Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Mengapa Banyak Orang Mulai Meninggalkan Media Sosial

Ilustrasi alasan mengapa banyak orang meninggalkan media sosial. (Pinterest/Sofia’s Picks)
Ilustrasi alasan mengapa banyak orang meninggalkan media sosial. (Pinterest/Sofia’s Picks)

Media sosial awalnya hadir sebagai alat untuk menyatukan orang, memperluas jaringan, dan berbagi momen kehidupan. Namun, seiring waktu, fungsinya berkembang menjadi ruang yang kompleks, yaitu penuh dengan informasi, tekanan sosial, algoritma manipulatif, dan konten yang membanjiri pikiran.

Akibatnya, semakin banyak orang yang memilih menjauh atau bahkan menutup akun mereka dari platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter (sekarang X). Fenomena ini tak lagi terbatas pada individu tertentu saja, mulai dari figur publik hingga masyarakat biasa mulai menyadari dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan.

Artikel ini akan membahas 5 alasan utama mengapa semakin banyak orang memilih untuk keluar dari media sosial, serta refleksi sosial dan psikologis di balik keputusan ini.

1. Kesehatan mental yang terganggu

Pinterest
Pinterest

Salah satu alasan paling kuat adalah dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Paparan konstan terhadap kehidupan sempurna orang lain bisa menimbulkan perasaan cemas, iri hati, dan tidak cukup baik. Selain itu, komentar negatif dan cyberbullying menambah beban emosional pengguna.

Penelitian yang dilakukan oleh Keles, McCrae, dan Grealish dengan judul A systematic review: The influence of social media on depression, anxiety and psychological distress in adolescents, menunjukkan korelasi signifikan antara penggunaan media sosial yang intensif dengan peningkatan kecemasan, depresi, dan stres pada remaja dan dewasa muda.

Menyadari hal ini, banyak orang memilih untuk berhenti menggunakan media sosial sebagai bentuk perlindungan diri dan pemulihan mental.

2. Kelelahan digital atau digital fatigue

Ilustrasi brain rot, kecanduan konten receh di media sosial secara berlebihan. (Pinterest/UOL)
Ilustrasi brain rot, kecanduan konten receh di media sosial secara berlebihan. (Pinterest/UOL)

Di tengah tuntutan hidup modern yang serba online, kelelahan digital menjadi hal nyata. Perpindahan antar platform, notifikasi tanpa henti, dan konsumsi informasi yang berlebihan membuat otak terus bekerja, bahkan saat seharusnya beristirahat.

Menurut studi yang dilakukan Montag dan kawan-kawan dalam Journal of Behavioral Addictions, mengatakan digital fatigue menyebabkan penurunan fokus, gangguan tidur, dan kelelahan emosional. Dengan menghapus aplikasi media sosial atau berhenti menggunakannya, banyak orang merasa lebih tenang dan dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup nyata.

3. Privasi yang terusik dan manipulasi algoritma

Pinterest
Pinterest

Isu privasi menjadi kekhawatiran besar di era digital. Banyak pengguna merasa bahwa data pribadi mereka digunakan tanpa persetujuan yang jelas. Algoritma media sosial juga dirancang untuk mempertahankan atensi pengguna selama mungkin, bahkan jika itu berarti menyuguhkan konten provokatif atau menyesatkan.

Zuboff dalam bukunya The Age of Surveillance Capitalism mengungkap bagaimana perusahaan media sosial memanfaatkan data pengguna untuk keuntungan komersial. Kecemasan atas pelacakan perilaku online dan manipulasi algoritma membuat sebagian orang memutuskan untuk meninggalkan platform demi menjaga kendali atas kehidupan digital mereka.

4. Ketidakseimbangan hidup dan hubungan sosial yang dangkal

Ilustrasi alasan masyarakat Jepang tidak tertarik belajar bahasa Inggris. (Pinterest/The Japan Times)
Ilustrasi alasan masyarakat Jepang tidak tertarik belajar bahasa Inggris. (Pinterest/The Japan Times)

Banyak orang menyadari bahwa interaksi sosial di media sosial tidak selalu mencerminkan koneksi yang mendalam. Percakapan yang dangkal, pencitraan, serta tekanan untuk terus eksis membuat hubungan menjadi tidak autentik. Ini menciptakan kesepian meski terlihat ramai secara digital.

Menurut Turkle dalam bukunya Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age, mengatakan orang modern semakin “sendiri bersama-sama”, terhubung secara teknologi tapi terputus secara emosional. Meninggalkan media sosial memungkinkan individu untuk membangun kembali hubungan yang lebih nyata, baik dengan diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

5. Keinginan untuk hidup lebih otentik dan mindful

Ilustrasi alasan mengapa banyak orang meninggalkan media sosial. (Pinterest/Sofia’s Picks)
Ilustrasi alasan mengapa banyak orang meninggalkan media sosial. (Pinterest/Sofia’s Picks)

Gerakan hidup minimalis dan sadar (mindful living) turut mendorong orang untuk meninggalkan media sosial. Banyak yang merasa bahwa hidup tanpa media sosial membuat mereka lebih fokus, hadir sepenuhnya dalam momen, dan terhindar dari distraksi yang tidak perlu.

Studi yang dilakukan oleh Hunt dan kawan-kawan dengan judul No more FOMO: Limiting social media decreases loneliness and depression, menemukan bahwa mengurangi penggunaan media sosial dapat meningkatkan perasaan kesejahteraan dan kepuasan hidup. Dalam konteks ini, menjauh dari media sosial bukan sekadar aksi detoks, tapi menjadi langkah penting menuju hidup yang lebih otentik dan bermakna.

Itulah 5 alasan utama mengapa semakin banyak orang memilih untuk keluar dari media sosial, serta refleksi sosial dan psikologis di balik keputusan ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us