Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Haematophobia, Ketakutan Berlebihan terhadap Darah

Takut melihat darah.
Ilustrasi Mengenal Haematophobia, Takut Melihat Darah Sendiri dan Orang Lain. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Bagi sebagian orang, melihat darah hanyalah sesuatu yang tidak nyaman. Namun bagi sebagian lainnya, darah dapat memicu ketakutan ekstrem yang membuat tubuh bereaksi di luar kendali. Ketakutan ini dikenal sebagai haematophobia, yaitu fobia terhadap darah, baik darah sendiri maupun darah orang lain.

Kondisi ini bukan sekadar rasa jijik, tetapi respons psikologis dan fisiologis yang intens hingga dapat menimbulkan pusing, mual, panik, bahkan pingsan. Haematophobia dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, terutama ketika seseorang harus menjalani pemeriksaan medis atau berada di situasi darurat.

Tidak sedikit orang yang menyembunyikan ketakutan ini karena takut dianggap berlebihan. Padahal, seperti fobia lainnya, haematophobia memiliki mekanisme yang jelas dan dapat ditangani melalui pendekatan psikologis yang tepat. Dengan memahami apa itu haematophobia, penyebabnya, tanda-tandanya, dan cara mengatasinya, kita dapat lebih empatik kepada mereka yang mengalaminya serta membantu mereka menghadapi kondisi ini dengan lebih tenang.

Berikut ulasan lengkapnya tentang haematophobia, yaitu ketakutan melihat darah atau terkena darah.

1. Apa itu haematophobia?

Wanita sedih.
Ilustrasi Cherophobia, Takut untuk Bahagia dan Terluka Kembali. (pexels.com/RDNE Stock project)

Haematophobia adalah fobia spesifik yang ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap darah. Fobia ini dapat muncul ketika seseorang melihat darah secara langsung, melalui gambar, atau bahkan ketika membayangkan situasi yang melibatkan darah. Berbeda dengan ketakutan biasa, haematophobia memicu reaksi fisik dan emosional yang intens, seperti sesak napas, gemetar, atau dorongan kuat untuk menghindar.

Menariknya, haematophobia sering disertai respons unik yang disebut vasovagal response, yaitu reaksi tubuh yang menyebabkan tekanan darah turun tiba-tiba. Akibatnya, seseorang bisa merasa pusing atau bahkan pingsan dalam hitungan detik setelah melihat darah. Respons ini membuat haematophobia termasuk salah satu fobia yang potensial menimbulkan kondisi fisik yang cukup ekstrem.

Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama jika seseorang sering berhadapan dengan hal-hal terkait medis. Perawatan luka kecil, pemeriksaan darah, atau situasi kecelakaan bisa menjadi sangat menegangkan. Bahkan, ada orang yang menunda perawatan medis penting karena takut menghadapi darah, yang tentu berisiko bagi kesehatannya.

2. Penyebab haematophobia

Takut melihat darah.
Ilustrasi Mengenal Haematophobia, Takut Melihat Darah Sendiri dan Orang Lain. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Penyebab haematophobia beragam dan seringkali berhubungan dengan pengalaman traumatis. Misalnya, seseorang pernah mengalami kecelakaan, melihat luka parah, atau pernah pingsan akibat melihat darah. Pengalaman tersebut membentuk asosiasi negatif yang melekat kuat di memori sehingga tubuh memunculkan rasa takut setiap kali terpapar situasi serupa.

Selain trauma langsung, cerita atau gambaran menakutkan tentang darah juga dapat menimbulkan fobia. Anak-anak yang sering mendengar kisah seram, menonton adegan gore, atau melihat orang lain bereaksi panik terhadap darah dapat menyerap ketakutan tersebut. Pola ini berubah menjadi keyakinan bahwa darah adalah sesuatu yang berbahaya dan mengancam.

Secara biologis, ada teori yang menyatakan bahwa respons tubuh terhadap darah merupakan mekanisme warisan evolusi. Ketika manusia prasejarah melihat darah, itu menandakan bahaya atau cedera, sehingga tubuh bereaksi dengan perlindungan otomatis. Namun pada beberapa orang, mekanisme ini bekerja secara berlebihan sehingga berubah menjadi fobia. Faktor genetik dan kepribadian cemas turut memperbesar kemungkinan seseorang mengembangkan haematophobia.

3. Tanda-tanda seseorang mengalami haematophobia

Seorang perempuan sedang berada di alam.
Ilustrasi Cara Menemukan Harapan di Tengah Gangguan Mental. (pexels.com/Sergey Makashin)

Gejala utama haematophobia adalah reaksi panik atau kecemasan kuat ketika melihat darah. Seseorang mungkin merasa gelisah, takut berlebihan, atau ingin segera menjauh. Pikiran mereka bisa menjadi kacau, muncul bayangan menakutkan, atau dorongan untuk melarikan diri dari situasi tersebut.

Reaksi fisik juga sangat menonjol. Seseorang dapat mengalami pusing, jantung berdebar, keringat dingin, mual, hingga tubuh terasa lemas. Dalam kasus yang lebih ekstrem, respon vasovagal bisa membuat tekanan darah turun sehingga menyebabkan tubuh roboh atau pingsan. Reaksi ini sering membuat penderitanya malu atau takut berada di tempat umum yang berpotensi memunculkan darah.

Selain itu, seseorang dengan haematophobia biasanya menunjukkan perilaku menghindar. Mereka menghindari film yang menampilkan adegan luka, menolak pemeriksaan medis, atau tidak mau melihat orang lain terluka. Bahkan luka kecil pada diri sendiri bisa memicu kecemasan tinggi. Pola penghindaran ini justru memperkuat fobia karena tubuh tidak pernah belajar bahwa darah tidak selalu berbahaya.

4. Cara mengatasi haematophobia

Seorang wanita sedang di kebun bunga.
Ilustrasi Tips Menenangkan Pikiran saat Hati Terlalu Berisik. (pexels.com/lee starry)

Mengatasi haematophobia membutuhkan kombinasi pendekatan psikologis dan latihan fisik khusus. Salah satu terapi yang paling efektif adalah exposure therapy, yaitu memaparkan seseorang secara bertahap kepada hal-hal yang memicu ketakutan. Misalnya, dimulai dari mempelajari gambar ilustrasi luka ringan, kemudian melihat video medis tingkat rendah, hingga melihat darah secara langsung. Proses bertahap ini membantu otak membentuk asosiasi baru bahwa darah tidak selalu berbahaya.

Terapi kognitif-perilaku (CBT) juga sering digunakan. CBT membantu seseorang memahami pikiran negatif yang memicu ketakutan dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih realistis. Dengan belajar teknik pernapasan, relaksasi, dan penguatan mental, seseorang dapat mengendalikan reaksi paniknya dengan lebih baik. Bagi banyak orang, dukungan dari terapis memberikan rasa aman selama proses pemulihan.

Ada pula teknik khusus yang disebut applied tension, yaitu latihan menegangkan otot tubuh secara sistematis untuk mencegah pingsan. Teknik ini sangat membantu penderita haematophobia yang sering mengalami vasovagal response. Dengan latihan rutin, tubuh menjadi lebih stabil ketika menghadapi situasi yang memicu fobia. Dukungan keluarga, edukasi medis yang benar, serta pendekatan penuh empati juga berperan besar dalam membantu seseorang pulih dari haematophobia.

Itulah ulasan lengkap tentang haematophobia, yaitu ketakutan melihat darah atau terkena darah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us

Latest Life NTB

See More

Mengenal Triskaidekaphobia, Ketakutan Tak Rasional pada Angka 13

28 Nov 2025, 09:00 WIBLife