Sungai Tercemar Mikroplastik, Dinas LHK NTB: Tegakkan Aturan!

Temuan Walhi NTB dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara

Mataram, IDN Times - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong Pemda kabupaten/kota menegakkan aturan dengan pihak-pihak yang melakukan pembuangan sampah khususnya di wilayah sungai. Hasil investigasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Indonesia (Walhi) bersama Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menemukan dua sungai besar di Pulau Lombok, yaitu Sungai Jangkuk, Kota Mataram dan Sungai Meninting, Lombok Barat tercemar Mikroplastik.

Kepala Dinas LHK Provinsi NTB Julmansyah mengatakan temuan Walhi NTB dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara merupakan kondisi yang harus disikapi bersama. Selama ini, Dinas LHK NTB juga melakukan pemantauan sungai, tetapi lebih kepada parameter derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kekeruhan, suhu, total fosfat dan lainnya.

Data hasil penelitian Walhi NTB dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara bisa menjadi salah satu data dasar dalam pengelolaan dan penanganan sungai ke depannya. "Mendorong pemerintah kabupaten/kota se-NTB, mulai melakukan penegakan aturan terkait dengan pihak-pihak yang melakukan pembuangan sampah, khususnya di wilayah sungai," tegas Julmansyah di Mataram, Selasa (10/1/2023).

1. Percepat terbitnya regulasi terkait EPR

Sungai Tercemar Mikroplastik, Dinas LHK NTB: Tegakkan Aturan!Kepala Dinas LHK Provinsi NTB Julmansyah (Dok. Pribadi)

Selain itu, menindaklanjuti temuan tersebut, Dinas LHK NTB mendorong peningkatan cakupan pelayanan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai oleh Pemerintah Kota Mataram. Kemudian meningkatkan seinergitas penanganan sampah sungai.

Selanjutnya, meningkatkan edukasi dan intensifikasi aplikasi Sistem Pengelolaan Sampah Terintegrasi dan Riil Time (Lestari) NTB, agar masayrakat semakin mudah dalam mengakses pembinaan oleh pemerintah. Julmansyah menambahkan pihaknya juga akan mempercepat terbitnya regulasi terkait Extended Producers Responsibility (EPR).

Dijelaskan, Pemprov NTB, saat ini mendorong Program Zero Waste sebagai strategi agar pengelolaan sampah semakin baik ke depannya. Bersama dengan Pemerintah Kota Mataram dan Lombok Barat, Pemprov mendorong Gerakan Pilah dan Olah Sampah dari Sumbernya, untuk mendorong agar setiap sampah bisa selesai di sumbernya.

Demikian juga dengan edukasi, terutama pada wilayah yang dilalui oleh sungai-sungai tersebut. Harapannya, tingkat kepedulian masyarakat akan semakin meningkat ke depannya. "Kota Mataram juga pada saat ini sedang membangun regulasi terkait Pembatasan Plastik Sekali Pakai, yang menjadi ikhtiar untuk upaya pengurangan sampah dari sumbernya," terangnya.

Pemprov NTB sudah mendorong dan bersepakat dengan seluruh kabupaten/kota melalui Dinas Lingkungan Hidup untuk mendorong regulasi yang sama di seluruh kabupaten/kota se-NTB. Ditambahkan, Pemprov NTB mengatensi Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Roadmap Pengelolaan Sampah, engan merumuskan kebijakan terkait EPR sebagai bukti komitmen pemerintah mendorong tanggungjawab para produsen sampah untuk mengelola sampahnya.

Baca Juga: Cidomo di Gili Trawangan akan Diganti Pakai Kendaraan Listrik 

2. Ditemukan 290 partikel mikroplastik dalam 100 liter air sungai

Sungai Tercemar Mikroplastik, Dinas LHK NTB: Tegakkan Aturan!Ilustrasi air (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Direktur Eksekutif Walhi NTB, Amri Nuryadin meminta Pemda segera melakukan recovery atau pemulihan sungai-sungai di Kota Mataram dan Lombok Barat agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah plastik. Ia menjelaskan Pemerintah Indonesia telah memiliki PP 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang memandatkan bahwa sungai-sungai di Indonesia harus nihil sampah.

Amri mengungkapkan hasil temuan Tim Investigasi Walhi NTB bersama Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, bahwa sungai-sungai di Kota Mataram dan Lombok Barat dipenuhi sampah plastik. Hal ini menyebabkan Sungai Meninting dan Sungai Jangkuk tercemar Mikroplastik.

Tim Investigasi Walhi NTB dan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara melakukan inventarisasi timbulan sampah plastik di saluran dan sungai di Kota Mataram. Mereka menemukan perubahan fungsi sungai menjadi tempat sampah. Tim Investigasi mengambil sampel air pada 5 lokasi di Kali Ning, Sungai Jangkuk dan Sungai Meninting, rata-rata 290 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.

"Kami menemukan fakta bahwa sungai di Kota Mataram berubah menjadi tempat sampah, sampah sachet, tas kresek, styrofoam, popok bayi dan sampah pakaian," ungkap salah seorang Tim Investigasi Walhi NTB dan Ekspedisi Sungai Nusantara, Bima Bani Perkasa.

Kandungan mikroplastik tertinggi ada di Kali Ning yang berada di dalam kota Mataram, melalui pemukiman padat penduduk dan tidak memiliki sarana pengelolaan sampah dan perilaku warga yang membuang sampah ke dalam saluran. Kali Ning mengandung Mikroplastik tertinggi dibandingkan Sungai Jangkuk dan Sungai Meninting.

Saluran air Kali Ning dalam pantauan Tim Investigasi dipenuhi sampah plastik jenis tas kresek, botol plastik, styrofoam dan sachet. Mikroplastik adalah serpihan atau remahan plastik dengan ukuran lebih kecil dari 5 milimeter yang berasal dari pecahan plastik ukuran besar seperti tas kresek, plastik bening, sampah pakaian, botol plastik, styrofoam dan sachet yang terfragmen karena arus air dan paparan matahari.

3. Efek mikroplastik bagi kesehatan manusia

Sungai Tercemar Mikroplastik, Dinas LHK NTB: Tegakkan Aturan!Sungai Jangkuk Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dijelaskan, mikroplastik ini memiliki efek pada kesehatan manusia. Karena mikroplastik dalam air akan menyerak logam berat, polutan di air seperti klorin atau pemutih dan fosfat bahan detergen. Mikroplastik akan menyerap polutan dan apabila tertelan oleh ikan maka polutan ini akan merusak sistem reproduksi dan pertumbuhan ikan.

Jika mengkontaminasi daging ikan maka efeknya akan berlanjut pada metabolisme manusia yang mengkonsumsi ikan tercemar mikroplastik. Karena selain menyerap polutan mikroplastik terbentuk dari polimer-polimer yang tersusun atas bahan-bahan pengganggu hormon. Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis fiber.

Mikroplastik jenis fiber sebesar 57,2 persen, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fiber juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena proses alam. Kemudian filamen sebesar 23,8 persen, berasal dari degradasi sampah plastik sekali pakai seperti kresek, botol plastik, kemasan plastik single layer SL dan jaring nelayan.

Selain itu, mikroplastik jenis fragmen sebesar 14,7 persen berasal dari deradasi sampah plastik sekali pakai dari jenis kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun. Selanjutnya, granula sebesar 4,3 persen berasal dari microbeads atau bahan sintetis scrub yang ada dalam personal care seperti sabun, pemutih kulit, sampho, pasta gigi dan kosmetik.

Berdasarkan uji mikroplastik rapid test menggunakan mikroskop stereo yang disambungkan dengan monitor, dengan pembesaran 100-400 kali bisa dideteksi secara fisik mikroplastik di dalam air. Sampel air yang diambil dan disaring dengan plankton net mesh 350 atau di dalam 1 inch terdapat 350 benang penyaring. Kemudian dipindahkan dalam cawan petri dan diamati di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 100-400, secara fisik mikroplastik fiber nampak seperti benang-benang di bawah 1 mm berwarna biru merah.

Sedangkan filament adalah lembaran-lembaran plastik warna biru, bening dan untuk fragmen umumnya berwarna biru, coklat dan kuning, fisiknya solid dan sulit untuk di pisahkan atau tidak putus. Kontaminasi mikroplastik bisa disebabkan oleh berubahnya fungsi sungai menjadi tempat sampah dan tidak adanya infrastruktur pengolahan sampah yang baik di Kota Mataran dan Kabupaten Lombok Barat.

Indikasi ini bisa dilihat dari tidak tersedianya tempat sampah dan sistem pengelolaan sampah yang memadai pada tiap Kelurahan/Desa. Sehingga menyebabkan warga membuang sampahnya ke selokan dan sungai. Rendahnya kepedulian warga pada pentingnya fungsi sungai dan acuh pada dampak lingkungan.

Sampah yang tercecer di tepi sungai terbawa arus menuju ke hilir hingga ke muara. Bahkan bisa dilihat sampah tak terhitung jumlahnya dari Kali Ning ke Sungai Jangkuk, Kota Mataram. Jenis sampah yang paling banyak dijumpai adalah sampah pembungkus atau sachet yang diproduksi oleh brand-brand besar seperti PT Wings, PT Unilever, PT Mayora, dan PT Indofood. Selain sachet, banyak juga ditemukan sampah pakaian, sikat gigi, korek api, sandal sepatu, ban motor, plastik mika dan popok.

Tim Investigasi juga melakukan brand audit untuk mengetahui jenis dan produsen sampah plastik yang banyak dijumpai tertimbun di Sungai Meninting, Lombok Barat. Dari 1.000 piece sampah yang dipunggut di Sungai Meninting, Desa Gegerung Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombak Barat dan Sungai Jangkuk, Kota Mataram ditemukan 9 produsen sebagai pencemar adalah PT Wings, PT Unilever, PT Nabati, PT Mayora, PT P&G, PT Santos Jaya, PT Unicharm dan PT Forisa.

Untuk itu, perusahaan didorong patuh terhadap regulasi lingkungan. Kemudian paya EPR produsen penghasil sampah plastik harus segera dimaksimalkan, agar tidak ada lagi sampah plastik yang bocor ke sungai. Selain itu, pihaknya produsen penghasil sampah plastik membersihkan sampah mereka dari Sungai Jangkuk dan Sungai Meninting.

Baca Juga: Tahun 2023, NTB Diperkirakan Dapat Kuota 4.499 Calon Jemaah Haji 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya