TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rob Ancam 13 Kecamatan di Bima, Tahun ini Banjir Terparah

Warga yang terdampak minta peningkatan pembangunan tanggul

Lokasi tambak milik warga di Kecamatan Palibelo yang jadi langganan rob. (IDN Times/Juliadin)

Bima, IDN Times- Banjir rob bukan lagi hal baru bagi warga yang menempati  sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan, bencana alam tersebut menerjang dua hingga empat kali dalam setahun.

Selain tambak garam dan bandeng, rob juga kerap kali merendam beberapa titik pemukiman warga. Terutama wilayah yang terletak di dataran rendah yang lokasinya cukup dekat dengan kawasan pesisir pantai.

Baca Juga: Terduga Pencuri Kambing di Bima Diamuk Massa Hingga Tewas

1. Petani tambak setiap tahun jadi langganan rob

Pemilik tambak bandeng M Jafar (IDN Times/Juliadin)

Salah seorang petani tambak bandeng di Desa Belo Kecamatan Palibelo, M Jafar mengatakan tidak begitu kaget jika rob merendam tambak miliknya. Karena kondisi itu sudah menjadi bencana langganan setiap awal dan pertengahan tahun.

"Tambak di kawasan ini setiap tahun selalu direndam rob. Cuma tingkatannya beda-beda, ada yang kecil dan ada yang besar," jelas dia saat ditemui di lokasi tambaknya, Jumat (5/8/2022).

Selama melakoni usaha yang kini sudah puluhan tahun itu, dia mengaku baru tahun 2022 ini yang paling besar arus rob menerjang tambak wilayah setempat. Bahkan, sampai merendam area lintasan pesawat di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin (SMS) Bima.

"Kejadiannya pada Juni lalu dan beruntun hingga sepekan. Kerugian saya capai puluhan juta rupiah. Sementara di tahun-tahun sebelumnya gak terlalu parah begitu," terang warga Asal Desa Talabiu ini.

2. Antisipasi rob berikutnya, Pemda diminta tingkatkan pembangunan tanggul

Antara Foto/Muhammad Adimaja

Karena sudah menjadi langganan rob, M Jafar bersama petani tambak lain selama ini tidak bisa berbuat banyak. Di kala arus menerjang tempat usahanya itu, hanya bisa menyiapkan tanah menggunakan karung.

Tanah itu dimasukkan ke dalam karung, kemudian ditambal pada pematang tambak yang amblas diterjang rob. Sehingga ikan tidak begitu banyak yang keluar terbawa arus. 

"Sebenarnya tetap gak maksimal, cuman itu cara yang bisa kami lakukan untuk minimalisir kerugian," keluhnya.

Menurut M Jafar baru bisa maksimal menekan kerugian akibat rob, salah satunya peningkatan pembangunan tanggul di wilayah setempat. Karena rob merendam tambak selama ini, akibat dari luapan di saluran pembuangan.

"Maunya kami hanya satu, Pemda menaikkan lagi bangunan tanggul itu. Sehingga banjir rob tidak meluap ke tambak. Kalaupun nanti direndam, gak separah sebelumnya," ungkap ayah dua anak ini.

3. Belasan kecamatan di Bima terancam banjir rob

Foto rob merendam area lintasan pesawat di bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Senin (13/6/2022).(Sumber:Facebook)

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Bima, Chandra Kusuma tidak menampik jika wilayah pesisir ujung timur Pulau Sumbawa itu setiap tahun kerap diterjang banjir rob. Dari 18 Kecamatan yang ada, BPBD mencatat terdapat 11 kecamatan jadi ancaman bencana alam tersebut.

Belasan wilayah itu seperti di Kecamatan Bolo, Langgudu, Woha, Palibelo, Belo, Bolo, Soromandi, Sanggar dan Tambora. Kemudian wilayah pesisir bagian timur antara lain, Kecamatan Wera, Ambalawi, Sape dan Lambu.

"Setiap kecamatan itu menyisir beberapa desa. Ada yang direndam tambaknya dan ada juga yang menerjang pemukiman warga," jelas dia saat dikonfirmasi, Jumat (5/8/2022).

4. Masyarakat diminta tidak membangun rumah di kawasan pesisir pantai

Pantai Moti To'i, Bima (liburdulu.com)

Chandra Kusuma mengatakan terkait banjir rob, pihaknya hanya menangani bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Misalnya pada penanganan bencana rob Juni lalu, kendati penanganan belum maksimal dilakukan. 

Karena bantuan anggaran yang diharapkan dari pemerintah pusat hingga kini belum dialokasikan. "Misalnya diakomodir, anggaran itu nanti muaranya untuk normalisasi kerugian masyarakat termasuk perbaikan kerusakan akibat rob," terang dia.

Kendati demikian, kepada seluruh masyarakat diharapkan agar tidak lagi membangun rumah yang berdekatan dengan pesisir pantai. Termasuk sekirannya agar menanam pohon mangrove di sekitar pesisir pantai.

Karena dikhawatirkan terjadi proses pengikisan pantai yang diakibatkan oleh tenaga gelombang atau dampak dari pasang surut arus air yang bersifat merusak garis pantai.

"Sementara ini kami imbau lebih kepada hal itu, karena abrasi pantai ini cukup rawan,"  tuturnya.

Baca Juga: Polda NTB Menduga Ada TPPU dalam Kasus Penggelapan STKIP Bima

Berita Terkini Lainnya