TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Minim Pasokan, Harga Cabai di Bima Melonjak 100 Persen

Harga naik berangsur satu pekan terkahir

Ilustrasi Pedagang cabai merah (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Kota Bima, IDN Times - Harga cabai keriting di Kota Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) melonjak 100 persen dari biasanya Rp30 ribu mendadak menjadi Rp60 ribu per kilogram. Demikian pun harga cabai rawit yang melonjak menjadi Rp70 ribu dari normalnya Rp30 ribu per kilogram. 

"Sudah mulai naik sejak satu pekan terakhir. Kondisi harga itu berdasarkan hasil monitoring terakhir kami di pasar tradisional beberapa hari lalu," jelas Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bima Rusnah SE, Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga: Kronologis Lengkap Tenggelamnya Kapal TKI Ilegal Asal NTB di Batam 

1. Kurang dipasok dari lombok timur

ilustrasi komoditas cabai di pasar tradisional. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Kenaikan harga cabai tersebut, menurut Rusnah, disebabkan keterbatasan pasokan stok dari Kabupaten Bima dan Lombok Timur. Keterbatasan pasokan membuat pedagang menaikkan harga. 

"Andaikan banyak stok yang didroping di sana, pasti harganya kembali normal seperti biasa," terangnya.

Ia belum mengetahui pasti kenapa cabai belakangan ini kurang dipasok dari dua daerah itu. Apakah, karena gagal panen atau hal lain. 

2. Stok aman jika ada lahan produksi

Ilustrasi tanah tanah kas desa. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Menurut Rusnah, kebutuhan cabai di Kota Tepian Air ini sebenarnya akan terpenuhi jika memiliki lahan produksi seperti daerah lain. "Masalahnya kita gak punya lahan. Kebutuhan cabai di daerah kita selama ini selalu dipasok dari Lombok Timur dan Kabupaten Bima," akunya.

Sementara ingin menggarap lahan menjadi tempat menanam cabai, sulit untuk dilakukan. Karena lahan di sekitar wilayah setempat sudah semakin sempit digunakan warga untuk perluasan pemukiman.

"Lahan kita sudah semakin sempit. Tapi mungkin bisa saja digarap lahannya, cuman itu kewenangan dinas pertanian," katanya. 

Baca Juga: Popularitas Bahasa Daerah di NTB yang Terus Terjadi Kemunduran

Berita Terkini Lainnya