Pelaku Wisata dan Warga Sembalun Protes Penutupan Pendakian Rinjani

Lombok Timur, IDN Times – Keputusan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menutup total seluruh jalur pendakian dari 1 hingga 10 Agustus 2025. Ini dilakukan setelah kecelakaan yang dialami pendaki asal Swiss pada 18 Juli lalu.
Kebijakan ini memicu protes keras dari pelaku wisata dan masyarakat Sembalun. Mereka menilai kebijakan ini tidak proporsional dan berdampak buruk pada perekonomian ribuan warga yang bergantung pada sektor pariwisata Rinjani.
1. Sebut mematikan sumber kehidupan masyarakat

Ketua Forum Wisata Lingkar Rinjani (FWLR), Royal Sembahulun menyayangkan kebijakan penutupan total jalur pendakian Rinjani, sebab penutupan tersebut tanpa mempertimbangkan jalur-jalur yang masih aman.
Masyarakat disebut sangat kecewa dengan penutupan total ini. Seharusnya ada pembedaan antara jalur yang berbahaya dan yang masih layak digunakan..
"Pemerintah terkesan tidak peduli karena mereka tidak merasakan langsung bagaimana rezeki kami terputus," tegasnya.
Hal yang sama diungkapkan Koordinator Asosiasi Pemandu Gunung Rinjani (APGR), Rizal mengatakan, penutupan total ini sebutnya sangat merugikan masyarakat Sembalun, terutama bagi pelaku pariwisata, sebab melalui pendakian Rinjani ini mereka menggantungkan hidup.
"Jangan sampai satu insiden mengubur potensi wisata Rinjani yang menjadi tumpuan hidup ribuan orang," ujarnya.
2. Ratusan TO terpaksa tutup

Pemilik Trekking Organizer (TO) menyebut dampak parah dari kebijakan penutupan pendakian Rinjani. Karena kebijakan ini, lebih dari 200 TO terpaksa tutup. Ribuan porter, pemandu, sopir, tukang ojek, dan pedagang kecil kehilangan penghasilan.
Masyarakat dan pelaku wisata memahami perlunya perbaikan jalur setelah kecelakaan, terutama di rute menuju Danau Segara Anak. Namun, mereka mendesak agar jalur utama seperti Sembalun menuju Puncak Sembalun dan Senaru Pelawangan Senaru tetap dibuka karena dinilai lebih aman.
"Ini adalah rute utama ribuan pendaki dunia. Kami siap membantu perbaikan jalur yang rusak, tapi jangan tutup semuanya," kata Rizal.
3. BTNGR beralasan demi keselamatan

Menanggapi persoalan ini, Kepala BTNGR, Yarman menegaskan bahwa penutupan sementara diambil berdasarkan rekomendasi rapat koordinasi pascakecelakaan.
"Ini langkah evaluasi untuk memperkuat aspek keselamatan. Kami tidak ingin kejadian serupa terulang," jelasnya.
Selama penutupan, BTNGR akan melakukan, Evaluasi kondisi jalur pendakian. pengecekan peralatan keselamatan dan penyempurnaan prosedur tanggap darurat. BTNGR berjanji akan mempertimbangkan masukan masyarakat sebelum mengambil keputusan final.
"Bagi pendaki yang sudah membeli tiket, BTNGR menawarkan reschedule atau refund penuh," ujar Yarman.