Imbas Kenaikan BBM, Penduduk Miskin di NTB Naik 12,8 Ribu Jiwa 

Indeks kedalaman kemiskinan naik, keparahan menurun

Mataram, IDN Times - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per 3 September 2022 memicu bertambahnya penduduk miskin di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 13,82 persen.

Persentase penduduk miskin meningkat 0,14 persen terhadap Maret 2022 dan turun sebesar 0,01 persen terhadap September 2021. "Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 744,69 ribu orang, bertambah 12,8 ribu orang terhadap Maret 2022 dan bertambah 9,39 ribu orang terhadap September 2021," sebut Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi NTB Arrief Chandra Setiawan di Mataram,Senin (16/1/2023).

1. Kenaikan harga BBM pengaruhi bertambahnya penduduk miskin

Imbas Kenaikan BBM, Penduduk Miskin di NTB Naik 12,8 Ribu Jiwa Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi NTB Arrief Chandra Setiawan. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Arrief mengatakan kenaikan harga BBM per 3 September 2022, berpengaruh terhadap bertambahnya angka kemiskinan di NTB. Dimana, harga Pertalite naik 30,72 persen, solar naik 32,04 persen dan Pertamax naik 16 persen.

Angka kemiskinan di NTB tidak terlalu melonjak tajam karena ada kebijakan pemerintah berupa bantuan sosial seperti BLT BBM, bantuan subsidi upah (BSU), bantuan untuk UMKM, subsidi kenaikan tarif transportasi umum dan subsidi biaya transportasi untuk komoditas seperti telur, bawang merah, dan bawang putih.

"Kenaikan harga BBM bisa menaikkan kemiskinan di NTB sebesar 0,14 persen. Jadi, sebenarnya kebijakan pemerintah pusat sudah ada baik pusat dan daerah untuk menanggulangi bagaimana penyesuaian kenaikan harga BBM," terangnya.

Baca Juga: Pemprov NTB Alokasikan Anggaran Rp1,2 Triliun Tanggulangi Kemiskinan 

2. Penduduk miskin pedesaan naik menjadi 13,66 persen

Imbas Kenaikan BBM, Penduduk Miskin di NTB Naik 12,8 Ribu Jiwa Ilustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Arrief mengungkapkan persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2022 sebesar 14,10 persen, turun menjadi 13,98 persen pada September 2022. Sedangkan persentase penduduk miskin pedesaan pada Maret 2022 sebesar 13,24 persen, naik menjadi 13,66 persen pada September 2022.

Dibandingkan Maret 2022, jumlah penduduk miskin September 2022 perkotaan naik sebanyak 2,22 ribu orang. Dari 381,84 ribu orang pada Maret 2022 menjadi 384,03 ribu orang pada September 2022. Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 10,6 ribu orang. Dari 350,09 ribu orang pada Maret 2022 menjadi 360,66 ribu orang pada September 2022.

3. Penduduk miskin di NTB per September 2022 sebanyak 744,69 ribu jiwa

Imbas Kenaikan BBM, Penduduk Miskin di NTB Naik 12,8 Ribu Jiwa Ilustrasi kemiskinan (ANTARA/Rivan Awal Ringga)

Arrief menambahkan jumlah penduduk miskin di NTB pada September 2022 mencapai 744,69 ribu jiwa.

Dibandingkan Maret 2022, jumlah penduduk miskin bertambah 12,8 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan September 2021, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 10,61 ribu orang.

Persentase penduduk miskin pada September 2022 tercatat sebesar 13,82 persen, meningkat 0,14 persen poin terhadap Maret 2022 dan turun 0,05 persen terhadap September 2021. Garis Kemiskinan pada September 2022 adalah sebesar Rp489.954,- per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2022, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,55 persen. Sementara jika dibandingkan September 2021, terjadi kenaikan sebesar 10,92 persen.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.

Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2022 sebesar 75,01 persen. Pada September 2022, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskin di NTB, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 21,22 persen di perkotaan dan 24,97 persen di pedesaan.
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan yaitu 8,75 persen di perkotaan dan 7,30 persen di pedesaan.

Komoditi lainnya adalah telur ayam ras yaitu 3,72 persen di perkotaan dan 3,08 persen di pedesaan, daging ayam ras sebesar 2,94 persen di perkotaan dan 3,00 persen di pedesaan, kue basah sebesar 2,91 persen di perkotaan dan 2,72 di pedesaan, cabe rawit sebesar 2,63 persen di perkotaan dan 2,90 persen di pedesaan.

Kemudian ikan tongkol atau tuna sebesar 2,48 persen di perkotaan dan 2,82 di pedesaan, mie instan sebesar 2,17 persen di perkotaan dan 2,31 persen di pedesaan. Sedangkan komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan perkotaan dan pedesaan adalah perumahan, bensin, pendidikan, listrik, perlengkapan mandi, pakaian jadi perempuan dewasa, sabun cuci, angkutan umum, dan pakaian jadi anak-anak.

Secara rata-rata, garis kemiskinan per rumah tangga pada September 2022 adalah sebesar Rp1.891.222,- per bulan turun sebesar 3,68 persen dibanding kondisi Maret 2022 yang sebesar Rp1.963.457- per bulan.

4. Kedalaman kemiskinan naik, keparahan menurun

Imbas Kenaikan BBM, Penduduk Miskin di NTB Naik 12,8 Ribu Jiwa Petugas mencocokkan data warga penerima manfaat saat penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Bahan Bakar Minyak (BBM) di Balai Desa Pedawang, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (13/9/2022). (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Arrief juga mengungkapkan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di NTB periode Maret 2022 - September 2022. Pada periode Maret 2022-September 2022, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami peningkatan dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2022 sebesar 2,566, naik dibandingkan Maret 2022 yang sebesar 2,488. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama mengalami penurunan dari 0,666 menjadi 0,647. Jika dibandingkan berdasarkan daerah, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) perkotaan lebih tinggi daripada pedesaan pada periode Maret 2022-September 2022.

Pada September 2022, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar 2,793, sedangkan di pedesaan lebih rendah, yaitu mencapai 2,329. Demikian juga nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perkotaan adalah sebesar 0,741, sedangkan di pedesaan lebih rendah, yaitu mencapai 0,541.

Baca Juga: Pria Asal Medan Ditangkap Kasus Narkoba di Mataram 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya