Panggilan bagi Umat Islam untuk Salat, Ternyata Begini Asal Mula Azan

‘Abd Allâh ibn Zayd menceritakan mimpinya kepada Nabi SAW

Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada hari Senin, 27 September 622 M. Berbagai kabar menyatakan bahwa penduduk Madinah sudah tidak sabar menunggu kedatangan Nabi Muhammad di sana. Maka, Nabi tinggal di Qubâ’ hanya tiga hari penuh. Selama itu, Nabi mendirikan sebuah masjid yang dibangun pertama kali dalam Islam.

Pada Jumat pagi, Nabi SAW meninggalkan Qubâ’. Pada siang harinya, Nabi Muhammad dan para sahabatnya berhenti di lembah Rânûnâ untuk salat bersama Bani Sâlim dari suku Khazraj yang telah menunggunya. Ini adalah Salat Jumat pertama yang dilakukan di negeri yang mulai saat itu menjadi tanah airnya.

1. Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah

Panggilan bagi Umat Islam untuk Salat, Ternyata Begini Asal Mula AzanPinterest

Setelah salat, Nabi SAW menunggangi Qashwâ, begitu pula Abû Bakr dan orang Quraisy lainnya menunggangi unta mereka serta berangkat bersama Nabi SAW menuju kota. Di sayap kanan dan kiri disertai pasukan berpakaian perang dengan pedang terhunus.

Mereka adalah orang ‘Aws dan Khazraj, sebagai penjaga dan cara menunjukkan bahwa janji mereka untuk melindungi Nabi SAW bukanlah omong kosong belaka.

Tidak pernah ada hari yang penuh dengan kebahagiaan seperti itu. “Selamat datang wahai Nabi Allah! Selamat datang wahai Nabi Allah!” Begitulah luapan kegembiraan yang diserukan berulang-ulang oleh lelaki dan perempuan, juga anak-anak yang berbaris di sepanjang jalan.

Baca Juga: 10 Quotes Socrates yang Mengubah Sudut Pandang Kamu tentang Kehidupan

2. Islam mantap di Madinah

Panggilan bagi Umat Islam untuk Salat, Ternyata Begini Asal Mula AzanPinterest

Nabi SAW memerintahkan agar di halamannya yang baru itu dibangun sebuah masjid. Seperti di Qubâ, mereka segera bekerja membangunnya.

Sebagian besar gedung itu dibangun dari batu bata. Namun, di tengah dinding bagian utara, yaitu dinding Yerusalem, diletakkan batu-batu di tiap sisi tempat salat. Pohon-pohon kurma di halaman ditebang dan batangnya digunakan sebagai pilar untuk menunjang atap yang terbuat dari dahan pohon kurma. Dan bagian terluas dari halaman itu dibiarkan terbuka.

Ketika Islam telah mantap di Madinah, wahyu mengajarkan kewajiban mengeluarkan zakat dan berpuasa di bulan Ramadan, serta berbagai aturan secara umum mengenai sesuatu yang halal dan haram. Salat lima kali sehari secara teratur didirikan secara berjamaah.

3. Metode memanggil umat Islam untuk salat sebelum ada azan

Panggilan bagi Umat Islam untuk Salat, Ternyata Begini Asal Mula AzanPinterest

Ketika waktu salat tiba, masyarakat akan berkumpul di tempat masjid yang sedang dibangun. Masing-masing menentukan waktu dengan melihat posisi matahari di langit, atau lewat tanda awal terbitnya matahari di ufuk timur, atau tenggelamnya di ufuk barat. Namun, pendapat mereka dapat berbeda-beda. Maka, Nabi SAW merasa perlu adanya suatu cara memanggil masyarakat untuk salat ketika waktunya tiba.

Pada mulanya, Nabi SAW berpikir untuk menunjuk seseorang untuk meniupkan terompet seperti yang dilakukan kaum Yahudi, tetapi beliau kemudian memutuskan untuk menggunakan genta yang terbuat dari kayu, nâqûs, seperti yang dilakukan umat Kristen di Timur pada waktu itu. Maka, dua lembar kayu dibentuk denta untuk kegunaan itu.

Namun, genta itu akhirnya tidak pernah digunakan; karena pada suatu malam, seorang Khazraj, ‘Abd Allâh ibn Zayd, yang ikut dalam ‘Aqabah Kedua, bermimpi. Keesokan harinya ia menceritakan mimpinya kepada Nabi SAW.

4. Mimpi ‘Abd Allâh ibn Zayd

Panggilan bagi Umat Islam untuk Salat, Ternyata Begini Asal Mula AzanPinterest

‘Abd Allâh ibn Zayd menceritakan mimpinya ke Nabi SAW:

"Dalam mimpi itu ada seseorang lewat di depanku mengenakan dua baju berwarna hijau dan ia membawa nâqûs. Lalu aku bertanya kepadanya, “Hai hamba Allah! Maukah engkau menjual nâqûs itu kepadaku?” “Apa yang hendak kau lakukan dengannya?” ujar lelaki itu. “Ia akan kami gunakan untuk memanggil orang-orang untuk salat,” jawabku. “Maukah engkau bila kutunjukkan satu cara yang lebih baik?” tanyanya. “Cara apa itu?” tanyaku. Dan ia menjawab, “Hendaknya engkau mengucapkan, ‘Allah Maha Besar, Allâhu Akbar.’” Lelaki berbaju hijau itu mengulangi takbir sebanyak empat kali, kemudian diikuti dengan masing-masing dua kali ucapan, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah; Aku bersaksi Muhammad adalah Utusan Allah; Marilah salat; Marilah menuju kemenangan; Allah Maha Besar’; dan kemudian sekali lagi, ‘tidak ada tuhan selain Allah.’”

Nabi SAW menegaskan bahwa mimpi ‘Abd Allâh itu benar. Maka, Nabi SAW menyuruh dia pergi ke Bilâl—sahabat yang memiliki suara merdu—agar ucapan yang didengar dalam mimpinya itu diajarkan kepadanya.

5. Bilal mengumandangkan azan

Panggilan bagi Umat Islam untuk Salat, Ternyata Begini Asal Mula AzanPinterest

Rumah tertinggi di sekitar masjid adalah milik wanita Bani Najjâr. Sebelum subuh, Bilâl akan datang ke sana dan duduk di atap rumah itu, menunggu fajar menyingsing. Ketika semburat cahaya pagi pertama terbit di ufuk timur, ia akan mengangkat kedua belah tangannya dan berdoa, “Ya Allah, aku memujimu dan aku memohon bantuan-Mu terhadap Quraisy, agar mereka mau menerima agama-Mu.” Kemudian, ia berdiri dan menyerukan panggilan salat (azan).

Asal usul panggilan azan ini tertulis dalam buku yang berjudul Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik yang ditulis oleh Martin Lings atau Abu Bakr Siraj al-Din. Buku ini terpilih sebagai biografi Nabi terbaik dalam bahasa Inggris pada konferensi Sirah Nasional di Islamabad tahun 1983. Pada 1990, setelah buku ini berhasil mencuri perhatian Universitas al-Azhar Kairo, penulisnya menerima bintang kehormatan dari Presiden Hosni Mubarak.

Allahumma shalli alaa Muhammadinin 'abdika wa rosulika nabiyyil ummi wa'alaa aalihii wa sallim.

Baca Juga: Hasil Studi: Puasa Dapat Meningkatan Mindfulness dan Kesehatan Mental

Hirpan Rosidi Photo Community Writer Hirpan Rosidi

Hirpan Rosidi, laki-laki kelahiran 1997 yang tidak pandai mendeskripsikan dirinya. Karena kemampuan menulisnya dibawah rata-rata, dia memiliki cita-cita yang dimana dia sendiri tidak terlalu berharap cita-citanya bisa terwujud; yaitu disalah satu rak toko buku, di antara buku-buku dari penulis besar itu, terselip satu judul buku dengan nama Hirpan Rosidi sebagai penulisnya. Berbekal lulusan Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan kecintaannya pada literasi, menjadikannya ingin membangun perpustakaan untuk anak-anak dan warga di kampungnya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya