TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Anak Muda Berisiko Kena Alzheimer, Kenali Ciri-cirinya! 

Psikolog sarankan orang tua batasi anak main gadget

Dokter Spesialis Syaraf RSUD Provinsi NTB dr. Herpan, Sp.S. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Penyakit Alzheimer atau demensia bukan saja menyerang lansia yang berumur 65 tahun ke atas, tetapi juga berisiko pada anak muda. Dokter Spesialis Syaraf RSUD Provinsi NTB dr. Herpan, Sp.S., menyebutkan prevalensi orang yang terkena demensia di Indonesia cukup tinggi. Pada 2016, prevalensi kasus demensia sebanyak 1,2 juta orang. Pada 2030, prevalensinya diperkirakan mencapai 3 juta orang.

"Usia harapan hidup di Indonesia sekarang 75,5 tahun. Dengan usia harapan hidup yang semakin tinggi, populasi lansia akan meningkat. Maka risiko lansia kena demensia atau alzheimer juga akan meningkat," kata dr. Herpan saat berbincang dengan IDN Times di Mataram, Sabtu (24/9/2022).

Baca Juga: Rekrutmen 4.062 PPPK Pemprov NTB 2022, 'Fresh Graduate' Gigit Jari 

1. Tanda orang terkena demensia

ilustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)

Demensia terdiri dari beberapa jenis, salah satunya alzheimer. Ia menyebutkan beberapa tanda-tanda orang yang terkena penyakit tersebut.

Demensia atau alzheimer ini ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Akibatnya, Orang Dengan Demensia (ODD) mengalami kehilangan kemandirian untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari. Seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan lainnya.

"Dia tidak masalah dengan kemampuan motoriknya seperti gerakan tangan, kaki. Tapi dia gak ngerti apa yang mau dikerjakan. Karena adanya gangguan fungsi kognitif," kata dr. Herpan.

ODD biasanya pikun karena fungsi kognitif yang di dalamnya daya ingat atau memori menurun. Kemudian fungsi memusatkan perhatian ODD hilang. Selanjutnya fungsi bahasa atau komunikasinya menurun.

"Mungkin dulunya dia lancar berbicara. Orang demensia ini mengalami kesulitan untuk berkomunikasi," terangnya.

Selain itu orang yang terkena demensia mengalami gangguan fungsi terhadap pengenalan ruang. Orang yang terkena demensia biasanya sering nyasar dan tidak tau arah. Selain itu, fungsi eksekusi atau membuat keputusanborang yang terkena demensia juga menurun.

2. Alzheimer juga menyerang usia muda

ilustrasi demensia (herhelpinghand.com)

Pada umumnya, orang yang terkena demensia atau alzheimer berusia di atas 65 tahun ke atas. Angka kejadiannya makin tinggi seiring bertambahnya usia. Tetapi, kata dr. Herpan, demensia atau alzheimer juga menyerang anak muda usia 30 tahun ke atas.

"Demensia usia muda dimulainya pada usia 30 tahun ke atas. Tapi kejadiannya sangat jarang, hanya sekitar 5 sampai 6 persen dari jumlah keseluruhan kasus demensia alzheimer. Biasanya demensia usia muda karena gangguan genetik," jelasnya.

Disebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan demensia. Yaitu, faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor genetik dan bertambahnya usia. Semakin bertambah usia terutama yang berumur 65 tahun ke atas, maka risiko kena demensia semakin tinggi.

Kemudian faktor yang dapat dimodifikasi disebut faktor risiko vaskuler. Seperti penyakit kencing manis, darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, dan perokok. Untuk menurunkan risiko demensia, maka penyakit tersebut harus dideteksi dini untuk dilakukan penanganan lebih awal.

3. Alzheimer tak dapat disembuhkan

Ilustrasi lansia olahraga (Pexels.com/Barbara Olsen)

Dr. Herpan mengatakan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko demensia. Seperti olahraga, dan menjalankan hobi. Dengan menjalankan hobi, olahraga dan beraktivitas yang produktif maka akan memberikan stimulus pada otak.

Ia menganjurkan dilakukan upaya preventif dan promotif untuk mencegah penyakit demensia. Apabila mengalami gangguan kognitif ringan, harus segera dikenali dan dideteksi sejak awal.

"Kalau cepat dideteksi maka bisa diperlambat supaya tidak cepat menurun fungsi kognitifnya. Kalau bisa deteksi dini maka bisa diintervensi lebih awal," ucapnya
Bagi ODD disarankan untuk dirawat anggota keluarga, bukan dirawat di rumah sakit. ODD

diberikan aktivitas yang bisa merangsang fungsi kognitifnya. Diajak berkomunikasi dengan banyak orang dan diberikan aktivitas yang bisa menyibukkan dirinya untuk mencegah fungsi kognitif tidak cepat turun.

"Alzheimer ini tak bisa disembuhkan. Kalau terkena maka pasti menurun. Tapi kalau diintervensi lebih awal maka bisa diperlambat sekian tahun," tandasnya.

Baca Juga: Logistik WSBK Mandalika Direncanakan Diangkut 2 Pesawat Kargo 

Berita Terkini Lainnya