TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Inflasi NTB Menembus Angka 6,3 Persen, Pemda Gagal Kendalikan Harga? 

Harga beras penyumbang inflasi tertinggi bulan Februari

Pedagang beras menunggu pembeli di Pasar Sindu, Cakranegara, Kota Mataram, Kamis (8/11/2022). Harga beras mulai naik sejak awal Desember 2022. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat inflasi di NTB terus mengalami kenaikan. Pada Bulan Februari 2023, inflasi year on year (y-on-y) di NTB sebesar 6,30 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,65 pada Bulan Februari 2022 menjadi 113,36 pada Bulan Februari 2023.

Angka inflasi sebesar 6,3 persen itu merupakan gabungan inflasi Kota Mataram dan Kota Bima. Angka inflasi ini lebih tinggi dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,47 persen. Salah satu penyumbang inflasi terbesar pada Februari adalah kenaikan harga beras.

Baca Juga: Daftar Nama Guru PPPK P1 NTB yang Penempatannya Dibatalkan

1. Pemprov NTB bingung beras jadi penyumbang inflasi terbesar di bulan Februari

Sekda NTB, Lalu Gita Ariadi (IDN Times/Muhammad Nasir)

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi month to month (m-to-m) di NTB Bulan Februari 2023, antara lain beras, tarif Air Minum PDAM, rokok kretek filter, angkutan udara, dan rokok putih. Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB, Lalu Gita Ariadi mengatakan Pemda juga bingung beras menjadi penyumbang terbesar inflasi di bulan Februari 2023.

Pada daerah lain, beras tidak menjadi penyumbang inflasi. Karena di satu sisi, NTB merupakan daerah lumbung beras nasional. Disinyalir pengiriman beras keluar NTB turut andil menyebabkan kenaikan harga.

"Kita bingung juga, daerah lain tidak ada beras sebagai kontributor inflasi. Makanya saya bilang, apa kita setop kita punya beras. Tapi beras yang kita dikirim ke luar daerah, merupakan perintah nasional untuk memenuhi daerah lain yang kekurangan," kata Gita dikonfirmasi Rabu (8/3/2023) sore.

2. Seolah-olah gagal mengendalikan inflasi

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sekretaris Daerah Provinsi NTB ini menjelaskan pengiriman beras keluar daerah merupakan kebijakan pemerintah pusat. Tujuannya, agar daerah lain di luar NTB yang kekurangan kebutuhan pokok ini mendapatkan pasokan.

"Seolah-olah kita gagal mengendalikan inflasi, padahal ada policy (pemerintah pusat) yang perlu sama-sama kita pahami," terangnya.

Selain operasi pasar, perlu adanya pemberian subsidi pengangkutan kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, perlunya peninjauan tarif PDAM, karena juga menjadi penyumbang inflasi yang cukup besar di NTB.

3. Antisipasi kenaikan harga di bulan Ramadhan dan Hari Raya Nyepi

Aktivitas pedagang di Pasar Kebon Roek Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Gita menambahkan, TPID NTB telah menggelar rapat konsolidasi mengantisipasi kenaikan harga menjelang hari besar keagamaan seperti bulan Ramadhan dan Hari Raya Nyepi. Setiap hari besar keagamaan, terjadi fenomena kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.

Terlebih, ada tren kenaikan inflasi di NTB pada dia bulan terakhir. Pada Januari 2023, inflasi NTB sebesar 5,83 persen dan kembali naik pada bulan Februari menjadi 6,3 persen year on year (y-ony).

"Secara nasional naik juga trennya. Sehingga presiden saat rakor Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia meminta gubernur segera melakukan kegiatan yang mendukung kegiatan ekonomi sembari tetap memperhatikan gejolak inflasi di tengah masyarakat," terangnya.

Meskipun inflasi NTB menembus angka 6,3 persen y-on-y pada Februari, namun pertumbuhan ekonomi NTB masih berada di atas inflasi. Gita menyebutkan pertumbuhan ekonomi NTB pada 2022 tercatat sebesar 6,95 persen.

Baca Juga: Siswi SMK di Lombok Bully Temannya Gegara Diolok Payudara Kendur

Berita Terkini Lainnya