Bulog akan Impor 15 Ribu Ton Beras dari Myanmar dan Pakistan untuk NTB

Mataram, IDN Times - Perum Bulog berencana mengimpor 15 ribu ton beras dari Myanmar dan Pakistan untuk menjaga stabilitas stok pangan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Wakil Pimpinan Wilayah Bulog NTB, Musazdin Said, mengungkapkan bahwa stok beras di NTB saat ini mencapai 34.700 ton, cukup untuk kebutuhan hingga empat bulan ke depan. Namun, dengan perkiraan panen padi baru pada April 2025 dan ancaman musim kemarau berkepanjangan, impor dinilai penting untuk menjaga ketahanan pangan.
“Kita perlu mendatangkan beras impor untuk mengantisipasi ketahanan stok pangan. Selain untuk NTB, stok ini juga akan mendukung provinsi lain seperti Bali dan NTT yang mengalami defisit beras,” jelas Said saat ditemui di Pendopo Gubernur NTB, Kamis (31/10/2024).
1. Impor beras ke NTB direncanakan bulan November

Said menjelaskan pihaknya mendapatkan informasi dari Bulog Pusat terkait rencana impor beras sebanyak 15 ribu. Beras impor itu menurut rencana akan didatangkan dari Myanmar dan Pakistan.
Namun, pihaknya masih menunggu informasi lebih lanjut dari Bulog Pusat. Karena informasi yang diterima baru sebatas pemberitahuan untuk melakukan persiapan.
"Tapi memang kepastiannya nanti ketika ada dari kantor pusat kita menerima semacam telegram," terangnya.
2. Penyerapan beras di NTB sebanyak 63,31 ribu ton

Hingga Oktober 2024, Bulog NTB mencatat penyerapan gabah petani sebanyak 63,31 ribu ton setara beras, baik untuk Public Service Obligation (PSO) maupun kebutuhan komersial. Penyerapan ini disimpan di 16 gudang Bulog yang tersebar di seluruh NTB.
Saat ini, Bulog NTB hanya menyerap gabah untuk kebutuhan komersial karena harga gabah yang mencapai sekitar Rp8.000 per kg, di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp7.400 per kg.
3. Kekeringan menyebabkan musim tanam mundur

Kondisi kemarau panjang, lanjut Said, berdampak pada mundurnya musim tanam, yang biasanya dimulai pada Oktober atau November. Akibatnya, musim panen 2025 kemungkinan juga akan mundur. “Biasanya panen sekitar April, tapi bisa bergeser karena kekeringan panjang,” ujarnya.
Untuk menjaga kestabilan harga beras, Bulog NTB kini meningkatkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari 600-700 ton per bulan menjadi 1.300 ton per bulan. Beras ini dijual di bawah harga pasar dan disalurkan secara luas di kios-kios serta pemukiman di seluruh wilayah NTB.
“Dengan kondisi kekeringan yang berkepanjangan, kita menambah volume distribusi SPHP menjadi 1.300 ton per bulan untuk NTB,” tandas Said.