TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Epidemiolog UI : Puncak Kasus Omicron di NTB pada Akhir Februari 

BOR rumah sakit sebanyak 3,72 persen di NTB

Epidemiolog UI Prof. Iwan Ariawan (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Prof Iwan Ariawan mengatakan lonjakan kasus COVID-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga terjadi di provinsi lainnya di Indonesia. Lonjakan kasus COVID-19 ini akibat varian Omicron yang terjadi secara nasional.

Dia memprediksi puncak kasus Omicron di NTB akan terjadi pada akhir Februari atau awal Maret mendatang. "Kalau kita perkirakan puncaknya di akhir Februari atau awal Maret. Setelah itu dia (Omicron) akan turun. Jadi ketika MotoGP, kita sudah turun, lewat dari puncaknya," kata Iwan dikonfirmasi usai bertemu Wakil Gubernur NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah di Kantor Gubernur NTB, Senin (14/2/2022).

Baca Juga: Cemburu Buta, Seorang Remaja di Bima Panah Hidung Temannya 

1. Omicron cepat menular tapi tingkat keparahan rendah

Infografis perkembangan kasus COVID-19 di NTB, Minggu (13/2/2022) (Sumber : Dinkes NTB)

Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI menjelaskan seluruh provinsi di Indonesia mengalami kenaikan kasus COVID-19 akibat badai Omicron. Kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi saat ini agak berbeda dibandingkan ketika merebaknya varian Delta.

"Memaang virusnya lebih cepat menular varian Omicron ini. Tetapi tingkat keparahannya lebih rendah. Karena vaksinasi kita lebih tinggi. Saat Delta belum ada vaksin. Sekarang sudah banyak yang divaksinasi," terangnya.

2. Masyarakat tak perlu panik

Tambahan kasus COVID-19 di NTB, Minggu (13/2/2022) (Sumber : Dinkes NTB)

Meskipun terjadi lonjakan kasus COVID-19 di NTB, Iwan mengatakan bed ocvipancy rate (BOR) masih di bawah 5 persen. Artinya, perawatan pasien COVID-19 di NTB masih terkendali.

"Kita lihat itu bukan hanya kasus tapi berapa yang dirawat di rumah sakit. Kalau NTB kita lihat rumah sakit masih mampu, masih jauh dari kapasitas maksimal rumah sakit. Kasus kematian juga rendah," tuturnya.

Meskipun terjadi kenaikan kasus, lanjut Iwan, masyarakat NTB tidak perlu panik. Tetapi harus tetap waspada, perkuat protokol kesehatan dan percepat vaksinasi.

"BOR itu batas kritisnya 60 persen. Batas maksimal yang sudah gawat 80 persen. Sekarang masih di bawah 5 persen. Prokes harus diperketat lagi. Karena prokes kita turun di NTB. Vaksinasi harus dikejar terutama lansia. Serta rumah sakit harus disiapkan tempat tidurnya," sarannya.

Baca Juga: Melonjak! Positif COVID-19 di NTB Bertambah 483 Kasus dalam Sehari

Berita Terkini Lainnya