Harga Pupuk Subsidi di Lotim Melebihi HET, Bupati Imbau Petani Melapor
Petani juga disarankan pakai pupuk organik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lombok Timur, IDN Times - Sebagain besar petani di Lombok Timur mengeluhkan mahalnya harga tebus pupuk bersubsidi di tingkat pengecer, apalagi harganya sudah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Hal ini juga membuat petani kesulitan untuk menjangkau pupuk bersubsidi yang sebenarnya merupakan hak mereka.
Menanggapi keluhan petani tersebut, Bupati Lombok Timur H Sukiman Azmy meminta petani melaporkan pengecer nakal tersebut. Sehingga hal itu bisa ditindaklanjuti oleh Dewan Pengawas Pupuk.
Baca Juga: Gelandangan dan Pengemis Menjamur di Lotim Selama Ramadan
1. Harga tebus pupuk bersubsidi lebih tinggi dari HET
Seperti diketahui Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yaitu, Urea Rp2.250 per kilogram atau Rp112.500 per karung dan NPK Ponska Rp2.300 per kilogram, atau Rp115.000 pe rkarung. Tetapi di tingkat lapangan, harga tebus tersebut jauh lebih tinggi bahkan sampai dua kali lipat dari HET.
Di Desa Kabar Kecamatan Sakra misalnya, petani menebus pupuk bersubsidi jenis Urea Rp200.000 per karung atau Rp4.000 per kilogram. Termasuk untuk NPK Ponska ditebus dengan harga yang sama. Jika kondisi pupuk dalam masa musim tanam, harga pupuk dijual lebih tinggi yaitu sampai Rp250.000 sampai Rp300.000 per karung.
"Kita tebus pupuk bersubsidi harganya mahal sekali jauh dari harga HET, apalagi di musim tanam saat tanam saat semua petani serentak mencari pupuk harganya lebih tinggi," keluh petani muda desa Kabar Ahmad Yani.
Mahalnya harga tebus pupuk bersubsidi, bukan hanya di wilayah Kecamatan Sakra, tetapi hampir terjadi di seluruh wilayah di Kabupaten Lombok Timur.
Baca Juga: Realisasi APBD di Bawah 25 Persen, Bupati Lotim Evaluasi Kinerja OPD
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.