Ada 4.828 Kasus TBC Terdeteksi di Lotim, Banyak yang Belum Diperiksa

Penderita malu memeriksakan diri ke Puskesmas

Lombok Timur, IDN Times - Kasus infeksi bakteri Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) cukup tinggi. Pada tahun 2023, tercatat jumlah estimasi kasus penularan TBC di Gumi Selaparang sebesar 4.828 kasus. Sedangkan jumlah kasus yang terdeteksi positif TBC yaitu sejumlah 1.986 kasus. 

Kecilnya jumlah kasus TBC yang terdeteksi dari total jumlah estimasi ini, menyebabkan Lotim cukup tertinggal dari target 90 persen program eliminasi kasus TBC. Sementara yang baru baru terdeteksi sekitar 41 persen.

1. Sulit terdeteksi karena minim peralatan

Ada 4.828 Kasus TBC Terdeteksi di Lotim, Banyak yang Belum DiperiksaKepala Dinas Kesehatan Lotim, DR. Fathurrahman (Supardi)

Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, Dr Fathurrohman mengatakan, kecilnya jumlah kasus TBC yang terdeteksi karena persoalan minimnya alat pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TMC). Dijelaskannya, saat ini baru 5 Puskesmas dan 2 rumah sakit yang memiliki alat TMC, dari total 35 Puskesmas yang ada.

"Kekurangannya alat pemeriksaan TMC merupakan salah satu kendala kita saat ini, untuk mendeteksi secara menyeluruh kasus TBC ini," terangnya. 

Pihaknya sudah menyuarakan keluhan tersebut ke Pemerintah Pusat. Saat ini di daerah sendiri belum mampu melakukan pengadaan dikarenakan keterbatasan anggaran.

"Sejauh ini, usulan ke pemerintah pusat terkait pengadaan alat TMC direspons positif, di mana dalam waktu dekat Puskesmas Sakra akan ditambahkan fasilitas alat TMC itu demi mempercebat pendeteksian TBC, hingga target eliminasi TBC di tahun 2030 bisa tercapai," ungkapnya.

Baca Juga: BPS Catat Ada 225.483 Petani Milenial di NTB, Lombok Timur Terbanyak 

2. Minim terdeteksi karena kesadaran masyarakat yang masih rendah

Ada 4.828 Kasus TBC Terdeteksi di Lotim, Banyak yang Belum DiperiksaPasien mengantri di layanan Poli RSUD Selong (dok. Ruhaili)

Lanjut Fathurrohman, minimnya terdeteksi kasus TBC, selain karena peralatan yang minim, juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat terkait penyakit ini. Banyak penderita merasa malu dan enggan untuk datang melapor atau memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.  

Mengatasi persolan ini, Dinas Kesehatan Lotim secara massif turun ke desa-desa melakukan sosialisasi tentang bahayanya penyakit TBC.  Harapannya, desa juga ikut berperan aktif, bukan hanya melakukan sosialisasi, tetapi diimbau untuk menganggarkan program TBC melalui dana desa.

"Kami memohon dukungan juga pada pihak desa, untuk bisa menganggarkan upaya-upaya atau kegiatan-kegiatan yang mengacu untuk penanggulangan penyakit TBC ini," tuturnya.

3. Penanganan TBC baru mencapai 41 persen

Ada 4.828 Kasus TBC Terdeteksi di Lotim, Banyak yang Belum DiperiksaWarga berobat ke RSUD Selong (dok.Ruhaili)

Penanganan kasus TBC tahun 2023 di Lotim, baru mencapai 41persen dari total target kinerja 90% penemuan kasus. Sehingga, untuk meningkatkan capaian target ini pihak Dinas Kesehatan Lotim intens turun melakukan sosialisasi ke desa-desa.

Ditegaskan Fathurrohman, kasus TBC ini merupakan penyakit yang bisa disembuhkan.  Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat Lotim untuk tidak takut melaporkan dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, sehingga bisa mengikuti program pengobatan. 

"Kasus TBC ini sebenarnya simpel, tapi berat dalam pelaksanaan, karena hanya dengan rajin minum obat dengan teratur maka dipastikan bisa sembuh, karenanya itu pentingnya masyarakat jangan takut untuk melaporkan," pungkasnya.

Baca Juga: Waspada! Gelombang Tinggi Capai 4 Meter di Perairan Selatan NTB

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya