Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Buku yang Bekerja seperti Terapi, Wajib Kamu Baca!

Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Thalia Bücher GmbH)
Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Thalia Bücher GmbH)

Ada masa-masa dalam hidup ketika kita merasa lelah, bingung, atau kehilangan arah, namun tidak selalu siap atau mampu untuk pergi ke terapis. Di saat-saat seperti itu, buku bisa hadir sebagai bentuk terapi yang diam-diam menyembuhkan. Kata-kata yang jujur, reflektif, dan penuh kehangatan bisa menenangkan pikiran, membimbing kita mengenali perasaan sendiri, dan perlahan membangun kembali harapan yang sempat runtuh.

Buku-buku yang bekerja seperti terapi bukan hanya berisi nasihat, tapi juga ruang yang aman untuk merenung. Mereka tidak menghakimi, tapi menemani. Tidak semua berbentuk buku self-help, ada yang berupa esai, catatan harian, bahkan fiksi.

Berikut 5 buku yang seperti memelukmu ketika kamu sedang berantakan dan bisa membantu kamu memahami dan merawat dirimu dengan lebih baik.

1. The Comfort Book oleh Matt Haig

Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Thalia Bücher GmbH)
Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Thalia Bücher GmbH)

Matt Haig menulis The Comfort Book sebagai koleksi pemikiran, kutipan, dan refleksi kecil yang ia kumpulkan saat hidup terasa terlalu berat. Buku ini tidak meminta kita untuk berubah drastis atau bangkit secara instan. Ia justru memberi ruang untuk istirahat, menerima luka, dan mengingatkan bahwa tidak apa-apa jika hari ini hanya bisa bertahan.

Bahasanya sederhana tapi mengena. Setiap halaman bisa dibaca secara acak, seperti sedang berbicara dengan teman lama yang memahami kesedihanmu tanpa perlu penjelasan panjang. Buku ini cocok untuk kamu yang sedang dalam fase kehilangan semangat, karena isinya seperti pelukan hangat, kecil tapi menguatkan.

2. Everything I Know About Love oleh Dolly Alderton

Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/muselen)
Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/muselen)

Meski dikemas dengan humor dan kisah personal, buku ini sebenarnya menyimpan banyak pelajaran emosional yang dalam. Dolly Alderton menceritakan pengalaman cinta, persahabatan, patah hati, dan pencarian identitasnya dengan kejujuran brutal namun penuh empati. Saat membacanya, kamu akan merasa seperti sedang duduk dengan sahabat lama dan membongkar isi hati bersama.

Buku ini tidak datang dengan solusi cepat, tetapi dengan pengakuan yang tulus bahwa hidup bisa sangat berantakan. Justru dari kekacauan itulah muncul pertumbuhan. Bacaan ini cocok untuk kamu yang sedang mengalami transisi hidup atau merasa sendirian dalam proses menjadi dewasa.

3. The Body Keeps the Score oleh Bessel van der Kolk

Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Bee)
Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Bee)

Ini adalah buku terapi dalam arti yang paling literal. Dr. Bessel van der Kolk, seorang ahli trauma, menjelaskan bagaimana pengalaman traumatis disimpan dalam tubuh dan bagaimana proses penyembuhan bisa dilakukan tidak hanya lewat pikiran, tapi juga lewat tubuh dan hubungan sosial.

Meskipun ditulis oleh profesional, buku ini bisa diakses oleh pembaca umum yang ingin memahami kenapa mereka merasakan hal-hal tertentu tanpa bisa menjelaskannya. Buku ini membantu kamu menyadari bahwa luka psikologis itu nyata dan valid, dan bahwa penyembuhan adalah proses yang mungkin, bahkan dari luka yang paling dalam sekalipun.

4. Notes on a Nervous Planet oleh Matt Haig

Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/anna)
Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/anna)

Dalam buku ini, Matt Haig kembali hadir dengan suara yang menenangkan. Kali ini, ia membahas bagaimana dunia modern memengaruhi kesehatan mental kita, dari tekanan media sosial, kecepatan hidup, hingga kecemasan eksistensial. Dengan gaya menulis yang personal dan reflektif, buku ini terasa sangat dekat, seperti menuliskan isi pikiran banyak dari kita.

Yang menarik, Haig tidak menawarkan solusi ajaib. Ia justru mengajak kita untuk melambat, berhenti sejenak, dan mempertanyakan apakah cara hidup kita selama ini memang sehat. Bacaan ini cocok untuk kamu yang merasa cemas, kelelahan digital, atau terjebak dalam tuntutan hidup yang tak pernah habis.

5. Loving What Is oleh Byron Katie

Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Depop)
Ilustrasi buku yang bekerja seperti terapi, wajib kamu baca! (Pinterest/Depop)

Dalam buku ini, Byron Katie memperkenalkan pendekatan the work, yaitu sebuah metode berpikir yang sederhana namun dalam, untuk menghadapi pikiran negatif dan realitas yang sulit diterima. Alih-alih melawan kenyataan, buku ini mengajak kita untuk mempertanyakannya dengan empat pertanyaan mendasar yang bisa membuka banyak kebuntuan emosional.

Membaca Loving What Is seperti masuk ke ruang terapi yang penuh kejujuran. Kamu tidak akan diminta menjadi positif secara paksa, tapi akan diajak berdamai dengan hidup sebagaimana adanya. Sangat cocok untuk kamu yang sedang terjebak dalam pikiran berulang, rasa marah, atau luka masa lalu yang belum selesai.

Buku tidak menggantikan terapis profesional, tapi bisa menjadi teman perjalanan yang lembut dan menyentuh hati. Ketika kamu sedang merasa rapuh, lima buku di atas bisa menjadi ruang aman untuk menyembuhkan diri secara perlahan. Kadang, cukup satu kalimat dari buku yang tepat untuk membuat kita merasa sedikit lebih baik, dan itu bisa jadi awal dari penyembuhan.

Demikian 5 buku yang seperti memelukmu ketika kamu sedang berantakan dan bisa membantu kamu memahami dan merawat dirimu dengan lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us