Kisah Peternak di Lombok : Bangkit dari Covid-19, Dihantam Wabah PMK 

Permintaan hewan kurban turun drastis

Lombok Tengah, IDN Times - Peternak sapi di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengaku perekonomian mereka makin sulit. Baru saja bangkit dari pandemik Covid-19, sekarang muncul wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Munculnya wabah PMK menyebabkan peternak mengalami kerugian. Tak sedikit peternak yang menjual sapinya yang terjangkit PMK dengan harga murah daripada mengalami kerugian yang lebih besar.

1. Berjuang sendiri obati sapi terjangkit PMK

Kisah Peternak di Lombok : Bangkit dari Covid-19, Dihantam Wabah PMK Peternak sapi asal Desa Teratak Lombok Tengah Suhaibul Fahmi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Salah seorang peternak asal Desa Teratak Kecamatan Batukliang Lombok Tengah, Suhaibul Fahmi (28), Sabtu (8/7/2022) mengungkapkan mereka berjuang sendiri mengobati sapi yang terjangkit virus PMK. Hampir semua sapi di kandang kolektif yang ada di sana beberapa waktu lalu terpapar virus PMK.

Para peternak yang berjumlah sebanyak 15 orang berupaya menyembuhkan sapinya dengan obat herbal dan obat-obat yang dijual di toko. Untuk mengobati sapi yang sakit, peternak harus membeli obat dengan harga ratusan ribu.

Fahmi mengatakan tidak ada petugas kesehatan hewan yang datang mengunjungi kandang kolektif peternak. Mereka berjuang sendiri menyembuhkan sapi-sapi yang terjangkit PMK hingga sembuh. Dikatakan, berkat upaya yang dilakukan para peternak, tidak ada sapi yang mati akibat PMK.

Baca Juga: 4 Calon TKI NTB Korban Kapal Tenggelam Kabur dari Selter BP2MI Batam 

2. Warga jual sapi dengan harga murah karena panik

Kisah Peternak di Lombok : Bangkit dari Covid-19, Dihantam Wabah PMK Sapi yang sembuh dari virus PMK di Kelompok Ternak Sapi Reyan Baru Lombok Barat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Namun, kata Fahmi, ada beberapa peternak yang panik melihat sapinya terjangkit virus PMK. Sehingga, mereka menjual sapinya dengan harga yang sangat murah.
"Ada peternak yang panik. Sehingga daripada rugi, dan lambat penanganan dari pemerintah. Daripada rugi sekali lebih baik jual saja, yang penting dapat sedikit. Padahal modalnya gak akan balik," tutur Fahmi.

"Kalau yang kena virus PMK. Kayak teman saya, 3 ekor seharga Rp10 juta sapi jenis simmental dan limosin," tambahnya.

3. Permintaan sapi kurban turun drastis

Kisah Peternak di Lombok : Bangkit dari Covid-19, Dihantam Wabah PMK Aktivitas penjualan hewan kurban di Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Selain sebagai peternak, Fahmi juga melayani jual beli sapi. Pada Hari Raya Idul Adha tahun ini, permintaan sapi kurban turun drastis. Tahun lalu, permintaan hewan kurban mencapai 1.000 ekor.

Namun tahun ini, jelang Hari Raya Idul Adha, permintaan hewan kurban turun drastis. Ia menyebut permintaan sapi kurban hanya sebanyak 50 ekor. Turunnya permintaan hewan kurban ini, kata Fahmi karena wabah PMK. Masyarakat banyak yang masih takut wabah PMK.

"Kalau hitungan finasial kita rugi. Karena ada biaya tambahan kita keluarkan. Ada perawatan dan berkurang bobot badan sapi. Kita tak jual tanggung, jual juga tanggung. Iya rugi. Selain itu permintaan sapi kurban juga sepi," tuturnya.

Ia berharap pemerintah memberikan bantuan kepada para peternak kecil yang mengalami kesulitan. Karena para peternak mengalami kerugian. Belum lagi, meskipun vaksin PMK sudah didistribusikan ke NTB. Tetapi peternak mengaku belum ada sapi yang divaksin di sana.

Nasib yang sama dialami peternak di Reyan Baru Gerung Lombok Barat, Nurmah (57). Wabah PMK sangat berdampak signifikan pada peternak sapi. Menjelang Hari Raya Idul Adha, peternak sapi mengaku harga sapi mereka turun hingga Rp5 juta per ekor.

"Ya ada, yang harga Rp15 juta jadi 10 juta," sebut Nurmah.

Baca Juga: Guru Ngaji di Lombok Timur Lakukan Kekerasan Seksual pada Anak SD

4. Sebanyak 77 ekor sapi mati akibat PMK di Pulau Lombok

Kisah Peternak di Lombok : Bangkit dari Covid-19, Dihantam Wabah PMK Perkembangan kasus PMK di Pulau Lombok, Jumat (8/7/2022). Dok. Disnakeswan NTB)

Berdasarkan data Gugus Tugas Penanganan PMK Provinsi NTB, sampai 8 Juli 2022, ternak terjangkit PMK di Pulau Lombok sebanyak 62.328 ekor. Dari jumlah tersebut sebanyak 77 ekor yang mati dan 182 ekor potong bersyarat.

Meskipun ada 77 ekor ternak yang mati, namun tingkat kesembuhan juga cukup tinggi. Dari angka kasus sebanyak itu, sebanyak 37.666 ekor yang sudah sembuh. Sedangkan ternak yang sakit sebanyak 24.403 ekor.

Baca Juga: Gaji Rp20 Juta, Peluang Nakes NTB Bekerja di Luar Negeri Terbuka Lebar

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya