Murid di Bima ini Menangis Minta Bawa Pulang Makanan untuk Orangtua

Kota Bima, IDN Times - Ada cerita lain saat pembagian Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 28 Melayu Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (17/2/2025). Seorang murid perempuan menangis di ruang kelas, ia meminta agar makanan dibawa pulang untuk orangtuanya di rumah.
Kejadian itu bermula saat murid itu bersama belasan murid lainnya diberikan makanan bergizi gratis di sekolah. Saat teman-temannya selesai menyantap makanan, ia tiba-tiba menangis.
1. Ingin makan bersama orangtuanya di rumah
Murid itu mengatakan bahwa ia sengaja tidak menyantap makanannya karena ingin membawa pulang untuk orangtuanya di rumah. Guru yang mendatanginya lalu membujuknya agar nasinya dimakan, namun justru membuat dia semakin menangis.
"Iya minta bawa pulang nasi, mau makan bersama orang tuanya di rumah," kata Wali Kelas, Iklimah, Senin (17/2/2025).
2. Murid diminta bawa air minum dan sendok dari rumah
SDN 28 Melayu merupakan salah satu satuan pendidikan di Kecamatan Asakota yang melakukan simulasi MBG. Di sana, murid dianjurkan oleh Kepala Sekolah (Kepsek) bawa air minum dan sendok dari rumah masing-masing.
Meski demikian, namun masih ditemukan sejumlah siswa yang tidak membawanya hingga mereka terpaksa menyantap makan menggunakan tangan. Kemudian terdapat juga beberapa murid lain yang tidak menghabiskan makanan. Mereka beralasan masih kenyang, karena sudah sarapan dari rumahnya masing-masing.
"Saat diumumkan program makan gratis pekan lalu, disambut antusias oleh para siswa. Mereka sangat bangga, bahkan kehadiran anak-anak di sekolah sangat meningkat dengan adanya program ini," ungkap Kepsek SDN 28 Melayu, Nurfatuh.
3. Simulasi MBG sisir 21 sekolah
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bima, Muhammad Humaidi mengatakan simulasi MBG ini dilakukan di 21 sekolah di Kecamatan Asakota. Puluhan sekolah itu mulai dari Tingkat Kanak-kanak (TK) hingga SMA, dengan jumlah siswa sebanyak 3.262 orang.
"21 sekolah yang terpilih ini masing-masing berjarak 3 kilometer dari satu sekolah ke sekolah lain. Memang aturannya begitu," pungkasnya.