Fabio Di Giannantonio Keluhkan Motor Sulit Dikendalikan di Tikungan
Lombok Tengah, IDN Times - Fabio Di Giannantonio menutup akhir pekan di MotoGP Mandalika dengan rasa frustrasi. Pembalap asal Italia itu mengaku kesulitan mengendalikan motornya, terutama di tikungan-tikungan lambat yang jadi ciri khas sirkuit kebanggaan Indonesia tersebut. Menurutnya, kondisi ban depan dan karakter motor membuat performanya tidak maksimal sepanjang balapan.
Start dari posisi belakang membuat situasi semakin sulit bagi Di Giannantonio. Ia menyebut semua masalah teknis yang dialami tim musim ini terasa semakin berat saat harus menyalip di tengah lalu lintas padat pembalap lain.
“Ketika kamu start dari belakang, semua masalah yang kami alami sepanjang tahun jadi makin besar,” ujar Di Giannantonio setelah balapan, Minggu (5/10/2025).
Meski hasilnya belum memuaskan, pembalap Gresini Racing itu tetap berusaha melihat sisi positif. Ia menilai timnya sudah berjuang maksimal, namun belum menemukan solusi untuk mengatasi performa motor saat lintasan dalam kondisi sulit. Di Giannantonio berharap perbaikan besar bisa datang di seri berikutnya agar dirinya bisa tampil lebih konsisten.
1. Motor sulit dihentikan di tikungan lambat
Salah satu masalah terbesar bagi Di Giannantonio di Mandalika adalah pengereman. Ia mengaku sangat sulit menghentikan motor di area tikungan lambat karena ban depan terasa tidak stabil. Kondisi ini membuatnya kehilangan banyak waktu setiap kali masuk sektor teknis sirkuit.
Menurutnya, untuk menjaga kecepatan, ia harus mengubah gaya balapnya secara ekstrem. Hal itu membuatnya tidak bisa tampil seagresif pembalap lain yang motornya lebih mudah dikendalikan.
“Aku harus balapan dengan cara yang agak aneh, bisa dibilang tidak alami,” ucapnya.
Meskipun begitu, Di Giannantonio tetap berusaha beradaptasi dengan kondisi yang ada. Ia menyebut bahwa sepanjang musim, timnya sudah berupaya memahami bagaimana karakter motor bereaksi terhadap lintasan yang berbeda. Namun, hingga kini belum ada solusi pasti untuk membuat motor lebih stabil saat pengereman keras.
2. Gunakan dua konfigurasi motor untuk cari konfigurasi terbaik
Akhir pekan di Mandalika juga diwarnai eksperimen teknis oleh tim Gresini Racing. Di Giannantonio mengungkapkan bahwa ia sempat menggunakan dua motor dengan konfigurasi berbeda untuk mencari pengaturan terbaik. Namun, strategi itu justru memperlambat proses adaptasi dan penyempurnaan setelan motor.
“Aku pikir menggunakan dua motor dengan konfigurasi berbeda justru memperlambat pekerjaan kami,” katanya.
Ia menilai bahwa jika bisa mengulang akhir pekan tersebut, dirinya akan lebih memilih fokus pada satu konfigurasi saja agar hasilnya lebih konsisten.
Mencoba dua motor memang memberi banyak data, tapi membuat waktu di lintasan tidak efisien. Di Giannantonio berharap timnya belajar dari kesalahan ini agar bisa bekerja lebih cepat di seri berikutnya. Fokus pada satu arah pengembangan dinilai akan membantu memahami karakter motor dengan lebih baik.
3. Akui pembalap lain lebih baik di Mandalika
Meski kecewa dengan hasil balapan, Di Giannantonio tetap mengakui keunggulan lawan-lawannya. Ia menyebut delapan pembalap yang finis di depannya tampil lebih baik dan mampu mengelola motornya secara optimal. Bagi Di Giannantonio, hasil ini jadi bahan refleksi untuk memperbaiki performanya ke depan.
“Kami semua bekerja keras, tapi tampaknya delapan pembalap di depan kami melakukan pekerjaan yang lebih baik hari ini,” ujarnya jujur.
Ia tidak mencari alasan, justru melihat hal ini sebagai motivasi untuk meningkatkan kecepatan dan konsistensi di lintasan. Dengan sisa musim yang masih panjang, Di Giannantonio bertekad memperbaiki catatan waktunya di seri berikutnya. Ia berharap perbaikan di sektor pengereman dan stabilitas motor bisa membantu bersaing dengan pembalap top lainnya. Semangat itu jadi tanda bahwa meski hasil belum maksimal, fokusnya untuk berkembang tetap menyala.