[WANSUS] Kepala Daerah Belum Kompak Wujudkan 'NTB Zero Waste 2023'

NTB punya target ambisius bebas sampah tahun 2023

Mataram, IDN Times - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki target ambisius dalam pengelolaan sampah melalui program unggulan NTB Zero Waste 2023. Pemerintah Pusat sendiri menargetkan program Zero Waste terwujud pada 2025.

Berdasarkan roadmap atau peta jalan NTB Zero Waste 2019-2023, Pemprov memasang target ambisius pengurangan sampah mencapai 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen pada 2023. Untuk mencapai target bebas sampah tahun 2023, Pemprov NTB sudah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 14 Tahun 2020 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) Dalam Pengelolaan Sampah.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, pada Desember 2022, pengurangan sampah baru mencapai 12,81 persen dari proyeksi sampah per bulan di tahun 2022 sebanyak 226,51 ton. Sedangkan penanganan sampah baru mencapai 42,20 persen.

Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) Provinsi NTB melihat masyarakat mulai menyadari pentingnya zero waste. Namun, kepala daerah, baik Bupati dan Wali Kota belum kompak mewujudkan NTB Zero Waste 2023.
Berikut wawancara khusus (Wansus) IDN Times bersama Sekretaris DPD Perbanusa Provinsi NTB Zulfikri.

1. Menurut teman-teman komunitas, apakah target ambisius NTB Zero Waste bisa tercapai tahun 2023 ini?

[WANSUS] Kepala Daerah Belum Kompak Wujudkan 'NTB Zero Waste 2023'Sekretaris DPD Perbanusa Provinsi NTB Zulfikri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kalau secara keseluruhan di NTB, saat ini kayaknya masih belum bisa dan kita harus kerja keras lagi. Karena sebagian dari kepala daerah di kabupaten/kota juga belum terlalu responsif.

Hanya beberapa daerah saja yang merespons program zero waste ini. Jadi, kabupaten/kota belum terlalu respons untuk program zero waste ini. Hanya beberapa daerah saja dan itu memang butuh cara-cara lain.

Baca Juga: [WANSUS] Rencana Besar di Balik Penataan Aset Gili Trawangan

2. Apa yang diharapkan dari Bupati dan Wali Kota?

[WANSUS] Kepala Daerah Belum Kompak Wujudkan 'NTB Zero Waste 2023'Produk olahan sampah di NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Harus ada keberpihakan dari sisi regulasi dan hal-hal lain yang mendukung pengelolaan sampah ini. Butuh komitmen Bupati dan Wali Kota se-NTB. Kalau pimpinannya komitmen, saya pikir akan jalan program zero waste ini.

Dan ini tidak terlalu menganggarkan dana yang besar juga. Yang penting keinginan dan kemauan kepala daerah. Karena ini dari kesadaran, apalagi di sekolah-sekolah. Kalau kepala sekolah juga punya komitmen, otomatis cepat penanganan sampah ini.

Sekarang yang bergerak SMA/SMK, sekolah tertentu yang memang kepala sekolahnya punya kesadaran untuk program zero waste dan merasakan dampak dari pengelolaan sampah. Karena sampah ini bukan jadi masalah tapi membawa berkah.

3. Bagaimana dengan masyarakat, apakah sudah menyadari pentingnya zero waste?

Untuk di NTB karena ini program yang baru muncul, jadi untuk kegiatan zero waste di NTB ini cukup optimis kita lihat. Karena sebagian dari masyarakat kita sudah menyadari tentang pentingnya zero waste.

Apalagi, dengan gerakan pilah sampah dari rumah. Tentunya ini sangat mendukung program zero waste di NTB. Gerakan ini harus terus digalakkan dan disoaialisasikan.
Karena memang membangun kesadaran ini tidak sederhana. Tetapi harus terus menerus dan kontinu. Kalau ini bisa, saya pikir program zero waste dapat mengurangi sampah di NTB.

4. Apakah mulai terlihat pengurangan sampah setelah program ini berjalan 4 tahun?

Sejauh ini sudah terlihat dan mulai dirasakan untuk pengurangan sampah. Tentunya di tingkat pengurangan karena ada persentase. Paling tinggi pengurangan sampah itu di Kota Mataram.

Sedangkan di kabupaten/kota yang lain masih di bawah Kita Mataram kurang lebih 13,8 persen pengurangan sampah di NTB. Artinya, harus ada kontribusi bersama dan kemauan Pemda kabupaten/kota secara bersama-sama untuk bisa melakukan pengurangan sampah ini dengan terus mengadakan sosialisasi.

Baca Juga: [WANSUS] Proyek Kereta Gantung Rinjani, Ada Ancaman Perambahan Hutan

5. Apa kendala mewujudkan NTB Zero Waste?

[WANSUS] Kepala Daerah Belum Kompak Wujudkan 'NTB Zero Waste 2023'Gunung sampah yang ada di TPAR Kebon Kongok (IDN Times/Linggauni)

Kalau kita lihat di lapangan, kita butuh sosialisasi dan gerakan secara masif di tengah masyarakat. Ini harus terus disuarakan. Kita ingin keterlibatan semua pihak dalam rangka membangun kesadaran dan itu harus dibantu regulasi dari pemerintah daerah untuk terus menekan pengurangan sampah.

Sedangkan kita lihat dalam pelaksanaan event-event, masih banyak kurangnya sosialisasi yang disampaikan oleh pemerintah daerah. Seperti agak acuh dalam pengelolaan sampah.

Ini harus terus dikawal dan diingatkan, bahwa semua event harus berbasis zero waste. Bukan hanya program zero waste populer saja tapi harus menjadi tanggung jawab kita bersama menjaga lingkungan kita untuk lebih baik ke depannya.

6. Sungai-sungai di Kota Mataram dan Lombok Barat tercemar Mikroplastik. Apa yang seharusnya dilakukan?

Kemarin kita ada pertemuan di Denmark terkait pengelolaan sampah plastik. Kita dapat informasi juga dari Kota Mataram, terkait sungai yang tercemar mikroplastik.

Kami dari komunitas mengusulkan supaya pengurangan sampah di sungai itu dibentuk satgas khusus untuk penanganan sampah yang terbuang ke sungai. Perlu ada Satgas Zero Waste untuk mencegah pencemaran sungai.

Kemarin kita sempat membahasakan di acara 4 tahun program zero waste di NTB. Mudah-mudahan ada tindaklanjutnya, karena memang sungai kita cukup banyak dan butuh perhatian serta dilibatkan warga sekitar sungai ikut peduli.

Kalau warga di wilayah-wilayah pinggiran sungai yang dilibatkan, ada regulasi Pemda setempat, maka itu bisa lebih mudah untuk mengurangi pembuangan sampah ke sungai.

Baca Juga: Gawat! Sungai di Daerah Tercemar Mikroplastik, Pemda Ngapain Saja?

7. Adakah yang bisa dijadikan contoh penanganan sampah sungai?

[WANSUS] Kepala Daerah Belum Kompak Wujudkan 'NTB Zero Waste 2023'Sungai Jangkuk Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Terakhir kemarin dengan Denmark untuk pengelolaan sampah sungai. Tapi untuk negara-negara itu lebih banyak mengandalkan teknologi. Kalau kita masih konvensional, teknologi belum ada kelihatan.

Justru kami mengusulkan teknologi pemusnahan residu sampah dari Perbanusa Pusat ada alat kapasitas rumah tangga. Jadi bisa mengolah sampah sampai habis di rumah tangga.

Skala RT dan skala lingkungan juga bisa. Itu yang belum masuk di sini (NTB) dan kemarin kita belum bisa membawa alat itu karena ada di Pulau Jawa. Mudah-mudahan ke depan, supaya lebih cepat penanganan residu sampah ini, bisa menggunakan alat.

Karena kalau sekarang masih secara konvensional, seperti diolah menjadi pupuk alami, eco brick, masih konvensional semua. Alat pengolahan sampah kita tak seperti negara lain.

8. Apa catatan Perbanusa terkait pelaksanaan program NTB Zero Waste yang sudah memasuki tahun kelima?

Kita berharap karena sudah mulai terbangun kesadaran masyarakat, kita bersinergi tanpa melihat kepentingan ini dan itu. Karena masalah lingkungan ini adalah warisan untuk generasi yang akan datang, membangun peradaban dan lingkungan yang baik untuk lingkungan kita.

Harapan kita dari komunitas, mari bersama-sama untuk mengolah dan memilah sampah sendiri dengan memperbanyak bank-bank sampah di lingkungan masing-masing. Kalau tak bisa mengolah sendiri, kita serahkan ke bank sampah yang ada di sekitar kita.

Ke depan, larangan membuang sampah tercampur ke TPA perlu ketegasan. Tapi untuk awal bisa dilakukan bertahap dari sosialisasi dan membangun kesadaran jauh lebih penting. Ke depan, perlu ada aturan dan sanksi melalui regulasi yang bisa dirumuskan bersama.

Baca Juga: Biskuit Bantuan Kemenkes untuk Balita di Lombok Timur Berjamur

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya