Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Tips agar Memasak Gak Ribet, Keluarga yang Sibuk Harus Kerja Sama

ilustrasi memasak (pexels.com/Yaroslav Shuraev)
ilustrasi memasak (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Ibu-ibu mungkin paling relate dengan persoalan memasak di rumah. Urusan dapur menyita begitu banyak energi dan waktu. Sering kali hari masih malam saja, suami dan anak-anak sudah bertanya tentang menu untuk besok.

Keesokannya, sarapan belum matang pun lagi-lagi ada pertanyaan seputar lauk bekal dan makan malam. Terus seperti itu sampai-sampai kamu merasa duniamu tidak lebih luas daripada dapur. Jika keadaan seperti ini dibiarkan bahkan hingga kelak anak dewasa dan dirimu menua, tingkat stresmu tinggi sekali. 

Apalagi kesibukanmu bukan sekadar memasak. Urusan domestik lain juga mesti ditangani atau bahkan kamu ikut mencari nafkah. Setop ribet hanya untuk perkara perut dengan tujuh tips berikut. Ini memerlukan kerja sama dengan pasangan dan anak supaya waktu serta tenagamu juga dapat digunakan untuk hal-hal lainnya.

1. Masak besar cukup sekali sehari, sisanya menghangatkan

ilustrasi memasak (pexels.com/Vanessa Loring)
ilustrasi memasak (pexels.com/Vanessa Loring)

Repot sekali kalau makan 3 kali sehari dan memasaknya juga sebanyak itu. Tak sampai 6 jam sekali dirimu harus kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan makan siang dan malam. Cuma jeda antara memasak makan malam dengan sarapan buat besok yang panjang.

Namun bila kamu takut bangun kesiangan atau harus pergi bekerja pagi-pagi, maka persiapan untuk menu sarapan pun sudah dimulai sejak malam. Rutinitas yang berlangsung hampir seminggu penuh ini akan sangat melelahkanmu. Ubah kebiasaan yang gak produktif ini menjadi hanya memasak besar sekali dalam sehari.

Misalnya, kamu memasak untuk bekal makan siang sekalian menyiapkan sarapan. Malamnya, bila masih ada sisa masakan tinggal dihangatkan. Jika ludes semua berarti beli lauk di luar sekalian biar gak bosan dengan masakan rumah. Atau, cukup menggoreng telur dan lauk praktis lainnya seperti nuget.

2. Selain balita, lansia, dan orang sakit, gak ada menu khusus

ilustrasi memasak (pexels.com/Vanessa Loring)
ilustrasi memasak (pexels.com/Vanessa Loring)

Hindari terlalu memanjakan anggota keluarga yang sebenarnya bisa mengonsumsi apa saja. Pengecualian hanya diberikan pada balita, lansia, dan orang yang sedang sakit. Mereka barangkali tidak dapat mengonsumsi semua jenis makanan sehingga dirimu membuatkannya tersendiri.

Untuk anggota keluarga di luar kategori di atas, makanan apa saja wajib mau selama kamu yang bertugas memasak. Jangan sampai anak yang sudah SD minta sayur bening. Pasanganmu minta menu bersantan. Saudara yang ikut tinggal menginginkan menu lain lagi. Ini bukan restoran yang memungkinkan setiap orang memesan apa saja. Mereka mesti menyesuaikan diri dengan menu yang sama. 

3. Jika ada anggota keluarga yang ingin tambahan menu, bikin sendiri

ilustrasi memasak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi memasak (pexels.com/Gustavo Fring)

Kalau pun ada anggota keluarga yang menginginkan tambahan menu di luar masakanmu, gak usah meladeninya. Minta dia membuatnya sendiri, seperti menggoreng telur atau lainnya. Tugasmu cukup sampai menu utama terhidang di meja. 

Bila aneka permintaan menu tambahan disiapkan olehmu, lama-lama malah masakanmu gak disentuh oleh mereka. Kelelahanmu memasak sudah 2 kali lipat. Akan tetapi, mereka cuma makan dengan menu ekstra yang baru saja dibuatkan olehmu. Jika mereka membuat sendiri menu tambahan yang diinginkan serta tak mengambil masakanmu, minimal capekmu cuma sekali.

4. Tingkat kepedasan dibuat sedang

ilustrasi memasak (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi memasak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Masakan dengan tingkat kepedasan sedang bisa dikonsumsi oleh siapa saja. Bila ada anggota keluarga yang suka rasa pedas menyengat, dia tinggal menambahkan sambal atau potongan cabai sendiri. Kalau tingkat kepedasan masakanmu mesti dibuat berbeda-beda tentu amat merepotkan. 

Level kepedasan sedang juga membantu anggota keluarga yang perlu latihan mengurangi makan pedas demi kesehatannya. Misalnya, dia suka masakan ekstra pedas tetapi lambungnya sudah gak kuat. Akan lebih mudah untuknya latihan menyantap menu dengan tingkat kepedasan lebih rendah bila di rumah hanya disediakan itu.

5. Jika tidak sedang libur, menu rumit beli saja

ilustrasi memasak (pexels.com/nappy)
ilustrasi memasak (pexels.com/nappy)

Untukmu yang mesti bekerja juga, hindari bikin menu rumit di hari kerja. Menu rumit artinya bahan dan bumbunya banyak serta proses memasaknya lama. Untuk makanan sehari-hari pilih yang simpel-simpel saja seperti sayur bening, tumis, atau sambal dan sayuran rebus. 

Kalaupun bosan dan ingin menyantap menu lain yang proses bikinnya ribet, beli saja. Misalnya, rawon, rendang, ayam serta bebek ungkep, gudeg, dan sebagainya. Selain lebih praktis, adanya variasi rasa juga mencegahmu dan keluarga merasa bosan dengan masakan rumahan yang itu-itu saja.

6. Ajarkan fokus pada kandungan nutrisi, bukan sekadar rasa

ilustrasi memasak (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi memasak (pexels.com/cottonbro studio)

Mindset terkait makanan juga mesti diperbaiki. Apabila kamu dan keluarga mengedepankan rasa, persoalan memasak serta makan pasti menjadi ribet. Setiap orang punya standar rasa yang berbeda. Satu orang ingin masakan lebih asin, satu lagi bilang manis lebih enak, dan seterusnya.

Bergantung pada kepekaan lidah setiap anggota keluarga akan merepotkanmu sebagai juru masak di rumah. Maka ajarkan pada mereka supaya fokus ke kandungan nutrisi pada makanan. Bagaimanapun rasanya menurut mereka terpenting karbohidrat, lemak sehat, protein, dan vitamin serta mineral dari makanan yang disajikan masuk semua ke tubuh dan memberi manfaat.

7. Remaja dan dewasa wajib bisa memasak

ilustrasi memasak (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi memasak (pexels.com/Kampus Production)

Mengajari anak memasak sejak dini juga penting. Agar selambat-lambatnya ketika ia masuk usia remaja telah bisa membuat beberapa menu sendiri. Minimal makanan yang disukainya. Supaya saat anak merasa kurang cocok dengan masakanmu atau kamu harus pergi, dia dapat membuatnya.

Misalnya, nasi goreng, ayam filet yang digoreng dengan tepung, dan sebagainya. Begitu pula orang dewasa selain kamu seperti pasangan dan saudara yang tinggal bersama. Masakan mereka gak harus cocok dengan seleramu. Namun setidaknya dengan kemampuan itu, dirimu tak selalu harus memasak buat mereka. Keseharianmu menjadi lebih santai.

Kamu sendiri memang butuh makan. Akan tetapi, memasak berkali-kali dalam sehari buat beberapa porsi tentu lebih melelahkan daripada memasak untuk diri sendiri. Atur aktivitasmu di dapur dengan tujuh tips di atas sebab hati yang mulai terbebani akan berpengaruh ke rasa masakan dan kebahagiaanmu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us