Sebagian Pabrik Tutup, Perajin Tahu Tempe di Mataram Kurangi Produksi

Walikota dan Gubernur diminta turun lihat kondisi perajin

Mataram, IDN Times - Perajin tahu dan tempe di Lingkungan Kekalik Kijang Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram menjerit dengan mahalnya harga kedelai sejak tiga bulan terakhir. Harga kedelai yang dulunya Rp900 ribu sampai Rp1 juta per kuintal, kini menembus Rp1.350.000.

Menyikapi mahalnya harga kedelai, para perajin tahu dan tempe di Kota Mataram mengurangi produksi hingga 50 persen. Bahkan, sebagian dari pabrik tahu dan tempe yang berada di Lingkungan Kekalik Kijang Kelurahan Kekalik Jaya tutup alias setop produksi.

1. Kurangi produksi dan ukuran tahu tempe

Sebagian Pabrik Tutup, Perajin Tahu Tempe di Mataram Kurangi ProduksiPerajin tahu di Lingkungan Kekalik Kijang Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, Samaiah sedang memproduksi tahu (IDN Times/Muhammad Nasir)

Salah seorang perajin tahu di Lingkungan Kekalik Kijang Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, Samaiah ditemui di lokasi, Selasa (22/2/2022) mengatakan mahalnya harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe terjadi sejak Desember 2021 hingga saat ini.

"Kemarin kita dapat beli Rp900 ribu sampai Rp1 juta per kuintal. Sekarang sudah Rp1.350.000 per kuintal. Belum lagi harga kayu dan garam naik juga," keluh Samaiah.

Mahalnya harga kedelai membuat produsen tahu dan tempe mengurangi produksinya. Biasanya, setiap hari memproduksi 50 cetak tahu, dengan mahalnya harga kedelai, produksi tahu hanya 20 - 30 cetak per hari.

"Satu cetak isinya 2 kg. Ukurannya juga dikecilin," tuturnya.

Selain itu, harga juga terpaksa dinaikkan dari Rp40 ribu per cetak menjadi Rp50 ribu. "Kedelainya ada tetapi harganya yang naik. Katanya pengiriman tak seperti dulu. Sekarang dikasih sedikit oleh distributornya," ungkap Samaiah.

Baca Juga: Keren! Ada Festival Memancing Belut di Lombok Timur, Hadiahnya Jutaan

2. Sebagian pabrik tahu dan tempe tutup

Sebagian Pabrik Tutup, Perajin Tahu Tempe di Mataram Kurangi ProduksiPerajin tahu dan tempe di Lingkungan Kekalik Kijang Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram Suparmin (IDN Times/Muhammad Nasir)

Samaiah menyebutkan jumlah pabrik tahu dan tempe di Lingkungan Kekalik Kijang sekitar 15 gudang. Saat ini, pabrik yang beroperasi tinggal 7 gudang. Banyaknya pabrik tahu dan tempe yang tutup kata Samaiah lantaran harga bahan baku yang terus naik.

Dirinya bersama perajin tahu dan tempe lainnya berharap Pemerintah segera turun tangan agar harga kedelai kembali normal. Meskipun perajin tahu dan tempe sangat menjerit dengan kondisi saat ini, belum ada pejabat dari Pemerintah Daerah Kota Mataram yang turun ke lokasi.

"Kami berharap harga kedelai bisa segera turun. Supaya normal lagi. Kita juga susah karyawannya cuma bikin sedikit. Sehingga sedikit juga dia dapat upah," harapnya.

Senada dengan Samaiah, perajin tahu dan tempe lainnya, Suparmin meminta Walikota Mataram dan Gubernur NTB turun melihat kondisi para perajin di Lingkungan Kekalik Kijang. Ia juga meminta Anggota DPRD Kota Mataram dan DPRD Provinsi NTB dapat memperjuangkan aspirasi perajin tahu dan tempe.

"Jangan hanya turun ketika mengharapkan suara saat Pilkada," katanya.

Suparmin menyebutkan biasanya dalam sehari kedelai yang diolah menjadi tahu dan tempe sekitar 2 kuintal. Namun sekarang hanya 50 kg.

"Kita tidak berani produksi banyak," katanya.

3. Pemerintah Pusat turunkan tim ke daerah

Sebagian Pabrik Tutup, Perajin Tahu Tempe di Mataram Kurangi ProduksiKepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Fathurrahman (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB Fathurrahman mengatakan Pemerintah Pusat telah menurunkan tim ke daerah kaitan dengan kelangkaan kedelai. Sebelumnya, Dinas Perdagangan telah melaporkan ke Kementerian Perdagangan mengenai kelangkaan dan mahalnya harga kedelai. Apalagi menjelang event MotoGP dan memasuki bulan puasa. NTB berharap harga kedelai kembali normal.

"Impor kedelai belum dibuka kerannya. Situasi ini hampir sama secara nasional. Kita sudah laporkan kedelai terjadi kelangkaan dan harga sudah mahal. Sama kasusnya kayak minyak goreng," terang Fathurrahman.

Terkait dengan stok kedelai di NTB, Fathurrahman mengatakan masih ada kedelai lokal. Namun harganya jauh lebih tinggi dibaandingkan kedelai impor. Produksi kedelai lokal juga terbatas karena petani lebih memilih menanam jagung daripada kedelai berdasarkan informasi yang didapatkan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB.

Baca Juga: Intel Jaksa Gadungan Asal Medan Diringkus Polisi di Mataram 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya