali tak menuliskan data diri di bagian belakang amplop. Kehadiran Pak Pos ternyata merupakan salah satu perantara kebaikan yang ditakdirkan Tuhan untuk mengantarkan jawaban dari segala doa dan keteguhan hati keluarga Satrio saat ia mengantarkan paket milik seseorang yang menjadi plot twist dari film ini. 

5. Setiap orang juga menghadapi ujian dan cobaannya masing-masing

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Dikemas secara ringan, film ini juga menyadarkan para penonton untuk melakukan evaluasi diri masing-masing, melihat ke dalam diri sejenak untuk menanyakan sudah sejauh mana keteguhan dan kepercayaan diri terhadap semua doa yang sudah dipanjatkan, terhadap semua nikmat dan perlindungan yang sudah diberikan, juga terhadap kuasa dan pertolongan sang Maha Pencipta di kala diri merasa kesulitan.

Bahkan, ada momen di kala si bungsu, Tulus kerap bertanya dimanakah Tuhan saat ayah dan ibunya sedang membutuhkan pertolongan. Kondisi dan ujian yang terjadi pada keluarga Satrio boleh jadi juga dirasakan oleh penonton, entah dalam bentuk yang serupa atau juga jenis yang berbeda.

Ada yang diuji dari segi kesehatan, keuangan, persahabatan, cinta, karier, pendidikannya dan masih banyak lagi. Secara sederhana, film ini juga menyiratkan bahwa setiap insan yang ada di dunia ini semuanya memiliki titik hambatan kehidupan yang berbeda, bergelut dan berjuang dengan ujian dan cobaan masing-masing. 

6. Ada banyak jenis rezeki yang selama ini diberikan Tuhan dalam kehidupan

Titip Surat untuk Tuhan (instagram.com/clockworkfilmsofc)

Huru hara di dalam keluarga Satrio mencuat sejak putri sulungnya sakit dan didiagnosa menderita tumor di mata sebelah kanannya. Setelah menonton secara keseluruhan, film ini mencoba mengajak penonton untuk melihat dan menyadari berbagai jenis rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan, mulai dari hal kecil sekalipun yang selama ini sudah didapatkan namun kerap tidak disadari.

Mulai dari rezeki umur sehingga masih diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan, rezeki sehat sehingga bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Rezeki memiliki anggota tubuh yang lengkap dan bisa berfungsi dengan baik, rezeki bisa mengenyam pendidikan, rezeki memiliki pekerjaan yang baik dan halal. Rezeki bisa makan dan minum hingga rezeki dikelilingi lingkungan dan orang-orang yang baik, termasuk rezeki memiliki keluarga yang utuh, lengkap dan bahagia.

Sejatinya, apa yang dimiliki saat ini, boleh jadi merupakan keinginan dan doa yang selalu dipanjatkan oleh orang lain. Artinya, masing-masing dari kita perlu untuk hadir seutuhnya di momen saat ini yang akan membawa kita ke hal-hal penuh berkah dan rasa syukur.

Pasalnya, hidup adalah sebuah perjalanan dengan berbagai pilihan, tentu kita bisa memilih kapanpun untuk bersyukur dengan berbagai jenis rezeki yang sudah diberikan oleh Tuhan agar bisa menarik lebih banyak rezeki dan hal baik lainnya ke dalam kehidupan.

7. Rencana Tuhan jauh lebih baik dari rencana hamba-Nya

Titip Surat untuk Tuhan (dok. MD Entertainment/Titip Surat untuk Tuhan)

Berbagai pergolakan batin yang juga sangat menonjol selama di film ialah dari karakter Utari sebagai seorang ibu yang sangat khawatir akan kondisi kesehatan anaknya. Bahkan, ketika keadaan anaknya semakin parah dan terus mendesak di tengah ketiadaan biaya untuk operasi mata anaknya, Utari pun mencoba pergi ke Jakarta untuk mencari pinjaman.

Ia memulai kunjungan pertamanya untuk mencari pinjaman dengan mendatangi rumah kakaknya, namun hasilnya nihil karena sang kakak ternyata sedang pergi berlibur ke Amerika dan ia justru hanya mendapat cemoohan yang menyakitkan dari iparnya.

Utari juga sempat menemui temannya yang sedang bekerja di sebuah tempat hiburan malam, namun hasilnya tetap nihil karena temannya menolak memberikan pinjaman melainkan menawarkan pekerjaan kepada Utari untuk melayani para pelanggan di tempat hiburan tersebut.

Terakhir, Utari tanpa sengaja bertemu teman kecilnya, Yudha (Revaldo) yang sudah menjadi seorang Direktur di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Alih-alih diberikan pinjaman, Yudha justru memberi syarat kepada Utari untuk menceraikan Satrio dan beralih hidup bersama dirinya dengan dalih jika ia bisa memberikan segalanya yang dibutuhkan termasuk kehidupan mewah, pendidikan hingga pengobatan untuk anak Utari.

Potret kebimbangan yang dialami Utari ini turut menggambarkan berbagai tawaran sulit yang kerap kita temukan dalam kehidupan. Pergolakan batin dari orang-orang yang sedang ditimpa musibah dan bagaimana cara mereka memilih jalan untuk mengarungi ujian tersebutlah yang kelak menjadi 'penentu'.

Tak jarang, sebagian besar orang yang sudah mencapai titik putus asa lantas terpaksa memilih mengambil jalan pintas yang justru cepat atau lambat bisa menjerumuskan dirinya di kemudian hari demi bisa menyelesaikan masalah secara instan. 

Kekuatan hati Utari untuk mencoba bersabar di antara berbagai godaan dan penawaran saat pergi mencari pinjaman sekiranya terasa relate bagi sebagian besar wanita yang pernah mengalami kesulitan seperti Utari di film.

Berkat kekuatan doa, kejujuran Satrio dan juga kesabaran Utari, keluarganya pun memetik hasil yang indah dan penuh haru yang akan membuat penonton ikut menyadari jika rencana Tuhan benar-benar jauh lebih baik dari rencana hamba-Nya. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada para hamba-Nya yang teguh memegang kejujuran dan percaya akan pertolongan dengan berdoa kepada-Nya. 

Film pun ditutup dengan kisah sederhana dan penuh haru, ketika semua pergolakan batin dan cobaan telah dilalui, Tuhan kemudian 'memberikan jawaban' melalui siklus dan rangkaian kejadian sederhana yang menggambarkan pola kerja semesta dengan cara tak terduga. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anjani Nur Permatasari
EditorAnjani Nur Permatasari
Follow Us