TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pungut Uang Perpisahan, Kadis Dikbud NTB Ancam Copot Kepala Sekolah 

Pungutan uang untuk perpisahan harus atas kesepakatan siswa

Kepala Dinas Dikbud NTB Aidy Furqan (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB melarang sekolah untuk melakukan pungutan uang perpisahan. Kepala Dinas Dikbud Provinsi NTB Aidy Furqan menegaskan apabila ada Kepala SMA/SMK dan SLB yang melakukan pungutan uang perpisahan maka akan dicopot.

Aidy mengatakan pihak sekolah hanya diperbolehkan memungut Biaya Penyelenggaraan Pendidikan (BPP). "Kalau ada indikasi, ada kepala sekolah hobi mungut-mungut (uang perpisahan) saya berhentikan," ancam Aidy dikonfirmasi di Mataram, Jumat (27/5/2022).

Baca Juga: Ombudsman NTB Ingatkan Pihak Sekolah Gak Pungut Uang Perpisahan

1. Kepala sekolah sudah diingatkan tidak lakukan pungutan

dok.IDN Times

Aidy mengaku pihaknya baru mendengar ada sekolah yang memungut uang perpisahan. Padahal setiap ada rapat kerja bersama kepala sekolah selalu diingatkan tidak boleh memungut uang apapun selain BPP yang telah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub).

Kalaupun siswa mau perpisahan atau menggelar acara wisuda harus diserahkan ke OSIS atau alumni. Untuk mencegah adanya pungutan uang perpisahan, sebenarnya mekanisme yang dibuat sudah bagus. Di mana, biaya untuk perpisahan sudah termasuk di dalam BPP.

2. Kepala sekolah diminta lepas anak didik dengan baik

Ilustrasi anak-anak (Dok. IDN Times/Sabilla Naditia/bt)

Aidy mengungkapkan pada 2022 ini, ia meminta kepala sekolah melepaskan anak didik dengan baik. Apakah bentuknya perpisahan, rekreatif dan kumpul-kumpul bersilaturahmi dengan orang tua siswa. Ada juga sekolah yang mengagendakan bentuknya wisuda.

Ia mengarahkan kepala sekolah agar melepas anak didik dengan baik karena lulusan SMA/SMK dan SLB tahun ini banyak lose learning. Artinya, mereka bertemu sesama siswa dan guru sangat minim. Karena mereka awal masuk SMA/SMK dan SLB ketika NTB baru dilanda bencana gempa bumi yang dahsyat. Kemudian disusul pandemik COVID-19.

Saat pandemik COVID-19, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online dan offline. Begitu kegiatan belajar dilakukan secara tatap muka terbatas, banyak siswa yang terpapar. Sehingga sekolah ada yang ditutup sementara.

"Itu terjadi dua tahun. Begitu normal, siswa ini tamat," terangnya.

Baca Juga: Daftar Harga Tiket MXGP Samota, Termurah hingga Termahal 

Berita Terkini Lainnya