Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

11 Istilah Bahasa Sasak Lombok yang Sudah Jarang Terdengar

Begawe Lombok (Foto: YouTube Ahyar Rozilawati)

Penggunaan bahasa daerah kini semakin tergerus. Penutur bahasa daerah mulai berkurang seiring perkembangan zaman. Termasuk bahasa daerah Lombok yang dihuni oleh mayoritas Suku Sasak.

Berikut ini beberapa kata atau istilah bahasa Sasak Lombok yang mulai jarang terdengar. Bagi anak muda, beberapa istilah ini mungkin terdengar asing. Hal itu disebabkan karena sudah tidak banyak penutur bahasa atau istilah ini.

Apa saja istilah-istilah itu? Yuk simak ulasan di bawah ini!

1. Tembelengkang, berarti keselek oleh tulang ikan

Ilustrasi tulang ikan (Shutterstock)

2. Dolong Dompa, berenang menggunakan kain yang diikat agar bisa menjadi pelampung

Dolong Dompa (Foto: 20 Detik)

3. Nyemporon, terjun dari ketinggian ke dalam air

Lompat ke kolam (infopublik)

4. Berolang-olang, rekreasi dengan membawa bekal

Bekal (christinehanphotography.com)

5. Bededengkak, lari dengan bertumpu menggunakan satu kaki

Ilustrasi (Dunia Fitness)

6. Goljek, starter motor menggunakan kaki

Ilustrasi (schors.asia)

7. Songkop/Songklop, menangkap benda yang dilemparkan

Ilustrasi permainan tangkap bola (Kemendikbud)

8. Nyengkelat, buang air besar di semak-semak dan dibilas menggunakan batu apung

\\Shutterstock)

9. Begerapak, jatuh berguguran

ilustrasi anak bermain daun kering (pexels.com/Michael Morse)

10. Berindu, menghangatka badan dengan menyalakan api unggun

ilustrasi anak bermain daun kering (pexels.com/Michael Morse)

11. Pocol, berarti merugi

Ilustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Itulah 11 kata atau istilah dalam bahasa Sasak Lombok yang mulai jarang terdengar. Yuk budayakan menggunakan bahasa daerah, agar bahasa daerah tidak tergerus oleh zaman.

Menuturkan bahasa daerah setiap hari akan menjadikannya tetap eksis hingga anak cucu dan generasi penerus nantinya. Selain itu, bahasa daerah juga merupakan bahasa ibu yang menjadi bukti keberagaman budaya di Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us