Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Crab Mentality, Rasa Tidak Senang Melihat Teman Sukses

Ilustrasi crab mentality, rasa tidak senang melihat kesuksesan orang lain. (Pinterest/Karol Mahistrado)
Ilustrasi crab mentality, rasa tidak senang melihat kesuksesan orang lain. (Pinterest/Karol Mahistrado)

“Ih, kok dia lagi sih yang berhasil”. Pernah begitu tidak ketika melihat ada teman atau rekan kerja yang berhasil? Misalnya, rekan kerja kamu dapat penghargaan best performance dan naik gaji. Atau temanmu lolos seleksi CPNS sedangkan kamu tidak. Lalu, muncul rasa iri, tidak senang melihat teman berhasil atau sukses duluan.

Jika kamu pernah begitu, hati-hati ya, bisa jadi itu crab mentality, yaitu orang lain tidak boleh lebih berhasil atau lebih sukses daripada diri kamu sendiri. Apa itu crab mentality, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya?

Berikut penjelasan mengenai crab mentality, rasa tidak senang melihat kesuksesan orang lain.

1. Apa itu crab mentality?

Ilustrasi crab mentality, rasa tidak senang melihat kesuksesan orang lain. (Pinterest/Jen Grantham Photography)
Ilustrasi crab mentality, rasa tidak senang melihat kesuksesan orang lain. (Pinterest/Jen Grantham Photography)

Crab mentality adalah analogi perilaku egois yang iri atau nggak suka dengan keberhasilan atau kesuksesan orang lain. Kenapa analoginya kepiting? Apakah kamu pernah melihat banyak kepiting di dalam satu ember?

Kalau diperhatikan, biasanya beberapa kepiting akan mencoba naik ke atas untuk keluar. Tapi, kepiting lainnya akan menarik kembali mereka agar tetap berada di dalam ember. Mungkin ini terlihat seperti solidaritas antarkepiting karena tidak mau temannya ditangkap atau dimakan manusia, ya?

Tapi, alih-alih membiarkan temannya untuk kabur dan mencapai kebebasan, meskipun ada risiko mati, kepiting justru memilih untuk mati bersama di dalam ember. Perilaku ini mungkin beberapa kali kamu temukan atau rasakan di lingkungan tertentu. Bentuk tindakan crab mentality ini bisa berupa kritik yang menjatuhkan, meremehkan, manipulasi, bahkan sampai sabotase.

Misalnya, ada temanmu yang minta pendapat tentang hasil karyanya yang sebenarnya bagus. Tapi karena karyamu tidak lebih bagus, akhirnya kamu memberi kritikan pedas yang bisa menjatuhkan semangat temanmu dan membuatnya merasa kalau karyanya beneran jelek.

2. Penyebab crab mentality

Ilustrasi tanda orang yang terlalu dimanjakan oleh orang tuanya di masa kecil. (Pinterest/Truc Thuy)
Ilustrasi tanda orang yang terlalu dimanjakan oleh orang tuanya di masa kecil. (Pinterest/Truc Thuy)

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok. Hidup dalam kelompok, berarti akan selalu ada persaingan. Untuk makanan, pasangan, dan lainnya. Ketika manusia merasa berada di posisi yang kuat dan aman, otak akan secara alami memberikan serotonin, yaitu hormon yang meningkatkan perasaan senang dan nyaman. Sebaliknya, ketika manusia merasa berada di posisi yang lemah, otak akan memberikan kortisol, yaitu hormon stres.

Itu kenapa kalau kita lagi di posisi lemah terus merasa kalah dari orang lain, kita jadi tidak senang. Nah, perasaan tidak senang yang berlebihan ini dapat menyebabkan crab mentality. Bisa jadi iri, kurang percaya diri, ketergantungan berkelompok, malu, dendam, atau jadi kompetitif. Karena secara alami otak kita akan memberikan hormon kortisol tadi.

Sebenarnya, sifat kompetitif itu bagus karena bisa memacu kamu untuk mencapai hal yang lebih besar, lebih tinggi, dan lebih baik. Tapi kalau berlebihan, jadinya tidak baik. Karena kita akan selalu merasa kurang dan selalu menganggap orang lain sebagai saingan. Akhirnya jadi lelah sendiri.

Hidup berkelompok juga bisa bikin manusia jadi ketergantungan. Ada perasaan takut ditinggalkan. Misalnya, takut kalau teman lebih sukses nanti kamu dan dia jadi tidak bersama lagi, atau pertemanannya jadi tidak sedekat sekarang. Jadi, crab mentality ini sebenarnya perasaan yang wajar karena reaksi alami dari otak. Tapi, ini tidak baik untuk hubungan dengan orang lain dan juga diri sendiri.

3. Cara mengatasi crab mentality

Ilustrasi cara mengubah self-betrayal, kebiasaan mengkhianati diri sendiri. (Pinterest/Rex)
Ilustrasi cara mengubah self-betrayal, kebiasaan mengkhianati diri sendiri. (Pinterest/Rex)

Mentalitas kepiting kurang baik untuk hubungan dengan orang lain dan juga kebahagiaanmu. Karena kamu selalu merasa susah ketika orang lain senang. Karena itu, hal ini harus diatasi.

Berikut dua cara yang bisa kamu coba untuk mengatasi crab mentality:

1. Fokus pada progress diri sendiri

Orang dengan mentalitas kepiting, biasanya selalu memperhatikan progress orang lain dan membandingkan dengan progress sendiri. Kalau orang lain geraknya lebih cepat dan jalannya lebih lancar, maka kamu akan iri, cemburu, bahkan mungkin berusaha menarik teman itu agar sama seperti kamu.

Ingat ungkapan “di atas langit masih ada langit.” Ini berarti akan selalu ada orang lain yang lebih dari kita. Lebih cantik, lebih kaya, lebih cemerlang kariernya, lebih pintar, dan lainnya. Sesekali melihat orang lain boleh, untuk memotivasi diri kalau mereka bisa, kamu juga bisa. Tapi jangan sampai membandingkan, ya. Tiap orang punya proses dan waktunya masing-masing.

Coba diubah dari membandingkan diri dengan orang lain jadi membandingkan diri di masa lalu dan masa sekarang. Nanti, kamu akan lebih bersyukur dan berterima kasih kepada diri sendiri.

2. Lakukan evaluasi dan tingkatkan nilai diri

Salah satu yang bikin seseorang punya crab mentality adalah kurang percaya diri. Nah, cara terbaik adalah bukan dengan menarik teman agar sama-sama seperti kita. Tapi kita yang mendorong diri untuk bisa lebih percaya diri. Dengan cara menambah nilai diri sendiri dan evaluasi.

Jadi misalnya teman kita berhasil dan kita belum, kita perlu bertanya ke diri sendiri “Apa ya yang bikin aku tidak berhasil? Bisa diperbaiki tidak, ya?”

Jadi dari sini kamu tahu, apa yang perlu kamu tingkatkan agar jadi lebih percaya diri dan nilai diri semakin meningkat. Misalnya, ikut kursus atau kelas yang bisa menambah skill dan meningkatkan karier.

Nah itulah penjelasan mengenai crab mentality, rasa tidak senang melihat kesuksesan orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us