Harga Anjlok, Petani Sembalun Biarkan Tomat Membusuk di Pohon
Tanaman cabai diserang penyakit antraks
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lombok Timur, IDN Times - Para petani di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan anjloknya harga tomat saat musim panen. Karena harganya sangat murah, petani membiarkan buah tomat membusuk di pohon.
Selain itu, tanaman cabai juga terserang penyakit antraks. Baru beberapa kali panen, tanaman cabai petani sudah rusak akibat penyakit antraks. Di tengah biaya produksi yang cukup tinggi, tidak ada penyuluh yang turun untuk membantu permasalahan yang dihadapi petani.
Baca Juga: Imbas Kenaikan BBM, Penduduk Miskin di NTB Naik 12,8 Ribu Jiwa
1. Harga tomat satu keranjang Rp25 ribu, dulu Rp20 ribu per kg
Salah seorang petani di Dusun Jorong, Desa Sembalun Bumbung Amaq Kamil mengatakan harga tomat saat ini sangat murah yaitu Rp25 ribu per keranjang. Dalam satu keranjang seberat 40 kg. Padahal, beberapa bulan sebelumnya harga tomat menembus angka Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kg.
"Sekarang harganya Rp25 ribu satu keranjang, sangat murah. Yang punya tidak memanennya karena harganya sangat murah. Kalau dulu harganya sampai Rp15 -20 ribu per kg," kata Amaq Kamil ditemui di area persawahan Desa Sembalun Bumbung, Senin (23/1/2023).
Petani lainnya, Amaq Ibah menambahkan buah tomat dibiarkan membusuk di pohon karena harganya yang sangat murah. Harga tomat tidak sampai Rp1.000 per kg. Padahal dulu harganya sampai Rp20 ribu per kg.
Ia mengatakan ada petani yang baru panen 4 kali dengan harga Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kg. Tetapi setelah itu, harga tomat anjlok menjadi Rp25 ribu per keranjang. Petani membiarkan buah tomat membusuk di pohon, karena apabila dipanen, biaya memetiknya lebih mahal dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Bahkan petani merugi.
Baca Juga: Proyek Rp750 Miliar Tuntas, NTB Tinggal Bayar Bunga dan Cicil Utang