TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pedagang Asongan di Mandalika Bikin Senewen para Wisatawan?

Penanganan harus terintegrasi dengan baik

Dua orang wisatawan mancanegara dikerumuni pedagang asongan dan anak-anak yang menjajakan pernak-pernik kerajinan tangan di Pantai Kuta Mandalika Lombok Tengah. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Lombok Tengah, IDN Times - Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Kuta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok Tengah di Nusa Tenggara Barat (NTB) dibuat tidak nyaman ulah oknum pedagang asongan. Pasalnya, wisatawan kadang-kadang dikejar dan terus dibuntuti untuk membeli barang dagangan mereka.

Seperti terlihat sebelum kunjungan Presiden Joko "Jokowi" Widodo ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kamis (13/1) kemarin. Dua wisatawan mancanegara tampak dikerumuni pedagangan asongan dan anak-anak yang menjajakan pernak-pernik kerajinan tangan dan aksesori.  

Baca Juga: Jokowi Tiba di NTB untuk Cek Kesiapan Jelang Balapan MotoGP

1. Penanganan harus terintegrasi

Bukit Pantai Seger Mandalika Lombok Tengah ramai dikunjungi wisatawan sambil berswafoto dengan latar belakang Sirkuit Mandalika. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Tengah Lendek Jayadi mengatakan, penanganan masalah pedagang asongan yang membuat risi dan tidak nyaman wisatawan yang berkunjung ke Pantai Kuta Mandalika harus terintegrasi.

Perangkat daerah terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata harus menanganinya secara bersama-sama.

"Karena ini banyak anak-anak kita. Ibu bapak gurunya yang paling cepat didengar. Kemudian Dinas Perdagangan harus menyiapkan space untuk pedagang asongan supaya jangan berkeliaran," katanya. 

2. Pedagang asongan perlu dibuatkan identitas

Bukit Pantai Seger Mandalika Lombok Tengah ramai dikunjungi wisatawan sambil berswafoto dengan latar belakang Sirkuit Mandalika. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Menurutnya, pedagang asongan yang berjualan bebas di kawasan Mandalika perlu dibuatkan identitas seperti seragam. Dengan adanya identitas tersebut diharapkan bisa mencegah anak-anak berjualan di kawasan Mandalika.

Anak-anak yang masih usia SD dan SMP tersebut seharusnya berada di sekolah bukan berjualan. Karena dalam usia tersebut mereka berhak mendapatkan pendidikan, bukan disuruh bekerja mencari uang.

"Karena anak-anak itu ndak boleh marginalisasi kebutuhan dia dalam pendidikan. Belum masanya dia untuk mengais rezeki," ujarnya.

Untuk itu, orang tua mereka perlu diberikan ruang untuk berjualan dengan baik. Tidak harus berjualan di kawasan Mandalika tetapi dibuatkan akses pasar yang tersentralisasi.

3. Edukasi pedagang asongan di Mandalika

Wisatawan menunggu matahari terbenam dari Bukit Pantai Seger Mandalika. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sementara bagi pedagang asongan yang berjualan di kawasan Mandalika, Lendek mengatakan mereka harus diberikan edukasi dan pembinaan. Supaya cara mereka berjualan tidak malah mengganggu wisatawan yang berwisata ke Mandalika.

"Kalau pun dia berkeliaran tapi ada cara untuk tidak menimbulkan efek emosional yang kurang baik bagi pengunjung," katanya.

Dalam memberikan penyadaran kepada pedagang asongan, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), Badan Keamanan Desa (BKD), dan desa penyangga KEK Mandalika harus diajak bersama.

"Bahwa kesadaran bersama itu menjadi keharusan," ucapnya.

Baca Juga: Terbesar di NTB, Jokowi Resmikan Bendungan Bintang Bano

Berita Terkini Lainnya