Terancam Jadi BPR, Bank NTB Jajaki KUB Penuhi Modal Inti Rp3 Triliun
NTB lakukan penjajakan dengan tiga bank daerah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mataram, IDN Times - PT. Bank NTB Syariah terancam turun kelas menjadi bank perkreditan rakyat (BPR) apabila tidak mampu memenuhi modal inti sebesar Rp3 triliun hingga 2024 mendatang. Pemenuhan modal inti sebesar Rp3 triliun itu berdsarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 12 Tahun 2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Kepala Biro Perekonomian Setda NTB Wirajaya Kusuma menyebutkan saat ini modal inti Bank NTB Syariah baru sekitar Rp1,5 triliun. Artinya, masih ada kekurangan modal inti sebesar Rp1,5 triliun lagi. Untuk memenuhi kekurangan modal inti, Pemprov NTB dan Pemda kabupaten/kota tidak punya kemampuan modal, sehingga salah satu solusi yang diambil lewat Kelompok Usaha Bersama (KUB).
"Sehingga salah satunya yang memungkinkan lewat Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kita bergabung dengan bank pembangunan daerah yang sudah punya modal inti di atas Rp3 triliun," kata Wirajaya dikonfirmasi di Mataram, Sabtu (28/1/2023).
Baca Juga: Target 100.000 Penonton WSBK, Gubernur Minta Tiket Pelajar Rp25 Ribu
1. NTB lakukan penjajakan dengan tiga bank daerah
Wirajaya mengungkapkan NTB sedang menjajaki KUB dengan tiga bank pembangunan daerah. Yaitu, Bank Jabar Banten (BJB), Bank DKI dan Bank Jatim. Ketiga bank milik daerah itu, modal intinya rata-rata di atas Rp6 triliun.
Misalnya, BJB telah memiliki modal inti sebesar Rp12 triliun, Bank DKI dan Bank Jatim maaing-masing telah memiliki modal inti sebesar Rp8 triliun. Nantinya, kata Wirajaya, pemegang saham Bank NTB Syariah akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk menentukan salah satu dari tiga BPD itu untuk menjadi KUB.
"Kalau melalui skema KUB, mereka akan menjadi bank induk kita. Mereka nanti akan menanamkan sahamnya di Bank NTB Syariah sesuai permintaan direksi. Kita minta direksi jangan terlalu banyak mintanya. Jangan lebih dari Rp250 miliar," sebutnya.
Baca Juga: Harga Tiket Pesawat Bali - Lombok Mahal, Maskapai Kena 'Semprit'