Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

TransformaSea Gili Balu, Langkah Nyata Bangun Wisata Berkelanjutan KSB

Pemandangan alami di sekitar Pulau Kambing yang menjadi salah satu pulau di Gili Balu. (IDN Times/Linggauni)

Sumbawa Barat, IDN Times - Gili Balu, gugusan delapan pulau indah yang terletak di Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kawasan ini kini menjadi sorotan berkat program pengembangan wisata berkelanjutan dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN).

Lewat program bertajuk TransformaSea Gili Balu, AMMAN membuktikan komitmennya untuk melestarikan lingkungan sekaligus menghidupkan ekonomi lokal. Gak cuma jadi destinasi wisata, Gili Balu juga dirancang sebagai masa depan Sumbawa Barat pasca-tambang. Yuk, kenalan lebih jauh dengan program keren ini!

1. Punya visi besar buat masa depan masyarakat pascatambang

Pelabuhan Gili Balu. (IDN Times/Linggauni)

AMMAN menjalankan Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang berfokus pada tiga hal, yaitu pengembangan SDM, pemberdayaan ekonomi, dan pariwisata berkelanjutan. Tujuan utamanya? Membangun komunitas tangguh dan mandiri di sekitar wilayah tambang.

“Melalui pilar pariwisata berkelanjutan, kami ingin mendorong terciptanya ekosistem dan destinasi wisata yang mampu bertahan jangka panjang serta memberi dampak ekonomi positif bagi masyarakat,” ungkap Senior Manager Social Impact AMMAN, Aji Suryanto, Selasa (29/4/2025).

2. Wisata keren yang tetap ramah lingkungan

Wisatawan melakukan wisata air di Pulau Kenawa yang merupakan salah satu dari 8 pulau di Gili Balu, Sumbawa Barat. (IDN Tiimes/Linggauni)

TransformaSea Gili Balu bukan sekadar program pengembangan wisata. Ini adalah ekowisata berbasis ekosistem yang menjaga keseimbangan antara keindahan alam dan pelestariannya. AMMAN menggandeng Dinas Kelautan dan Perikanan NTB untuk mengelola kawasan konservasi Gili Balu lewat perjanjian kemitraan resmi.

Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Balu sendiri terdiri dari delapan pulau, yaitu Kenawa, Paserang, Kambing, Belang, Namo, Kalong, Mandiki, dan Ular. Masing-masing pulau punya daya tarik unik dan berpotensi jadi destinasi unggulan NTB!

Satu hal yang bikin program ini beda adalah keterlibatan aktif masyarakat. AMMAN menjalankan pendekatan Public Private Community Partnership, alias kolaborasi antara swasta, pemerintah, dan masyarakat.

“Kami berupaya menempatkan masyarakat lokal sebagai penggerak utama, mulai dari pelatihan, sertifikasi pemandu wisata, hingga pengembangan infrastruktur wisata berbasis lingkungan,” jelas Aji.

Program ini juga menggandeng IPB University melalui Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) untuk memastikan seluruh kegiatan berbasis riset ilmiah.

Beberapa hal yang sudah dilakukan antara lain:

  • Rehabilitasi terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove
  • Pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata dan lifeguard
  • Bimbingan teknis penangkapan ikan berkelanjutan buat nelayan
  • Edukasi masyarakat soal pentingnya menjaga laut dan pesisir
  • Semua ini dijalankan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 14 (pelestarian laut) dan SDG 8 (pertumbuhan ekonomi inklusif dan pekerjaan layak).

Menurut Andy Affandy, Deputi Kepala Bidang Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB University yang jadi mitra AMMAN dalam program ini, Gili Balu memiliki status Taman Wisata Perairan (TWP) yang berbeda dari destinasi wisata lainnya.

"TWP Gili Balu ini spesial, beda dengan tempat wisata lain karena statusnya adalah kawasan konservasi. Ini bukan wisata massal, tapi wisata minat khusus,” jelas Andy.

3. Konservasi berjalan aktif beriringan dengan wisata minat khusus

Pulau Kambing yang menjadi salah satu pulau di kawasan konservasi Gili Balu. (IDN Times/Linggauni)

Gili Balu terdiri dari delapan pulau yang cocok banget buat island hopping, diving, dan wisata bahari lainnya. Tapi pengelolaannya tetap harus hati-hati karena wilayah ini dilindungi. Andy Affandy juga menambahkan bahwa upaya konservasi sudah berjalan aktif.

“Untuk konservasi, terumbu karang sudah dirilis ada 11 modul, dan untuk mangrove sudah ada pembibitan. Bukan hanya kegiatan konservasi, tapi juga adopsi,” jelasnya.

Andy juga menyebut bahwa pengelolaan kawasan TWP Gili Balu kini ada di bawah BLUD Provinsi NTB, yang membuat sistemnya lebih formal dan terarah.

“Sejak awal 2024, Taman Wisata ini dikelola oleh BLUD. Kami mendorong kelompok masyarakat untuk bermitra dengan BLUD agar pengelolaannya tetap legal dan berkelanjutan,” jelasnya.

Gili Balu jadi bukti bahwa wisata gak harus merusak alam. Dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi yang kuat, kawasan konservasi bisa jadi destinasi unggulan yang tetap ramah lingkungan dan menguntungkan masyarakat.

Gili Balu dikelilingi lima desa, yakni Poto Tano sebagai pintu gerbang, serta desa-desa penyangga seperti Senayang (Sepakek), Tuananga, Kiantar, dan Tambaksari. Dengan terlibatnya masyarakat dari desa-desa ini, dampak ekonomi dan sosial dari pengembangan wisata benar-benar dirasakan langsung.

“Kami percaya bahwa ketika masyarakat diberdayakan dan dilibatkan sejak awal, maka pariwisata yang dibangun akan lebih berkelanjutan dan berkeadilan,” tutup Aji.

Lewat TransformaSea Gili Balu, AMMAN memperlihatkan bahwa pembangunan pariwisata gak harus merusak alam. Justru, dengan pendekatan yang tepat, wisata bisa jadi jalan untuk menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga lokal. Sumbawa Barat punya masa depan cerah, dan Gili Balu jadi buktinya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us