TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Telur di Bima Melonjak, Tembus Rp62 Ribu

Pemkot diharapkan intens mengawasi di lapangan

Foto Nona bersama penjual lain saat menjajakan daganganya di Pasar Raya Kota Bima (IDN Times/Juliadin)

Kota Bima, IDN Times- Harga telur di Pasar Raya Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melonjak. Jika sebelumnya hanya dibanderol Rp46 ribu saja untuk satu terai. Kini meningkat drastis, bahkan menembus hingga Rp62 ribu per terai.

"Harga sebelumnya hanya Rp46 hingga Rp48 ribu. Kemudian perlahan naik hingga menjadi Rp62 ribu sampai saat ini," jelas penjual telur di Pasar Raya Kota Bima bernama Nona yang dikonfirmasi, Jumat (26/8/2022).

Baca Juga: Polisi Tangkap Bandar Judi Togel Online 303 di Bima dan KSB

1. Kenaikan harga telur sejak 3 pekan terkahir

ilustrasi telur ayam (Pexels.com/Pixabay)

Kenaikan harga komoditas yang satu ini, diakui Nona sudah berlangsung sejak usai lebaran haji atau sekitar 3 pekan terakhir. Kadang pembeli ngomel lantaran harga telur naik, padahal sebagai penjual, dia juga tidak bisa berbuat banyak.

"Yang namanya pembeli asal ngomong mereka. Tapi terlepas soal itu, saya juga gak tahu harga telur naik. Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, kalaupun naik gak sesignifikan seperti ini," jelas dia.

2. Minat beli masyarakat menurun

ilustrasi uang tunai baru (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Selama harga telur naik, Nona mengaku minat beli masyarakat menurun drastis. Dalam sehari hanya beberapa terai yang laku. Terkadang tidak ada yang laku sama sekali.

Kondisi ini berbanding terbalik ketika saat harga telur stabil. Dagangannya saat itu laris manis, bahkan dia kwalahan melayani pembeli yang datang.

"Dulu memang laris. Beda dengan sekarang, masyarakat saya lihat sudah banyak yang beralih beli ikan sejak harga telur naik," keluhnya.

3. Masyarakat minta pengawasan ekstra dari Pemda

Ilustrasi pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Selain penjual, kenaikan harga juga dikeluhkan oleh masyarakat bernama Ida Royani. Warga Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota itu mengaku bingung dengan kondisi harga komoditas belakangan ini. 

"Dulu harga minyak goreng yang naik dan langka. Belum aja lama harga minyak goreng stabil, kini disambut lagi harga telur yang ikut naik," sesalnya.

Dengan kondisi ini, Ida Royani berharap peran dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bima. Mereka diminta melakukan pengawasan ekstra di lapangan, agar bisa minimalisir kenaikan harga.

"Jangan-jangan pedagang di pasar itu bermain juga soal harga telur ini. Makanya perlu diawasi oleh dinas terkait," tandas dia.

Baca Juga: Belajar dari YouTube, Siswa SMA di Bima ini Mahir Empat Bahasa Asing 

Berita Terkini Lainnya