TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Potret Hardisknas, 2.500 Anak Putus Sekolah Jenjang SMA/SMK di NTB 

Dinas Dikbud NTB tugaskan guru cari anak yang putus sekolah

Ilustrasi siswa sekolah (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Mataram, IDN Times - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB mencatat sekitar 2.500 anak jenjang pendidikan SMA/SMK dan sederajat putus sekolah atau drop out (DO) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk menekan jumlah anak yang putus sekolah, Dinas Dikbud NTB memberikan akses kepada anak-anak tersebut melanjutkan studinya dengan membuka SMA Terbuka di Kabupaten/Kota yang ada di NTB.

"Untuk jenjang pendidikan menengah sisa 0,015 persen anak yang putus sekolah. Tapi angkanya itu jumlahnya banyak hampir 2.500 orang," sebut Kepala Dinas Dikbud NTB Aidy Furqan di Mataram, Selasa (2/5/2023).

Baca Juga: Ini Rincian 2.082 Formasi CASN PPPK 2023 yang Diajukan Pemprov NTB

1. Bikin aplikasi Tracer Study

Kepala Dinas Dikbud NTB Aidy Furqan (IDN Times/Muhammad Nasir)

Diakuinya, persoalan anak yang putus sekolah masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pada momentum peringatan hari pendidikan nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Aidy mengungkapkan Dinas Dikbud NTB telah membuat aplikasi Tracer Study untuk melacak anak-anak yang melanjutkan sekolah dan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah.

Aplikasi Tracer Study tersebut untuk melacak mereka sebelum melanjutkan atau pra melanjutkan pendidikan dan pasca melanjutkan pendidikan. Sehingga keberadaan mereka diketahui.

"Kalau memang kesulitan dari sisi ekonomi, keterjangkauan kita beri akses SMA Terbuka. Dan saya sudah melakukan itu, ada 3.000 anak kita tercatat," terangnya.

Di Lombok Utara, kata Aidy, Pemda setempat membentuk Satgas DO untuk menekan anak yang putus sekolah jenjang SD dan SMP. Selain itu, untuk meningkatkan angka melanjutkan ke jenjang SMA/SMK dan sederajat, Dinas Dikbud NTB membuka dua sekolah terbuka di Lombok Utara yaitu daerah Bayan dan Pemenang.

2. Penyebab anak putus sekolah di NTB

Ilustrasi anak-anak (Dok. IDN Times/Sabilla Naditia/bt)

Aidy menyebutkan setidaknya ada dua penyebab anak putus sekolah di NTB. Pertama, karena memang ada anak yang tidak sekolah (ATS). Anak punya kesempatan untuk bersekolah dan mampu tetapi tidak mau sekolah.

"Ini bisa jadi karena anak yang gak senang pakai sepatu dan seragam sekolah. Maka saya mengambil kebijakan bisa sekolah menggunakan pakaian bebas saja. Sekarang banyak masuk di kita," ungkapnya.

Faktor kedua, kata Aidy, karena motivasi orang tua. Orang tua tidak mengarahkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya. "Karena latar belakang pendidikan orang tuanya juga rendah," terangnya

Baca Juga: Waspada! 45 Warga NTB Ditipu dengan Modus Pengobatan Ida Dayak 

Berita Terkini Lainnya