TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hiperaktif Pengaruhi Prestasi Akademik, Lakukan Deteksi Dini Anak ADHD

Deteksi dini anak mengalami ADHD sering terlambat

ilustrasi anak hiperaktif (pexels.com/Lena Helfinger)

Mataram, IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyarankan kepada orang tua mengenai pentingnya deteksi dini anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Dengan melakukan deteksi dini, maka penanganan anak dengan ADHD tidak terlambat.

ADHD merupakan gangguan perkembangan otak yang dapat mengakibatkan seorang anak sulit untuk memusatkan perhatiannya, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Prilaku hiperaktif ini dapat memengaruhi prestasi akademik seorang anak. Biasanya, anak yang hiperaktif prestasi akademiknya buruk.

"Jadi, anak-anak yang karena sesuatu dan lain hal tidak bisa fokus, anak hiperaktif. Itu berpengaruh terhadap prestasi akademik. Tetapi intinya sebetulnya, bagaimana orang tua bisa mendeteksi lebih awal anak penderita ADHD supaya bisa ditangani dengan baik," kata Ketua IDAI Provinsi NTB dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH dikonfirmasi IDN Times di Mataram, Jumat (10/3/2023).

Baca Juga: Seorang Dukun di Lombok Utara Cabuli Siswi SMP yang Sedang Pingsan

1. Sering terjadi keterlambatan deteksi anak dengan ADHD

Ketua IDAI Provinsi NTB dr. Nurhandini Eka Dewi (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sebenarnya, kata Eka, penyakit ADHD dapat dideteksi secara dini dengan melihat tumbuh kembang anak lewat buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dalam buku KIA yang dipegang oleh seorang ibu, perkembangan pertumbuhan anak dapat dilihat setiap bulan dan tahun.

Dalam usia sekian bulan atau sekian tahun, kemampuan anak dapat dilihat perkembangannya di buku KIA. "Kalau tidak mencapai poin-poin dalam buku KIA, dia harus dirujuk. Itu yang sekarang belum jalan. Sehingga terjadi keterlambatan deteksi anak yang mengalami ADHD sejak dini," terang Eka.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB ini mengungkapkan sampai saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah anak yang mengalami ADHD di NTB. Namun, dengan melakukan deteksi dini lewat pemantauan perkembangan anak, apabila ada gejala mengarah ke ADHD, harus cepat dibawa ke poli tumbuh kembang anak yang berada di setiap rumah sakit.

"Kalau anak kena ADHD bisa kita terapi lebih awal. Ada terapi bermain, terapi okupasi. Anak itu dibuat supaya dia bisa fokus lalu diperbaiki yang lain," ujarnya.

2. Cara mengecek anak yang mengalami ADHD

Kementerian Kesehatan RI

Untuk mengetahui anak yang mengalami ADHD sebenarnya sederhana. Dengan cara melihat kemampuan anak pada usia yang sama apakah mereka mencapai standar-standar kemampuan anak pada umumnya. Apabila tidak mencapai standar kemampuan sesuai umurnya, anak hiperaktif danbtidak fokus maka harus langsung dibawa ke poli tumbuh kembang anak.

Dokter akan mengecek apakah anak mengalami ADHD, autis atau lainnya. Dokter akan melakukan evaluasi perkembangan anak secara bertahap untuk melihat hasil terapi yang dilakukan.

Bagi orang tua yang anaknya mengalami ADHD, dibutuhkan kesabaran. Karena membut anak agar bisa berkonsentrasi dan fokus, butuh waktu. "Itu sering mis di sana. Jadi, kok terapi gak selesai-selesai. Karena mengubah sambil kita mencari penyebabnya kenapa ADHD butuh waktu," tandas Eka.

3. Masyarakat awam butuh layanan konsultasi tumbuh kembang anak

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Seorang ibu rumah tangga di Kota Mataram, Rizka Anjani mengatakan masyarakat awam butuh layanan konsultasi tumbuh kembang anak di Puskesmas. Karena masyarakat awam banyak yang tidak mengerti masalah ADHD maupun autisme.

Karena bisanya bidan desa punya tabel tumbuh kembang anak. Apabila tidak diminta biasanya tidak akan dikasih. "Orang tua awam gak ngerti masalah itu. Kalau anak diketahui dari awal ada indikasi ke ADHD dan autisme bisa kita terapi sesegera mungkin termasuk masalah alerginya," kata Anjani.

Ibu satu anak ini mengaku rutin mengecek perkembangan tumbuh kembang anaknya ke puskesmas. Anjani mengatakan anaknya saat berumur satu tahun cukup aktif. Ia sempat khawatir anaknya mengalami hiperaktif. Tetapi setelah dikonsultasikan ke dokter, anak tidak mengalami ADHD namun tumbuh normal.

"Tumbuh kembangnya saya pantau terus. Misalnya umur 24 bulan, dia harus bisa apa. Misalnya dia harus bisa 24 kata. Saya cek terus, dan kemampuannya sesuai pertumbuhannya," ucap Anjani.

Baca Juga: Kejati NTB Kantongi Nama Tersangka Korupsi Tambang Pasir Besi Lotim 

Berita Terkini Lainnya