Misteri Socotra, Pulau dengan Flora-Fauna Bak dari "Planet Lain"

Di ujung selatan Laut Arab, sekitar 350 kilometer dari pesisir Yaman, terdapat sebuah pulau terpencil bernama Socotra. Terisolasi selama jutaan tahun dari daratan utama, pulau ini menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di Bumi. Pohon-pohon dengan bentuk aneh, bunga berwarna mencolok, dan hewan unik menjadikan Socotra terlihat seperti set piece dari film fiksi ilmiah.
Keterpencilan Socotra membuatnya nyaris tak tersentuh modernisasi, sehingga ekosistemnya tetap terjaga. UNESCO bahkan menetapkannya sebagai Warisan Dunia pada tahun 2008 karena keunikan dan kelangkaannya. Para peneliti menyebut Socotra sebagai “Galapagos-nya Samudra Hindia”, tempat di mana alam bereksperimen tanpa gangguan manusia selama jutaan tahun.
Berikut ulasan misteri pulau Socotra, surga terasing dengan flora fauna seperti dari planet lain.
1. Flora aneh yang menakjubkan

Socotra terkenal dengan Dragon’s Blood Tree (Dracaena cinnabari), pohon berbentuk payung terbalik yang getahnya berwarna merah darah. Sejak zaman kuno, getah ini digunakan untuk pewarna, obat tradisional, hingga ramuan mistis. Bentuknya yang tak lazim membuat pohon ini menjadi ikon pulau dan simbol kekayaan biologis Socotra.
Selain itu, terdapat pula Desert Rose (Adenium obesum socotranum), tanaman dengan batang besar menggembung seperti botol, yang berfungsi menyimpan air di musim kering. Bunganya berwarna merah muda cerah dan tampak kontras dengan lanskap tandus. Diperkirakan, lebih dari 30% spesies tanaman di Socotra tidak ditemukan di tempat lain di dunia, menjadikannya laboratorium alam yang hidup.
2. Fauna unik di tengah keterasingan

Kehidupan satwa di Socotra sama menakjubkannya dengan floranya. Pulau ini menjadi rumah bagi spesies burung endemik seperti Socotra Starling, Socotra Sunbird, dan Socotra Sparrow. Di antara hewan reptil, hampir 90% merupakan spesies yang hanya ada di pulau ini, termasuk tokek dan kadal dengan warna mencolok.
Menariknya, Socotra nyaris tidak memiliki mamalia besar. Ketiadaan predator darat membuat burung dan reptil berkembang tanpa ancaman berarti. Kondisi ini membentuk ekosistem yang rapuh namun seimbang, yang membuat para peneliti terus berusaha memahami dinamika kehidupan di sana.
3. Masyarakat lokal dan tradisi kuno

Penduduk Socotra, yang disebut Soqotri, hidup dengan cara yang relatif sama selama berabad-abad. Mereka menggembalakan kambing, memancing, dan mengumpulkan hasil alam seperti getah Dragon’s Blood Tree dan lidah buaya untuk dijual. Bahasa Soqotri sendiri merupakan cabang dari bahasa Arab Selatan Kuno yang hampir punah, dan kini menjadi fokus upaya pelestarian budaya.
Masyarakat lokal juga memiliki pengetahuan obat tradisional yang kaya, memanfaatkan tumbuhan endemik untuk pengobatan luka, infeksi, dan penyakit kulit. Hubungan erat mereka dengan alam membuat Socotra tetap bertahan sebagai pulau yang harmonis antara manusia dan lingkungan.
4. Tantangan pelestarian di tengah perubahan zaman

Meskipun relatif terisolasi, Socotra tidak kebal dari ancaman modern. Perubahan iklim, penebangan liar, dan perkembangan infrastruktur berpotensi merusak ekosistem rapuh pulau ini. Beberapa spesies tanaman dan hewan mulai terancam karena habitatnya menyusut.
Pemerintah Yaman bersama organisasi internasional berupaya melindungi Socotra melalui program konservasi, pembatasan pembangunan, dan promosi ekowisata berkelanjutan. Harapannya, pesona “planet lain” ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang tanpa kehilangan keasliannya.
Demikian ulasan tentang misteri pulau Socotra, surga terasing dengan flora fauna seperti dari planet lain.