Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Diet Selalu Gagal? Ini 6 Kesalahan Pola Pikir yang Jadi Penyebabnya!

ilustrasi kelaparan karena diet (freepik.com/jcomp)
ilustrasi kelaparan karena diet (freepik.com/jcomp)

Pernahkah kamu merasa sudah mencoba segala macam diet, tapi selalu gagal? Jika kamu bingung mengapa hasilnya tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, coba evaluasi kembali. Bisa jadi kegagalan diet bukan karena metodenya yang salah, melainkan pola pikir kita yang kurang tepat. 

Kesuksesan diet sejatinya terletak pada konsistensi jangka panjang, bukan pencapaian instan semata. Untuk mencapainya, kita perlu menerapkan kebiasaan dan pola pikir yang realistis. Nah, kalau kamu masih merasa stuck, beberapa kesalahan berpikir berikut ini sebaiknya kamu hindari. 

1. Harus menghindari makanan favorit agar sukses

ilustrasi menahan diri makan makanan favorit (freepik.com/lookstudio)
ilustrasi menahan diri makan makanan favorit (freepik.com/lookstudio)

Masih banyak dari kita yang mengategorikan makanan sebagai buruk dan baik. Makanan/minuman manis, olahan tepung, berlemak, dan sejenisnya dianggap penghalang kesuksesan diet. Akibatnya, banyak orang yang menghindari makanan-makanan tersebut, meskipun itu adalah favoritnya. Padahal, melabeli makanan justru menjadi bumerang yang membuat kita kesulitan untuk konsisten menjalani diet dalam jangka panjang. 

Sebuah penelitian dalam jurnal Appetite menguji dua kelompok orang yang cenderung makan berlebih. Kelompok pertama diminta untuk tidak mengonsumsi makanan ringan favorit mereka selama 24 jam, sedangkan lainnya tidak diberi instruksi khusus. Hasilnya, kelompok yang dilarang mengonsumsi makanan favorit justru makan sekitar 133 persen lebih banyak setelahnya dibandingkan kelompok yang tidak dibatasi.

Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya perhatikan porsi (jumlah makanan), komposisi (jenis-jenis makanan dalam satu piring), dan frekuensi (seberapa sering kita makan). Sebagai contoh jika kamu suka mi instan, kurangi porsi dari biasanya, kombinasikan dengan sayuran, dan batasi berapa kali makan dalam waktu tertentu. Dengan cara ini, kamu tetap bisa menikmati makanan favorit tanpa rasa bersalah.

2. Satu kali penyimpangan berarti gagal sepenuhnya

ilustrasi berpesta dengan teman (freepik.com/freepik)
ilustrasi berpesta dengan teman (freepik.com/freepik)

Terkadang, kita terlalu keras pada diri sendiri saat melakukan satu kali penyimpangan dari pola makan yang sudah direncanakan. Misalnya, merasa bersalah setelah makan lebih banyak dari biasanya saat momen lebaran. Banyak yang langsung menganggap usaha dietnya gagal total. Padahal, perjalanan menuju hidup sehat adalah proses jangka panjang. Kesalahan kecil tersebut hanyalah bagian alami dari pembelajaran.

Penelitian dalam jurnal Eating and Weight Disorders menunjukkan bahwa ekspektasi yang tidak realistis dapat membantu dalam jangka pendek, tetapi justru memicu frustrasi dan keputusasaan dalam jangka panjang.

Akibatnya, hasil penurunan berat badan memburuk. Maka dari itu, penting untuk menetapkan target diet yang realistis. Misalnya, turun 1-2 kilogram tiap minggu. Jika sesekali keluar jalur, jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Fokuslah untuk melanjutkan progres dengan penuh semangat.

3. Diet berarti makan sesedikit mungkin

ilustrasi diet ekstrem (freepik.com/freepik)
ilustrasi diet ekstrem (freepik.com/freepik)

Mungkin kamu berpikir bahwa cara tercepat untuk menurunkan berat badan adalah dengan makan sesedikit mungkin. Dilansir Healthline, mengurangi porsi makan secara drastis justru membuat tubuh kekurangan energi, mudah lelah, menurunkan kekebalan tubuh, melemahkan tulang, serta melambatkan metabolisme. 

Memilih makanan bergizi seimbang jauh lebih penting daripada sekadar membatasi jumlah yang masuk. Tubuh membutuhkan asupan yang cukup untuk menjalankan fungsinya, seperti protein, lemak sehat, serat, dan karbohidrat kompleks.

Kamu bisa saja kehilangan berat badan sementara jika fokus pada kuantitas, tetapi efeknya tidak akan bertahan lama.

4. Mengikuti pola diet orang lain pasti cocok untuk diri sendiri

ilustrasi menggunakan ponsel saat makan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)
ilustrasi menggunakan ponsel saat makan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Pernahkah kamu FOMO ketika melihat influencer atau orang lain berhasil menurunkan berat badan dengan metode tertentu? Terkadang, kesuksesan orang lain membuat kita tergoda untuk mengadopsi metode yang sama, berharap mendapatkan hasil serupa. Kenyataannya, tiap tubuh memiliki kebutuhan yang unik, dan pola diet yang cocok untuk mereka belum tentu sesuai dengan kebutuhanmu.

Diet yang efektif harus disesuaikan dengan kondisi tubuh, gaya hidup, dan preferensi pribadi. Misalnya, jika kamu terbiasa makan nasi sebagai sumber energi utama, mencoba diet tanpa nasi justru membuat lemas.

Sebaliknya, kamu bisa mengurangi porsinya secara bertahap atau mengganti dengan karbohidrat kompleks lain yang nyaman untuk perutmu, seperti ubi, kentang, dan sebagainya. Ingat, diet bukan soal mengikuti tren, melainkan menemukan pola makan yang bisa kamu jalani dengan nyaman dan konsisten.

5. Terlalu fokus pada angka timbangan

ilustrasi timbangan berat badan (freepik.com/jcomp)
ilustrasi timbangan berat badan (freepik.com/jcomp)

Salah satu kesalahan berpikir yang sering membuat frustrasi adalah terlalu terobsesi dengan angka di timbangan. Meskipun berat badan bisa menjadi salah satu indikator kesehatan, angka tersebut bukanlah satu-satunya ukuran yang penting.

Faktanya, seperti yang dijelaskan oleh Medical News Today, berat badan orang dewasa secara alami berfluktuasi sekitar 1-2 kilogram dalam beberapa hari, tergantung pada asupan makanan, cairan, dan faktor lainnya.

Alih-alih menilai keberhasilan diet hanya dari angka, coba perhatikan perubahan positif lainnya. Healthline menyebut ini sebagai Non-scale victories (NSV), yaitu indikator keberhasilan penurunan berat badan di luar angka timbangan.

Contohnya termasuk peningkatan energi, pakaian terasa lebih longgar, kualitas tidur membaik, dan masih banyak lagi. Dengan fokus pada hal-hal tersebut, kamu bisa lebih menghargai tiap progres kecil yang dicapai. 

6. Masih berorientasi weight loss, bukan fat loss

ilustrasi memeriksa tubuh di kaca (pexels.com/Tim  Samuel)
ilustrasi memeriksa tubuh di kaca (pexels.com/Tim Samuel)

Tahukah kamu bahwa weight loss dan fat loss itu berbeda? Mengutip Healthline, weight loss mencakup penurunan berat badan secara keseluruhan, termasuk cairan tubuh, massa otot, dan lemak.

Sementara itu, fat loss lebih spesifik pada pengurangan massa lemak dalam tubuh, yang lebih penting untuk kesehatan jangka panjang. Jika hanya fokus pada weight loss, kamu mungkin kehilangan massa otot yang justru berperan besar dalam menjaga metabolisme tetap optimal.

Sebagai contoh, menjalani diet ekstrem sekaligus olahraga kardio berlebih bisa saja membuat angka timbangan turun dengan cepat, tetapi sering kali yang hilang adalah massa cairan tubuh dan otot. Padahal, tujuan utama seharusnya adalah mengurangi kadar lemak tubuh tanpa merusak komposisi otot.

Oleh karena itu, prioritaskan pola makan yang seimbang, konsumsi protein cukup, dan imbangi dengan latihan kekuatan. Perlu juga diingat bahwa menurunkan massa lemak jauh lebih sulit dibandingkan massa tubuh lainnya. Maka dari itu, bersabarlah dan jangan mengharapkan hasil instan. 

Perjalanan menuju gaya hidup sehat bukan tentang pencapaian cepat, melainkan tentang konsistensi dan perubahan pola pikir yang realistis. Dengan menghindari kesalahan pola pikir ini, kamu bisa lebih mudah mencapai tujuan diet yang berkelanjutan.

Jadi, tetap semangat dan terus berproses dengan pola pikir positif, ya! Ingat, kesehatanmu jauh lebih utama daripada angka di timbangan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Isnaini
EditorAnnisa Isnaini
Follow Us